Sang Pembawa Bukti: Peranan Polen di dalam Studi
Forensik
Oleh : Gledis Natasha Kinski (2010421001), Aulia Rahmi
(2010421027), Atika Yasmin (2010422011), Revalina Zahra (2010423019)
Mata Kuliah: Biologi Forensik
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsuardi, M.Sc.
DEFINISI
Palinologi
forensik adalah bidang ilmu yang menggunakan studi struktur mikroskopis seperti
polen untuk mendukung atau menyangkal hubungan dalam kasus hukum, baik itu
perdata maupun pidana. Palinologi mencakup berbagai struktur mikroskopis,
termasuk polen spermatofit, spora, dinoflagellata, dan mikroorganisme organik
lainnya, yang dapat bertahan terhadap pembusukan.
SEJARAH
DAN PERKEMBANGANNYA
Sejak
tahun 1959, palinologi forensik menggunakan polen dan spora sebagai alat untuk
membuktikan atau membantah keterkaitan dalam kasus kriminal. Contoh
penggunaannya melibatkan identifikasi lokasi kejahatan di Austria dan
pengidentifikasian tempat tinggal korban dalam kasus Baby Doe oleh Dr. Andrew
Laurence. Palinologi forensik telah berkembang sejak 1950-an, memanfaatkan
keunikan polen dan spora dalam menyelesaikan masalah hukum.
MENAGAPA
POLEN BEGITU SPESIAL DALAM FORENSIK?
Butiran
polen memiliki kekhasan morfologi, ketahanan tinggi, produksi melimpah, dan
tersebar di hampir semua permukaan, menjadikannya alat forensik yang berharga.
Keberhasilannya berasal dari mekanisme penyebarannya, kelimpahannya,
ketahanannya terhadap kerusakan mekanis dan kimia, serta ukurannya yang
mikroskopis. Daya tahan tinggi polen terhadap degradasi kimia, kemampuannya
bertahan lama di TKP, dan jejak yang dapat terbawa angin menjadikannya alat
forensik yang sangat berharga.
STUDI
KASUS
Lingkup studi kasus yang menerapkan palinologi
forensik sangat luas, termasuk dalam konteks pemalsuan, pemerkosaan,
pembunuhan, genosida, terorisme, perdagangan narkoba, penyerangan dan
perampokan, pembakaran, tabrak lari, impor ilegal, serta kasus perdata yang
melibatkan geopreservasi, penangkapan ikan ilegal, dan polusi. Palinologi
forensik memberikan bukti dan pemahaman forensik yang signifikan dalam berbagai
situasi hukum, seperti:
· Mengaitkan
tersangka dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP).
· Menghubungkan
barang yang ditinggalkan di TKP dengan tersangka.
· Menegaskan atau
membantah alibi.
· Mempersempit
daftar tersangka.
· Memberikan
informasi tentang asal lingkungan suatu barang.
· Menyediakan
informasi mengenai sumber geografis barang.
· Membantu dalam
menemukan kuburan rahasia dan sisa-sisa manusia.
· Mendukung
penentuan fakta peri-mortem korban.
· Membantu dalam
menentukan masa pengendapan sisa-sisa manusia.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN
Penggunaan
metode palinologi forensik, yang memanfaatkan analisis polen dan spora dalam
penyelidikan hukum, memberikan keunggulan melalui ukuran kecil dan daya tahan
tinggi polen terhadap kondisi eksternal. Keberhasilan polen dalam melekat pada
berbagai objek dan mempertahankan keutuhannya selama bertahun-tahun
menjadikannya instrumen berharga dalam penyelesaian kasus kejahatan. Meskipun
demikian, praktik palinologi forensik menghadapi sejumlah tantangan, termasuk
kurangnya informasi yang komprehensif, kurangnya standar dalam teknik
pengumpulan sampel, dan kekurangan spesialis terlatih di lapangan, yang juga
dipengaruhi oleh fasilitas pelatihan yang terbatas.
APLIKASI
a)
Metode
Barcoding DNA dalam Palinologi Forensik
b)
Botani
Forensik
c)
High-throughput
Sequencing (HTS)
DAFTAR
PUSTAKA
Arguelles
P., Reinhard K., Shin D.H. Forensic palynological analysis of intestinal
contents of a Korean mummy. Anat. Rec. 2015;298(6):1182–1190.
Auer,
V., 1930. Botany of the interglacial peat beds of Moose River Basin. Geological
Survey of Canada Summary Report for 1926, Part C, 45-47.
Bell
K., de Vere N., Keller A., Richardson R., Gous A., Burgess K., Brosi B. Pollen
DNA barcoding: current applications and future prospects. Genome. 2016;59(9):629–640.
Bryant
V., Jones G. Forensic palynology: Current status of a rarely used technique in
the United States of America. Forensic Sci. Int. 2006;163(3):183–197.
Bryant
V.M. Analytical techniques in forensic palynology. In: Elias S.A., editor. vol.
4. Elsevier; Amsterdam: 2013. pp. 556–566. (The Encyclopedia of Quaternary
Science).
Bryant
V.M. Pollen as trace evidence in forensics. J. TALI. 2016:17–21.
Bryant
V.M., Jr., Mildenhall D.C., Jones J.G. Forensic palynology in the United States
of America. Palynol. 1990;14:193–208.
Bryant,
V.M., 2007. “Forensic Palynology: A New Way to Catch Crooks“. Archived from the
original on 3 February 2007.
Chong
C.W., Pearce D.A., Convey P., Yew W.C., Tan I.K.P. Patterns in the distribution
of soil bacterial 16S rRNA gene sequences from different regions of
Antarctica. Geoderma. 2012;181:45–55.
Coyle
H.M., Ladd C., Palmbach T., Lee H.C. The green revolution: botanical
contributions to forensic and drug enforcement. Croat. Med. J. 2001;42(3):340–345.
Coyle
H.M., Lee C.L., Lin W.Y., Lee H.C., Palmbach T.M. Forensic botany: using plant
evidence to aid in forensic death investigation. Croat. Med. J. 2005;46(4):606–612.
Dethlefsen
L., Huse S., Sogin M.L., Relman D.A. The pervasive effects of an antibiotic on
the human gut microbiota, as revealed by deep 16S rRNA sequencing. PLoS
Biol. 2008;6(11):e280.
Dunbar
M., Murphy T.M. DNA analysis of natural fiber rope. J. Forensic.
Sci. 2009;54:1–6.
Ferri
G., Alù M., Corradini B., Beduschi G. Forensic botany: species identification
of botanical trace evidence using a multigene barcoding approach. Int.
J. Legal Med. 2009;123:395–401.
Galimberti
A., De Mattia F., Bruni I., Scaccabarozzi D., Sandionigi A., Barbuto M.,
Casiraghi M., Labra M. A DNA barcoding approach to characterize pollen
collected by honeybees. PLoS One. 2014;9(10):e109363.
doi: 10.1371/journal.pone.0109363.
Ghosh
A., Mehta A., Khan A. Reference Module in Life Sciences. 2018.
Metagenomic analysis and its applications; pp. 184–193.
Grada
A., Weinbrecht K. Next-generation sequencing: methodology and
application. J. Invest. Dermatol. 2013;133(8):1–4.
Handelsman
J., Rondon M.R., Brady S.F., Clardy J., Goodman R.M. Molecular biological
access to the chemistry of unknown soil microbes: A new frontier for natural
products. Chem. Biol. 1998;5(10):R245–R249.
Horrocks
M., Ogden J. An assessment of linear discriminant function analysis as a method
of interpreting fossil pollen assemblages. N. Z. J. Bot. 2003;41(2):293–299.
Karen
L.B., Brosi, B., Burgess, K., 2016. Pollen genetics can help with forensic
investigations. The Conversation. retrieved 4 December 2019 Doi: from https://phys.org/news/2016-09-pollen-genetics-forensic.html.
Watson, Michelle. 2015. Pollen Analysis Helps Identify
Victim in Baby Doe Case. LSU College of Science. https://www.lsu.edu/science/geology/news/current_news/2015/babydoe.php.
0 Comments