Ticker

6/recent/ticker-posts

WEBINAR “Pentingnya Peranan Generasi Muda Dalam Mengembangkan Wawasan Terkait Kesetaraan Gender Di Provinsi Sumatera Barat”

 


Oleh: Yosi Hasibuan mahasiswa universitas Andalas 

Pada hari Minggu, tanggal 02 Januari 2024 kelompok 2 kelas A pada mata kuliah Perempuan Politik Departemen Ilmu Politik Universitas Andalas mengadakan webinar dengan tema “Pentingnya Peranan Generasi Muda Dalam Mengembangkan Wawasan Terkait Kesetaraan Gender Di Provinsi Sumatera Barat”. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Departemen Ilmu Politik terutama dari kelompok 2 kelas A pada mata kuliah perempuan politik Departemen Ilmu Politik sebagai pemateri dalam webinar ini, serta dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari berbagai universitas dan tidak hanya mahasiswa dari Departemen Ilmu Politik saja, terdapat pula peserta utama kami atau rekan diskusi kami yaitu dari organisasi APMI (Organisasi Perempuan Muda Indonesia). Kegiatan ini dibuka dan dipandu langsung oleh Fahmega Elia Mahasiswa Departemen Ilmu Politik sebagai moderator pada webinar kali ini. Pemateri dari kegiatan ini yaitu dari kelompok 2 kelas A pada mata kuliah perempuan politik Departemen Ilmu Politik yang sebagai pemateri utama diwakilkan oleh Fathin Fadhilla mahasiswa Departemen Ilmu Politik.  Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui zoom dan dihadiri oleh sekitar 20an peserta webinar yang sangat antusias mengetauhi informasi penting terkait pentingnya peranan generasi muda dalam mengembangkan wawasan terkait kesetaraan gender di Provinsi Sumatra Barat.


Pemaparan materi oleh kelompok 2 kelas A yang diwakilkan oleh Fathin Fadhilla dimulai dengan menjelaskan apa itu Gender? Gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal dari bahasa latin “GENUS“ yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Lalu konsep Kesetaraan Gender, kesetaraan penuh laki-laki dan perempuan untuk menikmati rangkalan lengkap hak-hak politik, ekonomi sipil, sosial dan budaya. Konsep ini juga merujuk pada situasi di mana tidak ada individu yang ditolak aksesnya atas hak-hak tersebut, atau hak-hak tersebut dirampas dari mereka, karena jenis kelamin mereka. Selanjutnya, Istilah “keadilan gender” dikembangkan oleh pihak-pihak yang khawatir bahwa istilah “kesetaraan gender” tidak memadai baik di tingkat konseptual maupun di tingkat praktek untuk memberikan “gambaran yang cukup kuat, atau kemampuan yang cukup untuk mengatasi, beragam ketidakadilan berbasis gender yang terus menerus berlangsung yang membuat para perempuan dan kelompok rentan lainnya menderita” (Goetz, 2007). Dijelaskan juga terkait “Diskriminasi Gender” yang merupakan perlakuan tidak adil setara antara laki-laki dan perempuan yang mempengaruhi pengalaman hidup suatu individu. Kemudian solusi penanganan dari diskriminasi gender yaitu pertama, Peningkatan Kesadaran Individu, Untuk menghilangkan diskriminasi ini, diperlukan kerja sama dan kesadaran pada setiap individu, baik secara kultural maupun struktural. Setiap individu harut memperhatikan lingkungannya. Perubahan kultural diperlukan untuk membentuk keyakinan pada masyarakat bahwa sekolah merupakan hal yang menyenangkan. Kedua, Meningkatkan Dukungan Serta Perlindungan Terhadap Kaum Perempuan, Pemberdayaan bagi kaum perempuan itu memang pe tetapi menciptakan lingkengan yang kondusif bagi perempuan jaublebih penting. Selanjutnya inti dari materi yang disampaikan yaitu mengenai Peran Generasi Muda Dalam Implementasi Konsep Kesetaraan Gender yaitu menghapus pandangan klasik tentang peranan perempuan, kampanya keseteraan gender di media sosial, keberanian perempuan untuk duduk sejajar dengan laki-laki, terjaminnya tempat untuk perempuan dan dilindungi oleh negara, dan pemuda yang peduli dan paham akan kesetaraan gender.


Selanjutnya, masuk pada sesi diskusi yaitu dengan pertanyaan apakah generasi muda Indonesia sudah ramah terhadap kesetaraan gender? Pertama, pendangan dan pendapat dari salah satu anggota APMI bernama Tata dari UPI jurusan psikologi mengatakan bahwa belum terpenuhi, dimana pada berita viral yang sedang terjadi banyak laki-laki yang patriarki yang merasa dirinya lebih menonjol dari istrinya atau perempuan. Kak Tata mengatakan belum signifikan dikarenakan diskriminasi masih banyak di Indonesia terutama di Padang. Kedua, dari anggota APMI juga yaitu kak Putri dari jurusan hukum menjelaskan bahwa kesetaraan gender menjadi salah satu isu yang sangat sering dibicarakan di APMI karena landasan dasar berdirinya APMI karena ada keresahan mengenai hal tersebut dan dari pandangan dari kak Putri sendiri lebih suka dengan kata keadilan gender dibandingkan dengan kesetaraan gender. Kesetaraan gender katanya cukup banyak tafsiran nya dan terlalu jauh dan melihat kesetaraan yang ada pada teman-teman yang ada di barat rasanya apakah sesuai diterapkan di Indonesia? Ini perlu hal-hal yang harus dibatasi terlebih dahulu. Kak Putri yang lebih memandang dari keadilan gender di APMI pun berpandangan bagaimana cara mengurangi hal-hal terhadap isu-isu perempuan, kesetaraan gender, ataupun keadilan gender makanya dari APMI lebih berorientasi terhadap pendidikan dan edukasi. Kemudian, sebagai perempuan menurut kak Putri yang penting dan wajib ada yaitu sebuah pendidikan baik pendidikan formal maupun di tempat lainnya. Karena pendidikan adalah yang menjadi kunci dari hal-hal yang dicita-citakan, baik dari ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, ataupun keberlanjutan berikutnya. Jadi kita bisa mendekati dari anak-anak muda yang bakalan menjadi regenerasi dimana dizaman  digitalisasi sekarang informasi sudah sangat banyak ada yang positif ada juga yang negatif yang berperan penting untuk mengkampanyekan bahwa pendidikan itu penting karena yang bakal menjadi pembuka pemikiran. Tugas kita sebagai anak muda dengan kita punya ilmu dan sekolah yang tinggi kita bisa menyampaikan di lingkungan secara baik, baik itu dilingkungan kita, dikeluarga kita, ataupun orang-orang yang ada di sekitar kita. Ketiga, dari kak Nana Jurusan ilmu politik Unand menjelaskan generasi muda Indonesia menunjukkan perkembangan positif terhadap kesetaraan gender yang mana di dorong oleh pendidikan, media sosial, dan kampanye kesadaran meski masih ada tantangan dari pandangan tradisional. Akan tetapi sikap mereka lebih inklusif dan mendukung kesetaraan gender.


Kemudian, masih pada sesi diskusi yaitu dengan pertanyaan setujukah dengan persepsi orang yang menganggap perempuan adalah kaum yang lemah? Pertama, kak Ginna dari ilmu politik Unand mengatakan bahwa dia berpandangan kurang setuju karena perempuan juga bisa melakukan tugas-tugas laki-laki. Contoh pada rekrutmen dalam hal apapun seperti di perkuliahan pasti ada rekrutmen untuk perempuan dan laki-laki dan contoh lainnya seperti di TNI juga ada laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dapat terbilang bahwa perempuan dan laki-laki bisa melakukan hal yang sama tapi masing-masing mempunyai porsi yang berbeda. Sebenarnya perempuan menjadi pemimpin bulan suatu hal yang tabu mengingat Indonesia juga pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Kalo perempuan itu seharusnya dipimpin juga bukan hal salah tapi tidak bisa juga dibenarkan, mungkin bagi sebagian perempuan yang memang merasa dirinya perlu dipimpin dan diarahkan tapi ada juga perempuan yang bisa mengarahkan dirinya sendiri seperti yang marak akhir-akhir ini yaitu sebagai independen women. Kedua, kak Tata selalu perwakilan dari APMI mengatakan bahwa perempuan itu tidak lemah tetapi perempuan dan laki-laki mempunyai kodrat nya masing-masing. Mungkin ada sebagian kodrat yang perempuan punya tidak dimiliki oleh laki-laki, begitupun sebaliknya. Ketiga, kak Harmonica perwakilan dari APMI berpandangan sangat tidak setuju bahwa perempuan adalah kaum yang lemah. Perempuan itu nggak lemah, perempuan itu kuat banget. Mungkin salah satunya bahwa Indonesia pernah dipimpin oleh perempuan juga.Hal yang menimbulkan persepsi bahwa perempuan lemah itu mungkin dari sifat perempuan yang lembut karena Tuhan yang Maha Esa memberikan sifat yang lemah lembut kepada perempuan jadi banyak orang yang berspekulasi bahwa perempuan itu lemah. Sebenarnya tidak, bersifat lembut bukan berarti lemah. Menurut kak Harmonica pribadi berpendapat bahwa perempuan itu adalah makhluk Tuhan yang paling kuat dan sabar banget. Menjadi sosok pemimpin bulan berarti harus menjadi pemimpin sebuah lembaga atau organisasi saja, akan tetapi mampu untuk mengendalikan diri dan memimpin diri sendiri juga sudah memiliki sikap pemimpin. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa jadi seorang pemimpin tidak hanya dari seorang laki-laki saja, akan tetapi seorang perempuan juga bisa menjadi pemimpin.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS