Ticker

6/recent/ticker-posts

“Maggot Solusi Penyeimbang Ekologi”



oleh : Adli Fadhil mahasiswa universitas Andalas Padang 

Pengolahan limbah organik, yang berasal dari sisa makhluk hidup yang tidak dapat dipulihkan, merupakan limbah sampah. Limbah organik dapat dianggap sebagai limbah ramah lingkungan, dan jika dikelola dengan tepat, limbah organik dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai. Maggot, sebagai larva yang sering berasosiasi dengan tahap akhir, memainkan peran kunci dalam tahap awal metamorfosis (Ngatung, dkk., 2017). Sebagai agen pengendalian hama yang efektif, maggot bekerja dengan menghancurkan bahan organik mati, seperti hewan dan tumbuhan. Maggot memiliki peran penting sebagai alternatif pakan yang kaya nutrisi untuk ternak. Maggot tidak hanya membantu mengelola limbah organik, tetapi juga menghasilkan produk sampingan berupa pupa yang dapat dimanfaatkan dalam industri pakan ternak. Selain itu, budidaya maggot adalah solusi untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah organik. Pemanfaatan bahan pakanhingga kini belum tertanggulangi, dalam artikompetisi antara pangan dan pakan masihterus berlanjut terutama pakan sumberprotein, sehingga menimbulkan dilema bagipembudidaya (Djissou et al., 2016; ).

​Semakin tinggi harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi para pembudidaya karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan untuk memulai usaha budidaya yaitu 50 - 70%. Maggot merupakan salah satu larva lalat yang memiliki kandungan protein hewani tinggi sekitar 30-45%. Kandungan protein yang tinggi sangat potensial sebagai pakan tambahan black soldier fly atau untuk perbesaran ikan. Maggot memiliki fungsi pakan alternatif untuk ikan yang dapat diberikan dalam keadaan segar (Subamia et al. 2010). Walaupun penggunaan maggot tidak bisa dijadikan sebagai satusatunya pakan, namun maggot dapat diaplikasikan bersama pakan komersil sehingga biaya produksi dapat ditekan Maggot juga memiliki kandungan antij amur dan anti mikroba sehingga apabila dikonsumsi ikan akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Salah satu cara dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya, yaitu dengan melakukan risetuntuk menghasilkan pakan yang ekonomisdengan kandungan nutrisi yang sesuaidengan kebutuhan ikan (Silminadkk., 2010;Katayane dkk., 2014).  

​Maggot (Hermetia illucens) adalah salah satu insekta yang mulai banyak dipelajari karakteristiknya dan kandungan nutriennya. Lalat ini berasal dari Amerika dan selanjutnya tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di dunia (Čičková et al. 2015). Kondisi iklim tropis Indonesia sangat ideal untuk budi daya BSF. Ditinjau dari segi budidaya, BSF sangat mudah untuk dikembangkan dalam skala produksi massal dan tidak memerlukan peralatan yang khusus. Tahap akhir larva (prepupae) dapat bermigrasi sendiri dari media tumbuhnya sehingga memudahkan untuk dipanen. Selain itu, lalat ini bukan merupakan lalat hama dan tidak dijumpai pada pemukiman yang padat penduduk sehingga relatif aman jika dilihat dari segi kesehatan manusia (Li et al. 2011).

​Maggot dapat tumbuh pada bahan organik yang membusuk di wilayah  temperate dan tropis. Maggot dewasa tidak makan, tetapi hanya membutuhkan air sebab  nutrisi hanya diperlukan untuk reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Faktor yang berperan penting dalam siklus hidup BSF adalah suhu, dimana suhu 30°C menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Untuk dapat tumbuh dan berkembang suhu optimallarva adalah 30°C, sedangkan pada suhu 38°C pupa tidak dapat mempertahankan hidupnya sehingga tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa. Menurut Tomberlin dkk. (2009), suhu berpengaruh terhadap masainkubasi telur terbukti suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas cepat dibandakan dengan suhu rendah.

Maggot (H. illucens) adalah salah satu jenis organisme potensial untuk dimanfaatkan antara lain sebagai agen pengurai limbah organik dan sebagai pakan tambahan bagi ikan. Rachmawati dkk. (2010). Maggot (Black soldier fly / BSF) memiliki kandungan protein tinggi (40-50%) sebagai sumber pakan ikan. Pemanfaatan BSF ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan peternak terhadap pelet yang semakin mahal dan dapat memanfaatkan sampah organik sebagai makanan maggot. BSF mengandung senyawa antibakteri yang dapat menguntungkan bagi ikan. Kemampuannya dalam mengurai limbah organik sebagai media perkembang biakkan menjadikan BSF mudah diproduksi dalam skala massal.

Budidaya Maggot BSF telah banyak dibudidaayakan oleh peternak ikan dan unggas untuk diambil panen maggotnya dandi jadikan pakan dengan cara mengolah maggot menjadi pasta maggot, tepung maggot dan pelet maggot. bahan budiday amaggot sangat mudah didapat dan banyak disekitar kita seperti sampah dan limbah sehingga tidak perlu biaya besar. Menurut Rachmawati dkk. (2010) menyatakan bahwa larva yang lebih besar (prepupa) sangat ideal digunakan untuk campuran pakan atau bahan baku pelet karena mampu memenuhi kuantitas produksi. Larva muda lebih sesuai diberikan untuk pakan ikan secara langsung, karena bentuknya yang kecil sesuai dengan ukuran mulut ikan. Pemberian maggot sebagai pakan ikan dalam bentuk segar ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya tidak perlu repot repot mengolah maggot. Sedangkan kerugian tidak mengolah maggotnya lebih banyak terutama bagi mereka yang beternak unggas seperti ternak ayam, ternak itik, ternak puyuh, ternakburung ternak bebek dan ikan .

Budidaya untuk menghasilkan maggot dapat dilakukan dengan mudah dan membutuhkan waktu yang singkat yaitu 2 minggu.Keunggulan maggot sebagai pengganti pakanikan yaitu mudah dibudidayakan baik dalamkapasitas kecil maupun besar, mengandungnutrisi yang tinggi, mengandungantimikroba, anti jamur, tidak membawapenyakit serta pemanfaatannya tidakbersaing dengan manusia. BSF mengandung sifat anti bakteri yang bermanfaat bagi ikan. Kemampuan BSF dalam memproduksi limbah organik sebagai media tanam membuatnya mudah untuk diproduksi dalam skala besar. Namun, penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan BSF sebagai alternatif protein diperlukan untuk mengurangi biaya produksi tanpa mengurangi kualitas protein.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS