Ticker

6/recent/ticker-posts

Kosmetik dan Kerusakan Lingkungan: Pengeksploitasian Hewan di Balik Kecantikan





Oleh : Ayumi Rizci Puspita


Pada zaman sekarang ini penggunaan kosmetik di masyarakat terutama dikalangan perempuan mengalami kenaikan yang sangat pesat. Produk kecantikan menjadi produk  yang dibutuhkan untuk merawat ataupun mempercantik kulit dan penampilan seseorang. Adapun produk kecantikan terdiri dari produk perawatan rambut, wajah, bibir dan lain sebagainya. Seiring berkembangnya zaman, produk kecantikan tersebar dalam berbagai jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ada yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Tingkat penggunaan dan kesadaran masyarakat akan penggunaan produk kecantikan juga meningkat.

Pernahkah kita menghitung berapa banyak skincare dan kosmetik yang kita pakai setiap harinya? 

tentunya bagi perempuan menganggap penggunaan skincare dan kosmetik ini sangat penting didalam kehidupan sehari – hari. Tapi pernahkah kita menyadari bahwa kebiasaan ini ternyata bisa berdampak pada kerusakan lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya. Semakin meningkatnya jumlah produk kecantikan yang dijual dan dipakai turut menciptakan jumlah sampah plastik yang lebih tinggi. Tidak hanya limbah dari kosmetik, namun kandungan dari kosmetik ini juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan diantaranya adalah kandungan dalam chemical sunscreen, seperti oxybenzone dan octyl methoxycinnamate, diketahui dapat mengganggu kerja kelenjar endokrin. Tak hanya itu, saat terbilas oleh air laut, chemical sunscreen juga berpotensi menyebabkan kerusakan pada lingkungan laut karena bersifat racun bagi koral.

Dampak lainnya adalah pengeksploitasian hewan terhadap produk kosmetik. Beberapa perusahaan melakukan pengujian kosmetik pada hewan atau yang sering disebut dengan (animal testing). Hal ini memberikan dampak buruk bagi hewan itu sendiri, karena jenis pengujian pada hewan ini sering kali merugikan subjek hewan, hal ini ditentang oleh aktivis hak-hak hewan dan pihak lainnya. Pengujian kosmetik pada hewan dilarang di banyak belahan dunia, termasuk Kolombia , Uni Eropa , Inggris , India , dan Norwegia . 

Animal testing yang dilakukan pada pembuatan kosmetik adalah proses uji coba beberapa produk kecantikan. Lebih dari 115 juta hewan termasuk tikus, marmut, kelinci, anjing dan hewan lainnya digunakan dalam eksperimen di lab industri kosmetik tiap tahunnya di seluruh dunia. Diujikan kepada hewan seperti tikus, kelinci, bahkan monyet untuk mengetahui reaksi alergi dan reaksi lainnya yang dapat timbul apabila produk-produk tersebut digunakan pada manusia. Biasanya untuk melakukan animal testing dilaksanakan melalui tes iritasi mata dan kulit. Caranya yaitu zat kimia yang akan diuji coba dioleskan ke kulit mereka setelah terlebih dahulu bulu mereka dicukur, atau juga diteteskan ke mata mereka.

Dampak pengujian kosmetik pada hewan yaitu ada sekitar 500.000 hewan digunakan dalam pengujian kejam untuk kosmetik setiap tahun, hanya untuk satu bahan dalam sebuah produk kosmetik saja, pengujian ini bisa membuat sekitar 1.400 hewan mati. Pada tahun 2013, Uni Eropa melarang penjualan kosmetik yang diuji pada hewan, namun masih banyak hal yang belum tuntas. Faktanya, pengujian hewan terbukti lebih mahal, kurang akurat, dan membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan alternatifnya memiliki akurasi sekitar 80%.

Kenapa pengeksploitasian hewan untuk uji coba produk kecantikan harus dihentikan ? 

1. Belum tentu menghasilkan hasil yang akurat 

Jumlah hewan yang menjadi korban di laboratorium yang mencapai ratusan juta sangat tidak sebanding dengan hasil temuan bahan yang kemudian disetujui oleh drug regulator. Belum lagi, 95% dari jumlah bahan-bahan yang sudah diuji coba ke hewan ternyata malah gagal ketika diuji coba ke manusia. 

2. Metode yang digunakan sudah kuno

Banyak perusahaan masih mempertahankan metode animal testing ini padahal pada zaman yang sudah modern ini sudah banyak teknologi yang dapat menggantikan metode animal testing ini. bahkan hasil yang didapatkan jika menggunakan teknologi ini bisa lebih relevan dengan kondisi manusia in real life

3. Biaya mahal dan butuh waktu yang lama 

menggunakan hewan untuk uji coba ternyata butuh biaya yang tidak sedikit, butuh alokasi dana untuk makanan, perawatan medis, hingga tempat tinggal sementara. Waktu yang dibutuhkan untuk uji coba pun memakan waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan hasil yang kurang efektif.

Jadi sebaiknya dalam melakukan uji coba  hewan terhadap produk kecantikan dapat kita ganti dengan metode pengujian alternatif. Alternatif pengujian pada hewan ini mencakup pengujian canggih menggunakan sel dan jaringan manusia (juga dikenal sebagai  metode in vitro ), teknik pemodelan komputer tingkat lanjut (sering disebut sebagai   model in silico ), dan penelitian dengan sukarelawan manusia. Metode ini dan metode non-hewan lainnya tidak terhalang oleh perbedaan spesies yang membuat penerapan hasil uji hewan pada manusia sulit atau tidak mungkin dilakukan, dan biasanya memerlukan waktu yang lebih singkat untuk menyelesaikannya.

Metode pengujian non-hewani yang dapat dilakukan melalui pengujian in vitro berikut beberapa contohnya :

1. Para peneliti telah menciptakan  “organ-on-chip” yang berisi sel-sel manusia yang tumbuh dalam sistem canggih untuk meniru struktur dan fungsi organ dan sistem organ manusia. Chip ini dapat digunakan sebagai pengganti hewan dalam penelitian penyakit, pengujian obat, dan pengujian toksisitas dan telah terbukti meniru fisiologi manusia, penyakit, dan respons terhadap obat dengan lebih akurat dibandingkan eksperimen pada hewan mentah. Beberapa perusahaan, seperti AlveoliX , MIMETAS , dan Emulate, Inc. , telah mengubah chip ini menjadi produk yang dapat digunakan peneliti lain sebagai pengganti hewan.

2. Berbagai tes berbasis sel dan model jaringan dapat digunakan untuk menilai keamanan obat-obatan, bahan kimia, kosmetik, dan produk konsumen. Misalnya, Model Jaringan EpiDermis dari MatTek Life Sciences adalah model tiga dimensi yang berasal dari sel manusia yang dapat digunakan untuk menggantikan kelinci dalam eksperimen

3.Perangkat yang dibuat oleh produsen VITRO CELL yang berbasis di Jerman  digunakan untuk memaparkan sel paru-paru manusia di piring ke bahan kimia untuk menguji efek kesehatan dari zat yang dihirup.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS