Oleh: Asyrafal Yuanata mahasiswa sastra Jepang universitas Andalas
Istilah "Musubi
no Sake" dapat diartikan sebagai upacara atau tradisi minum sake yang
mengandung makna simbolis terkait dengan konsep "Musubi" dalam budaya Jepang. Kata "Musubi" sendiri merujuk
pada ikatan atau hubungan yang erat. Dalam ritual ini, minum sake tidak hanya
menjadi kegiatan konvensional, tetapi juga memiliki makna mendalam yang terkait
dengan hubungan keluarga, warisan budaya, dan penghormatan terhadap roh
leluhur. Dengan minum sake dalam konteks "Musubi no Sake," individu atau keluarga berpartisipasi dalam
suatu upacara yang dirancang untuk merayakan dan memperkuat ikatan emosional
dan spiritual antaranggota keluarga. Sake, sebagai simbol, menjadi medium untuk
menghormati leluhur, mengenang tradisi, dan menyampaikan harapan-harapan
positif untuk keberuntungan dan keselamatan keluarga. Ritual minum sake ini
mencerminkan kebiasaan dan tradisi Jepang yang masih dipraktikkan dalam
beberapa masyarakat di Jepang. Sake, sebagai minuman beralkohol yang berasal
dari beras, memiliki nilai simbolis dalam budaya Jepang dan sering kali
terlibat dalam berbagai upacara keagamaan dan tradisional.
Dalam film "Kimi no Na wa" (Your Name) yang
merupakan sebuah film animasi Jepang yang dirilis pada tahun 2016, terdapat
adegan di mana karakter utama, Mitsuha Miyamizu, dan keluarganya terlibat dalam
sebuah ritual minum sake yang disebut "kuchikamizake"
atau "musubi no sake." Musubi
juga diartikan dewa pelindung menurut kepercayaan keluarga miyamizu. Keluarga
dari Mitsuha adalah keluarga penjaga kuil Miyamizu. Yang juga tetap meneruskan
ritual musubi no sake/kuchikamizake
dari generasi ke generasi selanjutnya.
Kuchikamizake adalah tradisi yang
berdasarkan kejadian pada 200 tahun yang lalu. Ritual penyatuan spiritual
antara penduduk desa dan para dewa.Peristiwa yang terjadi dinamakan dengan
Kebakaran Besar Mayugoro.Hal ini di gambarkan pada dialog dari tokoh nenek nya
Mitsuha yang kata nya “Yang awal nya
berawal kamar mandi pembuatan sandal Mayugoro terbakar dan api nya menjalar
keseluruh area, kuil dan dokumen lama menjadi hancur, peristiwa ini dinamakan...”
disambung oleh Mitsuha “Kebakaran besar
Mayugoro”. Kebakaran besar tersebut mungkin terkait dengan keputusan yang
diambil dalam ritual tersebut atau bahkan mungkin sebagai bagian dari
pengorbanan dalam upaya mempertahankan hubungan dengan kekuatan supernatural.
Kaitannya dapat melibatkan elemen-elemen seperti kesetiaan, pengorbanan, dan
harmoni dengan alam atau roh-roh yang diyakini oleh masyarakat desa.
Ritual diadakan pada malam hari saat festival musim gugur. Awal
ritual dalam film ini memperlihatkan Mitsuha dan adik nya Yotsuha melakukan
tarian budaya Shinto dengan menggunakan yukata (Pakaian tradisional Jepang) berwarna
merah dan putih serta aksesoris berupa kanzashi(jepit
rambut tradisional jepang yang dihiasi bunga bunga) berwarna keemasan. Saat menari, mereka sembari memegang alat yang berupa kagura suzu yang berwarna keemasan juga. Kagura suzu adalah jenis
lonceng atau genta yang di gunakan dalam tarian tradisional jepang seperti
tarian Shinto. Orang-orang sekitar sangat terpukau atas tarian itu. Seperti
adegan di Kimi no nawa memperlihatkan expresi kagum dari salah satu tokoh yang
bernama Sayaka(sahabat sekolah nya Mitsuha). Setelah
tarian, mereka memperlihatkan bagaimana pembuatan sake dari ritual itu. Nasi disajikan kepada Mitsuha dan Yotsuha. Lalu mereka menguyah nasi sampai
sehalus-halusnya. Lalu memuntahkan kedalam masu(wadah kayu persegi). Setelah
memuntahkan nya, hasil nya dibawa untuk di fermentasikan di sebuah kuil
miyamizu. Hal ini digambarkan pada adegan di film Kimi no nawa
serta dari dialog dari tokoh Teshi(sahabat
sekolah nya Mitsuha). “Dengan mengunyah nasi,memuntahkan nya kembali,
memfermentasikannya, lalu jadilah sake” kata nya.
Ritual ini dilakukan di kuil setempat. Anggota
keluarga berkumpul di sekitar meja kecil di dalam kuil untuk melaksanakan upacara
tersebut. Selain anggota keluarga, penduduk
setempat juga ikut melihat ritual yang di persembahkan oleh keluarga Miyamizu.
Ritual ini terkait dengan perayaan atau upacara tertentu yang diadakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sake disajikan dalam bejana kayu yang disebut
"masu." Masu adalah wadah kayu persegi yang digunakan untuk
menyajikan sake secara tradisional di Jepang. Wadah ini memberikan sentuhan
alami dan tradisional pada penyajian sake. Anggota keluarga minum sake
menggunakan cangkir kecil. Ini adalah cangkir tradisional Jepang yang digunakan
khusus untuk minum sake. Penggunaan cangkir kecil seperti ini menciptakan
suasana intim dan menghormati tradisi. Selama ritual,terdapat doa atau ungkapan
khusus yang diucapkan oleh anggota keluarga atau seorang pemimpin upacara. Ungkapan
tersebut mencakup permohonan keselamatan, rasa syukur, atau hubungan spiritual
dengan leluhur. Ritual minum sake ini mencerminkan nilai-nilai tradisional
Jepang dan kearifan lokal yang masih dipraktikkan dalam masyarakat tertentu. Film ini menggunakan elemen-elemen
ini untuk memperkaya latar belakang budaya karakter-karakternya. Seperti di karakter nya Mitsuha. Karna dia keturunan asli miyamizu yang
mempercayai ada nya kekuatan dewa dalam tradisi atau ritual dari kuchikamikaze.
Karna hal itu juga budaya seperti merajut, menganyam sangat ahli dilakukan oleh
karakter Mitsuha. Hal ini juga digambarkan saat Mitsuha membantu nenek nya
menganyam untuk ritual yang akan dilakukan oleh keluarga Miyamizu
Ritual minum sake menjadi lebih dari sekadar adegan
atau kebiasaan tradisional Jepang. Ia memperoleh makna yang mendalam, merangkai
benang-benang budaya, waktu, dan ikatan emosional. Sake yang dihidangkan dengan
penuh kecermatan dalam film ini, menjadi sebuah simbolisme yang membawa kita
melintasi dimensi waktu, menghubungkan generasi, dan menggambarkan keabadian
hubungan antarmanusia. Dengan setiap tegukan sake, karakter-karakter film ini
tidak sekadar mengonsumsi minuman, tetapi mereka memasuki medan simbolis yang
melintasi batas-batas dunia nyata. Ritual minum sake menjadi gerbang ke dimensi
rohaniah, tempat di mana masa lalu dan masa depan bersatu dalam tarian tak
terbatas. Setiap adegan minum sake menyampaikan pesan tentang kelangsungan
hidup, keberlanjutan warisan, dan keterhubungan antargenerasi.
0 Comments