Ticker

6/recent/ticker-posts

Praktek Silek Minangkabau dalam kesenian Randai

 


Praktek Silek Minangkabau dalam kesenian Randai 

 

Silek merupakan salah satu seni bela diri tradisional khas Minangkabau yang berasal dari wilayah Sumatera Barat di Indonesia. Silek pada dasarnya menggunakan teknik pertahanan dan penyerangan baik menggunakan senjata ataupun tanpa senjata. silek pada awalnya berfungsi untuk antisipasi pertahanan diri masyarakat Minangkabau dalam menjaga Kanagarian Minangkabau (tanah Sumatera Barat) dari ancaman musuh yang bisa saja datang sewaktu-waktu. 

Pada perkembangannya, Silek tidak hanya sebagai alat untuk beladiri, akan tetapi Silek juga menjadi dasar gerakan dalam berbagai tarian dan randai (drama Minangkabau).

pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari Masyarakat Minangkabau terdahulu agar silat selalu diulang-ulang dan untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar menjadi lembut dan tenang. 

jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah:  

Mancak atau bungo silek (bunga silat) adalah suatu gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara lainnya. Untuk Gerakan  mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena Akan di pertunjukan.

Silek Merupakan Suatu seni pertunjukan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga Gerakan – Gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan. 

Para tuo silek mengatakan bahwasannya jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh karena itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. 

Praktik Silek dalam Randai sangatlah indah, Yang pada dasarnya Silek memiliki energi yang cenderung panas dan keras akan tetapi bisa menjadi lembut dan tenang jika dipraktik kan dalam kesenian Randai. 

Tarian ini berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Seperti Banyak tarian Lainnya, Tari randai ini menjadi tarian yang dipertunjukan untuk menyambut tamu kehormatan, misalnya saja tamu terhormat atau pengantin. 

Uniknya, Gerakan pada tarian ini memadukan Gerakan antara pencak silat dengan Gerakan kesenian lainnya. Terdapat kombinasi dari berbagai unsur mulai dari musik pengiring, seni sastra, hingga seni beladiri pencak silat minang.

Awalnya tarian ini dipentaskan untuk menyampaikan kabar atau cerita rakyat, yang disampaikan di dalam bentuk gurindam atau syair yang didendangkan bersama tarian tersebut. 

Ada beberapa cerita rakyat yang sering dipentaskan dalam kesenian randai ini, seperti Malin Kundang, Malin Deman, Cindua Mato, Anggun Nan Tongga, dan lain sebagainya.

Cerita orang terdahulu, Katanya Tari Randai berasal dari permainan para pemuda pada malam hari, yang mementaskannya dengan berbagai gerakan silek Minangkabau. Kata 'randai' berasal dari kata 'handai' yang memperoleh awalan 'ba' menjadi 'barandai', yang berarti obrolan hangat di dalam suasana yang intim dan santai. 

Para pemuda ini awalnya Barandai untuk mengasah kemampuan silek mereka. Dipentaskan dengan membentuk pola melingkar, dalam lingkaran tersebut terdapat seseorang yang berperan sebagai pelatih silek untuk menyampaikan pesan melalui syair dan gurindam Minang.

Tari Randai dipentaskan oleh 8 penari laki-laki dan perempuan secara berpasangan untuk menyiratkan adanya 8 penghulu atau kepala suku di daerah Nagari Saningbakar, Sumatera Barat. 

Gerakan di dalam tarian ini mengkombinasikan kesenian dan gerakan pencak silat, yang merupakan olahraga asal Indonesia. Berbagai unsur dari elemen tersebut, seperti pencak silat Minang, seni gerak, seni musik, seni suara, dan seni sastra dikombinasikan menjadi 1 di bawah hentakan musik pengiring. Setidaknya, ada 11 variasi gerakan yang dipentaskan di dalam tari Randai.

Pertama, ada gerakan vibrasi (getaran) dari seluruh tubuh penari. Gerakan ini ada di dalam penyusunan ragam gerak tupai bagaluik dan balah karambia.

Kedua, ada jatuh banfun, para penari menjatuhkan tubuh lalu kembali tegak dengan cepat. Gerakan ini digunakan di dalam langkah injak baro.

Ketiga, gerakan mengayun, di mana tangan para penari memeragakan seseorang yang sedang mengayun dengan seluruh tubuhnya saat menggendong bayi.

Adapun gerakan-gerakan lainnya: gerakan berputar, gerakan tegang kendur, gerakan patah, gerakan lokomotor, gerakan mengalir, gerakan membumi, gerakan menahan, dan gerakan melayang.

 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS