Oleh : Dewi Nurhasanah
Kamu juga ikutan FOMO ke wisata yang viral itu ya?
Iyaa, emang kenapa sih, kamu kok kayak sensi amat
Kamu ga tau ya akibat dari perbuatan kamu itu gimana ke lingkungan disana?
Apaansiih kamu ini, kalau iri ikutan aja!!
FOMO singkatan dari Fear Of Missing Out yang mana maknanya adalah rasa “takut ketinggalan” momen atau trend dari orang lain. Seseorang yang merasa jika tidak melakukan sesuatu itu atau tidak mengetahui sesuatu hal merasa tidak lebih baik dan merasa ada yang salah, menimbulkan rasa cemas didirinya. Nah, salah satu penyebab FOMO ini yaitu ditimbulkan dari penggunaan media sosial, apalagi sekarang semua serba digital. Seperti yang dilansir VeryWellMind, perasaan FOMO ini dapat terjadi pada semua gender dan umur. Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FOMO?
Berikut beberapa ciri-cirinya, selalu bolak-balik mengecek gadget anda, lebih peduli dengan media social daripada kehidupan nyata, selalu kepo (ingin tahu) kehidupan orang lain, selalu lebih ingin tahu apa saja gossip terbaru yang muncul, mengeluarkan uang yang berlebih diluar kebutuhan mendesak, dan selalu berkata iya walaupan sedang tidak ingin. Apakah ciri diatas ada pada diri Anda sendiri?
Nah, berikut salah contoh FOMO yang berujung merugikan lingkungan dan berbagai pihak yaitu ikutan trend pergi ke wisata-wisata viral. Pengunjung mengetahui tempat-tempat wisata ini karena viral di media social, pengunjung tergiur dengan melihat keindahan dan keasrian dari tempat tersebut. Beberapa wisata yang indah rusak karena ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab yaitu seperti Ranca Upas yang terletak di Bandung, yang ditumbuhi bunga edelweis rawa langka yang langka dan mempesona. Kejadian ini terjadi beberapa bulan lalu, yang mana disebabkan oleh pengunjung yang tmenggunakan tempat tersebut sebagai tempat balap trail. Kegiatan balap tersebut mengakibatkan bencana dengan rusaknya tanaman bunga edelweiss dan merusak ekosistem di ranca upas secara luas.
Wisata lainnya yang juga ikut kena imbas akibat ulah mengikuti trend ini yaitu rumah yang disebut “rumah surga” Abah Jajang di Kampung Rawa Dewa, Cianjur dijadikan lokasi wisata dadakan karena pemandangan indah dan di belakang rumahnya disuguhi air terjun dari Curug Citambur. Tidak berlangsung lama, banyaknya pengunjung yang berdatangan ternyata merusak alam disana. Awalnya rumah Abah Jajang ini berhalaman rumput hijau dan bunga segar yang mengelilinginya, bak suasana surganya dunia, tapi tidak setelah datangnya pengunjung yang berfoto-foto dan menginjak-injak halaman tersebut menyebabkan hancurnya keindahan nan hijau dan asri itu.
Dan ada yang baru-baru ini terjadi yang masih hangat diperbincangkan dan sedang proses pemulihan yaitu Bukit Teletubbis di Savana Bromo. Siapa sih yang ga kenal sama Bukit dengan keindahan lahan nan luas satu ini?? Karena saking viralnya, banyak dijadikan sebagai tempat foto prewedding ala-ala alam. Baru saja terjadi dua bulan lalu, sepasang calon pengantin prewedding dengan menyalakan flare demi memenuhi FOMO mereka untuk mendapatkan hasil seperti yang trend belakangan ini, tapi malah berujung dilahap api sekitar lebih dari 500 hektar lahan di savanna tersebut.
Dari kejadian-kejadian di atas, bisa dilihat ternyata FOMO itu berdampak negatif sekali bukan! Kira-kira ada ga sih dampak positif dari FOMO ini? Setelah ditelusuri ternyata ada loh, jika seseorang yang FOMO memanfaatkan hal ini dengan baik, yuk kita lihat. Yang pertama, dengan FOMO ini seseorang bisa punya banyak pengalaman dan relasi yang luas loh, kok bisa ya? Nah hal ini bisa terjadi dikarenakan dengan rasa penasarannya mereka akan mencari hal tersebut sampai ketemu dan akan menanyakannya ke orang lain, semakin belum puas akan jawabannya maka mereka akan mencari informasi lebih ke orang banyak. Yang kedua, termotivasi untuk mencoba hal baru yaitu dengan rasa tidak ingin tertinggalnya maka seseorang akan mencoba hal yang sebelumnya tidak berani dicobanya. Dengan melihat orang lain bisa, maka mereka akan berusaha untuk bisa untuk itu. Sekiranya itu si beberapa hal positif yang dapat diambil dari FOMO ini.
Setelah dipikir-pikir terkait masalah di atas, ada ga ya solusi dari pemerintah atau solusi dari wisata tersebut? Tentu ada tapi masih kurangnya ketegasan hukum dalam menanganinya, contohnya solusi dari Ranca Upas yaitu ditanami kembali bunga edelweis di lahan tersebut. Solusi dari wisata yang awalnya diperbolehkan untuk pengunjung dari luar jadinya dibatasi dan bahkan tidak dibuka lagi untuk objek wisata. Adapaun yang dari alam itu sendiri yang recovery dengan tidak adanya campur tangan manusia. Bahkan bisa diatasi dengan meminta bantuan dengan bekerja sama dengan polisi, polisi hutan, penambahan personil dari Balawista dan Akademi Relawan (Akrin).
Kita sebagai seorang saintis muda, bijaklah dalam mengikuti trend. Baik itu trend ke alam maupun dalam bermedia sosial, karena kita tidak tahu bagaimana efek dari tindakan semena-mena kita terhadap alam. Hal-hal yang terjadi pada wisata-wisata tersebut tidak hanya tanggung jawab pengunjung tapi juga termasuk pemerintah dan pengelola destinasi yang harus mempunyai aturan dan syarat yang jelas jika pendatang ingin untuk menikmati tempat wisata tersebut. Untuk mengenai sampah yang harus dibuang pada tempatnya, menjaga tanaman dan aset-aset hayati yang ada disana, itu harus dari kesadaran diri sendiri, jika bukan kita siapa lagi yang akan menjaganya. Toh, semua yang diberikan alam untuk kita juga kan, contoh yang paling krusial tidak terjaganya alam akan berakibat berkurangnya oksigen bagi makhluk hidup.
0 Comments