Ticker

6/recent/ticker-posts

Mahasiswa KKN Tematik Universitas Andalas Mempromosikan Usaha Songket Rumahan Melalui Video Kreatif

 


Sambil Menyelam Minum Air : Mahasiswa KKN Tematik Universitas Andalas Mempromosikan Usaha Songket Rumahan Melalui Video Kreatif dan Online Shop Sambil Belajar Menenun Songket

Oleh: Dr. Yulmira Yanti, Muhammad Hamdi, Delia Putri Balqis, Wulan Cahyani, Alya Dwi Pramesti, Shayliha Fara Hamidah

PANDAI SIKEK – Songket menjadi icon yang sangat melekat di Nagari Pandai Sikek. Meskipun demikian, mayoritas masyarakat Nagari Pandai Sikek bekerja sebagai petani. Hanya 20% masyarakat Nagari Pandai Sikek yang benar-benar memiliki mata pencaharian sebagai penenun kain songket. Kain Songket yang ada di galeri-galeri seperti di Nagari Koto Baru merupakan hasil dari beberapa usaha tenun rumahan di Nagari Pandai Sikek seperti di Jorong Koto Tinggi.

 Para penenun dari usaha rumahan ini menyuplai hasil songket mereka kepada 1 bos, dan bos nantinya akan mendistribusikannya ke pelanggan langsung atau ke galeri. Sehingga sistem perniagaan songket ini bersifat pre-order atau dipesan oleh pelanggan motifnya harus bagaimana bahan nya dari apa dan sebagainya. Sehingga penenun usaha tidak menyetok beberapa kain songket untuk dijual. Selain proses pembuatannya yang lama, sistem seperti ini cukup menguntungkan penenun rumahan karena pekerjaan menjadi cukup santai karena jumlah songket yang akan dibuat sesuai request dari bos saja.

 Namun sayangnya, pesanan dari pelanggan ini menumpuk pada satu event saja misal pada acara pengangkatan Wali Nagari baru yang diadakan sekali 10 tahun, atau Festival Songket. Akan tetapi ketika event-event tersebut tidak ada, maka penjualan songket menjadi sepi. Hal inilah yang dirasakan oleh Ibu Fitri (47) salah satu penenun rumahan dari Jorong Koto Tinggi yang ikut merasakan dampak ini selama bertahun-tahun. “Songket ini mainnya sesuai pesanan, kalau dari bos ada request dari pelanggan baru dikerjakan. Misal kalau Festival Songket atau Arak-Arakan Wali Nagari baru banyak yang memesan. Kalau ngga ada event sepi ya, bukannya ga ada” ucap Ibu single parent dari 3 anak tersebut.

 Kedatangan mahasiswa KKN Tematik Unand pada Minggu (4/02) siang hari yang mulanya bermaksud untuk belajar cara menenun songket dari penenun rumahan, sekaligus berniat membantu promosi usaha tenun songket rumahan milik Ibu Fitri melalui video kreatif dan pembukaan olshop bagi usaha Ibu Fitri. “Jujur dari Ibu sendiri belum ada mencoba buka online shopnya, karena tidak terlalu paham. Sebenarnya sayang, karena banyak beberapa kain stok dari sisa benang namun tidak terjual karena bukan dari hasil pesanan”.

 “Harapannya, dengan dibuka olshop ini beberapa kain songket yang distok dapat dijual dan dapat menghasilkan bagi usaha Ibu Fitri. Dengan olshop pula, saat periode non-event, pemesanan tetap dapat berlangsung sehingga usaha tenun songket tidak berhenti untuk sementara waktu” komentar Muhammad Hamdi, salah satu mahasiswa KKN tematik Universitas Andalas. Pembuatan video promosi kreatif juga dilakukan untuk mem-boomingkan pemasaran dari kain songket rumahan khas dari Nagari Pandai Sikek. Video ini nantinya diupload ke Youtube atau Instagram sehingga dapat ditonton kepada khalayak ramai.

 Pemasaran kain songket rumahan khas dari Nagari Pandai Sikek tidak hanya melalui video dan pembuatan online shop. “Langkah awal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa mungkin bisa promosi ke teman-teman kampus untuk memesan kain songket untuk wisuda, atau lebih bagus lagi ke dosen karena kita sudah ada kenalan dengan salah satu penenun rumahan di Pandai Sikek. Diharapkan ini juga membantu jejaring usaha Ibu Fitri dalam menarik pelanggan yang lebih luas lagi sehingga usaha songket rumahan di Nagari Pandai Sikek tetap stabil” tambah mahasiswa semester 5 jurusan Biologi tersebut.

 Ibu Fitri berterima kasih atas niat baik Mahasiswa KKN tematik Universitas Andalas di Pandai Sikek dan memuji inisiatif anak zaman sekarang yang mau belajar mengenal budaya Minangkabau salah satunya belajar menenun kain songket. “Kita sama-sama belajar, Ibu belajar cara mengelola olshop kalian belajar menenun songket. Kita saling mencuri ilmu ya, boleh mencuri tapi tidak menyakiti” tutur Ibu Fitri. Berbeda dengan anak-anak zaman sekarang pada umumnya, di Pandai Sikek sendiri, baik laki-laki maupun perempuan sudah diajarkan mengenai cara menenun kain songket dari umur 15 tahun. Namun memang, tidak banyak masyarakat yang bertahan dan melanjutkan usaha songket di rumah masing-masing.

 Anak tengah Ibu Fitri, Mutia (19) bahkan sampai gap year dan memilih tidak melanjutkan kuliah sementara untuk membantu usaha ibunya menenun kain songket. Dari Mutia sendiri, Mahasiswa KKN Tematik Universitas Andalas belajar langsung bagaimana proses awal menenun kain songket mulai dari memintal benang sampai melapak kain tadi sehingga menjadi selendang. “Kami belajar langsung dari Mutia, yang bahkan lebih muda dari kami. Dan memang belajar tidak mengenal umur. Bahkan yang kami kagetkan adalah Ibu Fitri dan Mutia tidak pelit untuk berbagi ilmu tentang menenun kain songket dan menerima kami dengan tangan terbuka. Padahal di hari kami survei, sudah 3 rumah yang menolak kami” ujar Delia, mahasiswa FKG yang juga ikut survei pada hari itu ke rumah-rumah pengusaha tenun.

 Insya Allah usaha ini akan direalisasikan sesegera mungkin terkait olshop dan video promosi mengingat periode KKN Tematik bersisa 5 hari lagi. Dengan adanya peran mahasiswa KKN Tematik Universitas Andalas dalam mempromosikan usaha tenun rumahan ini, melengkapi kebutuhan para penenun rumahan di Nagari Pandai Sikek selain kelompok yang dibentuk oleh penenun sendiri. Karena ada beberapa sisi kebutuhan yang mungkin belum terpenuhi oleh kelompok penenun, dan besar harapan mengenai apa yang dilakukan oleh mahasisawa KKN Tematik Universitas Andalas dapat juga direalisasikan bagi pengusaha tenun rumahan lainnya.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS