Jakarta - Ribuan kader dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari seluruh penjuru Indonesia memadati Ballroom Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, dalam kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) I dan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Korps Alumni HMI (KAHMI) Tahun 2025, Kamis (10/07/2025). Acara ini resmi dibuka oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, yang juga merupakan alumni HMI dan didampingi 9 orang Presidium Majelis Nasional KAHMI yakni Saan Mustopa, Dolly Kurnia Tanjung, Abdullah Puteh, Zulfikar Arse Sadikin, Sutomo, dan Dr. Romo Syafei
Sabar AS, selaku Presidium Korp Alumni HMI (KAHMI) Sumatera Barat tampil dalam forum bergengsi tersebut menyampaikan laporan dan usulan agar Kota Padang bisa diterima menjadi tuan rumah Munas KAHMI ke XII Tahun 2027. Dalam laporannya, Sabar AS meyakinkan bahwa Sumatera Barat akan menjadi ruang strategis untuk merumuskan gagasan besar, meneguhkan kontribusi alumni HMI bagi umat dan bangsa, sekaligus menjadi ruang silaturahmi yang hangat di tanah yang subur dengan nilai, ilmu, budaya, dan keindahan. Munas KAHMI di Sumatera Barat adalah upaya menjawab panggilan kebangsaan, sekaligus menyusun langkah strategis kader umat untuk masa depan Indonesia
“Agenda Munas KAHMI ke-XII di Kota Padang nantinya diharapkan tidak sekadar menjadi forum musyawarah organisasi, tetapi juga momentum tepat untuk menunjukkan potensi dan keunggulan Provinsi Sumatera Barat di kancah nasional. Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, Kota Padang optimis dapat menyelenggarakan Munas KAHMI ke-XII dengan sukses dan memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta dari berbagai daerah di Indonesia,” ujar Sabar AS yang juga Bupati Pasaman periode 2023-2025
Menurutnya, Provinsi Sumatera Barat memiliki destinasi wisata alam yang memukau. Hamparan danau seperti Danau Singkarak dan Danau Maninjau, Air Terjun Lembah Anai, perbukitan hijau di Harau, Rimbo Panti hingga pantai yang menyenangkan di Padang, Pesisir Selatan dan gelombang yang menantang di Kepuluan Mentawai akan menjadikan Munas KAHMI lebih dari sekadar forum, tetapi juga ruang kontempelasi dan silaturahmi dengan alam.
Diketahui bahwa di bumi Ranah Minangkabau telah lahir tokoh-tokoh besar Indonesia dalam berbagai bidang, mulai dari pejuang kemerdekaan, pemikir, ulama, hingga teknokrat yang memberikan kontribusi nyata bagi negeri ini. Sebut saja Mohammad Hatta (Wakil Presiden pertama RI), Sutan Sjahrir (Perdana Menteri pertama RI), Agus Salim (Diplomat ulung), Buya Hamka (Ulama dan sastrawan), Haji Agus Salim, dan Tan Malaka. Tidak berlebihan jika kita menyebut Sumatera Barat sebagai salah satu pilar penting dalam sejarah lahirnya Indonesia.
Sumatera Barat juga menjadi pusat perkembangan pendidikan yang telah melahirkan banyak insan cendekia, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Dari sisi demografis, masyarakat Sumatera Barat dengan lebih dari 97% beragama Islam hidup berdampingan secara harmonis dengan pemeluk agama lain seperti Kristen, Katolik, dan Budha. Budayanya kaya dengan falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, memadukan adat yang agung dengan nilai-nilai syariat Islam, melahirkan peradaban yang adaptif namun tetap berakar kuat pada nilai luhur. Sistem matrilineal yang khas memupuk nilai kebersamaan, kolaborasi, penghargaan terhadap perempuan, dan tanggung jawab sosial yang tinggi.
Keragaman budaya ini juga melahirkan kuliner Minang yang mendunia, seperti Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Gulai Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Lamang Tapai. Kuliner ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagian dari kekuatan soft power Sumatera Barat yang menjadikannya tempat lahirnya inovasi, kreativitas, dan harmoni dalam keberagaman.
“ Di tengah tantangan kebangsaan hari ini – seperti menguatnya polarisasi sosial, krisis keteladanan, tantangan pembangunan berkelanjutan, dan kebutuhan akan kader umat yang mampu hadir dalam dinamika kebangsaan dengan kesejukan – Sumatera Barat menawarkan teladan nyata tentang bagaimana nilai agama, adat, dan budaya dapat berjalan seiring membangun harmoni,” ujarnya.
Sabar AS menjelaskan bahwa Sumatera Barat telah menunjukkan Islam yang moderat dapat berdampingan dengan budaya lokal dan realitas kebangsaan, tanpa kehilangan jati diri, namun tetap berkontribusi positif untuk peradaban bangsa. Di tengah krisis integritas, Ranah Minang menawarkan nilai kejujuran, keadilan, dan semangat egaliter yang telah diwariskan dari para pendahulunya. Di tengah kebutuhan regenerasi kepemimpinan, Ranah Minang menjadi tempat tepat untuk menyusun langkah strategis mencetak kader umat yang bukan hanya mampu memimpin, tetapi juga berjiwa merawat bangsa.
“Di tengah krisis kepedulian lingkungan, Sumatera Barat menunjukkan harmoni antara manusia dengan alam, menjadikan alam sebagai ruang kontemplasi dan nilai spiritual. Di tengah derasnya arus globalisasi, Sumatera Barat membuktikan bahwa globalisasi dapat dijawab dengan inovasi tanpa kehilangan akar budaya dan nilai luhur,” pungkas Sabar AS yang pernah Ketua Umum Badko HMI Sumatera Barat periode 2002-2004 ini.(spa)
0 Comments