Ticker

6/recent/ticker-posts

SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS DALAM MENYIKAPI BERITA BOHONG (HOAX) DAN UJARAN KEBENCIAN




 

Oleh : Diva rania nur azizi (2310533055)⁠, Kaila Rafa (2310532022), Ristia Keysha Najlani (2310533015), Raisya Zahra (2310533064), Salsabila Anindya Roses (2310532007), Bunga puja wati (2300541011), Cholifia fatha primanda (2300541017), Helena Juanita (2300542017), Diva amabel (2300542029), Salsa Diva Maharani (2300542021)*


Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Internet yang cepat dan mudah diakses mendukung komunikasi global, perdagangan elektronik, pembelajaran jarak jauh, dan telemedicine. Smartphone dan perangkat seluler kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, memungkinkan pengguna untuk tetap terhubung dan mengakses informasi di mana saja dan kapan saja.


Internet memiliki hubungan erat dengan media sosial, yang memungkinkan akses cepat dan luas ke berbagai platform untuk interaksi dan pertukaran informasi tanpa batas geografis. Media sosial memungkinkan individu berbagi ide, foto, video, dan konten lainnya dengan audiens global secara real-time, menciptakan komunitas virtual yang dinamis. Namun, kecepatan dan luasnya penyebaran informasi juga membuat media sosial rentan terhadap penyebaran berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian.


Fitur-fitur media sosial yang memungkinkan pembuatan dan pembagian konten secara instan sering kali dimanfaatkan untuk menyebarkan hoax yang mudah diterima dan disebarkan kembali oleh pengguna tanpa verifikasi. Sensasi yang ditimbulkan oleh hoax sering kali menarik lebih banyak perhatian dan dibagikan lebih luas. Selain itu, kurangnya pengawasan di media sosial memberi ruang bagi ujaran kebencian, di mana individu atau kelompok dapat menyebarkan kebencian, diskriminasi, dan kekerasan.


Sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan yang mempromosikan toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan dialog yang konstruktif. Mereka perlu membangun kesadaran akan dampak negatif dari hoax dan ujaran kebencian serta menjadi teladan dalam menggunakan media sosial secara bijak. Mahasiswa harus dilengkapi dengan keterampilan menyaring dan memahami informasi serta etika penggunaan media sosial.


Penelitian di Universitas Andalas menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menggunakan media sosial setiap hari, dengan Instagram sebagai platform dominan (90%). Sebanyak 13,3% responden sering menemukan hoax, 56,7% sering, dan 30% kadang-kadang. Mayoritas merasa mampu mengenali kebenaran informasi: 16,7% sangat mampu, 50% mampu, dan 33,3% cukup mampu. Penyebaran ujaran kebencian juga tinggi: 46,7% sangat sering, 40% sering, dan 10% kadang-kadang. Penyebab utama ujaran kebencian adalah kesalahpahaman atau informasi salah (76,7%), perbedaan pandangan politik (56,7%), isu SARA (50%), dan anonimitas di media sosial (30%).


Sebanyak 46,7% responden pernah menjadi korban dampak negatif hoax, dengan 93,3% menyatakan hoax berdampak signifikan pada kesehatan psikologis. Dampak hoax yang paling umum adalah mengganggu aktivitas sehari-hari (53,3%) dan menyebabkan kecemasan (46,7%). Semua responden setuju bahwa hoax merusak reputasi individu, perusahaan, atau lembaga. Mayoritas responden (86,7%) menuntut tindakan tegas untuk mencegah hoax, dengan 63% mengabaikan hoax yang mereka temui, 30% membahasnya dengan orang lain, 16,7% melaporkan, 10% membagikan, dan 3,3% memberi tahu bahwa berita tersebut hoax. Media sosial dianggap dapat mengurangi hoax oleh 43% responden, meskipun 20% lainnya menganggapnya tidak efektif.


Sebanyak 50% responden setuju bahwa pelaku ujaran kebencian harus dihukum tegas, dan 50% setuju pendidikan literasi digital harus dimasukkan dalam kurikulum. Namun, 53,3% belum pernah mengikuti seminar atau workshop literasi digital. Peran Universitas Andalas dalam menangani ujaran kebencian dianggap sangat penting oleh 60% responden. Sebanyak 63,3% menggunakan aplikasi atau alat untuk memverifikasi kebenaran berita. 


Untuk mengatasi ini, mahasiswa harus menghindari penyebaran informasi bohong dan mengambil langkah cerdas seperti memverifikasi sumber informasi, melaporkan hoax, dan berhati-hati dengan pesan berantai. Dengan demikian, mahasiswa dapat berperan sebagai agen perubahan yang mendorong masyarakat untuk menghargai perbedaan, menghormati fakta, dan menjaga kesatuan dalam era media sosial yang semakin kompleks ini.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS