Oleh: Obral Chaniago
Politisi Partai Politik (Parpol) di Sumatera Barat (Sumbar) sedang mandul atau sedang lelah berpolitik dari 3 agenda Pemilu Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres) yang baru usai beberapa bulan lalu, dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan ditabuh pada Rabu 27 Nopember 2024, nanti.
Dari 56 kandidat Pasangan Calon (Paslon) Gubernur/wakil, Bupati/wakil dan Walikota/wakil telah selesai mendaftarkan ke masing-masing Komisi Pemilihan Umum (KPU) propinsi, kota dan kabupaten.
Pilkada Pilgub Sumbar, dan 19 daerah kabupaten/kota menyelenggarakan Pilkada serentak tahun ini, terdapat satu kandidat Paslon Annisa Suci R-Leli Arni melawan kotak kosong di Kabupaten Dharmasraya.
Satu Paslon Annisa Suci R-Leli Arni diusung 9 Parpol pengusung (Hanura, PKS, PAN, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, PDI Perjuangan, Demokrat).
Lain halnya di Kabupaten Sijunjung kandidat petahana Benny Dwifa Yuswir maju tanpa pasangan calon diusung 10 Parpol pengusung (Golkar, PPP, PAN, Gerindra, PDI Perjuangan, PKB, PBB, Gelora, Demokrat, Perindo).
Diamati, dari sisi ini kita melihat adanya kandidat satu Paslon melawan kotak kosong di Dharmasraya, dan petahana maju tanpa pasangan di Sijunjung, bahwa ini membuktikan politisi Parpol sedang mandul lelah berpolitik.
Tiga agenda Pemilu diborong di tahun ini dengan Pilkada serentak, dimungkinkan beberapa Parpol maen cari aman saja ketimbang mengusung kandidat Paslon.
Disini kita menyaksikan cita-cita reformasi pupus ditengah jalan. Berkoar reformasi tapi jiwa kurikulum Orde Baru.
Atau, rekrutmen pengurus dan anggota Parpol tak profesional sehingga tak pula siap bertarung, melainkan malah lebih pilih jadi politisi pemurung, bukan jadi politisi petarung.
Sebagai buktinya pula, maka adanya kandidat 1 Paslon melawan kotak kosong di Kabupaten Dharmasraya.
Dan, nyaris pula sama dengan kandidat petahana Benny Dwifa Yuswir maju tanpa pasangan Paslon di Kabupaten Sijunjung.
Sekaitan ini, kalau di Sigi sebelumnya, rakyat bagaikan jerami-jerami kering tersulut menyuarakan tegak kokohnya tonggak demokrasi melalui cetusan reformasi supaya terpatri malah berindikasi kembali rujuk dengan konsep kurikulum Orde Baru.
Sedangkan cita-cita reformasi guna menggapai demokrasi Luber dan Jurdil di dua daerah Kabupaten Dharmasraya serta Kabupaten Sijunjung cita-cita reformasinya dalam berdemokrasi di duga sedang mandul.
Di dua daerah, Kabupaten Dharmasraya melawan kotak kosong dan Kabupaten Sijunjung kandidat petahana maju tanpa pasangan. Dalam hal ini pilihan rakyat jadi kering karena terkesan Parpol cari aman ketimbang ikut bertarung.
Bagi Dharmasraya satu kandidat Paslon melawan kotak kosong ada 'bahaya' berikutnya bila Paslon tak berhasil meraih kemenangan lebih dari 50 persen suara sah. Maka perlu lagi diselenggarakan Pilkada ulang pada tahun berikutnya. Bila ini tak tercapai justru berbuntut pada pembentukan Bupati karateker dari pemerintah pusat.
Sehingga akibatnya tak dapat melakukan mutasi, serta kebijakan lainnya tak bisa dilaksanakan. Sebab, kepala daerah karateker bukanlah sebagai pemutus kebijakan sesuai aturan yang berlaku.
Hampir begitu juga halnya dengan daerah Kabupaten Sijunjung bila kandidat petahana Benny Dwifa Yuswir seyogianya memenangkan suara terbanyak dari Paslon yang lainnya.
Maka Pemkab Sijunjung bertambah lagi satu agenda kandidat yang menang tanpa pasangan mengusulkan wakilnya ke legislatif DPRD daerah bersangkutan sesuai aturan kembali menelan anggaran.
Tiga Daerah Pemekaran Dharmasraya, Solok Selatan dan Mentawai sebelumnya. Ternyata, 2 Daerah Pemekaran dinilai sudah Piawai Berpolitik yakni Solok Selatan dan Kepulauan Mentawai, kedua daerah ini punya Paslon kandidat calon Bupati/wakil.**
0 Comments