Ticker

6/recent/ticker-posts

SUNTIANG YANG ADA DI MINANGKABAU

 


(Oleh Ayu Azhara Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

                                 


         Di indonesia banyak sekali bentuk ragam budaya adat dan ciri kebudayaan, serta memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri di setiap daerah, salah satunya pada hiasan kepala yang di pakai saat pernikahan dalam adat budaya Minnagkabau yaitu sebuah suntiang namanya.

        Suntiang merupakan salah satu bentuk perhiasan yang ada di kepala dimana bentuknya bertingkat serta berwarna keemasan dan suntiang tersebut di gunakan oleh perempuan Minangkabau. Suntiang tersebut dimana sebagai simbol seorang perempuan dan terbuat dari berupa sebuah bahan emas, perak serta tembaga tapi saat ini suntiang sudah di modifikasi dalam menggunakan sebuah aluminium yang di sepuh. Dalam hiasan suntiang ini bentuknya setengah lingkaraan serta terdapat beberapa susunan yang bermotif baik itu bermotif flora ataupun fauna,sehingga bisa diambil dalam bentuknya seperti kupu-kupu, burung merak, bunga mawar, ikan, pisang dan lain sebagainya.

       Filosofi dari sebuah suntiang yaitu merupakan suatu simbol dimana bahwa seseorang perempuan minang telah melewati suatu masa paralihan dari mulanya remaja sampai menjadi seorang perempuan yang dewasa. Sehingga seorang penggantin perempuan minang pun harus mengikuti sebuah bentuk ritual atau suatu adat perkawinan.

        Untuk filosofi beratnya dari sebuah suntiang itu yaitu melambangkan bahwa betapa beratnya suatu tanggung jawab yang dimana akan dipikul oleh seorang perempuan minang saat setelah menikah. Pada tanggung jawab yang akan di pikul perempuan minang ini bukan hanya sekedar tanggung jawab dalam sebuah keluarga saja namun tanggung jawab dalam lingkungan tempat tinggal mereka.

        Dalam sebuah sejarah suntiang yaitu merupakan bentuk dari hasil akulturasi sebuah budaya Indonesia dan budaya Cina. Akan tetapi saat ini suntiang telah menjadi suatu budaya masyarakat Minangkabau, khususnya di Padang Pariaman . Sehingga suntiang ini tidak terlepas dari sebuah keindahan. Pada umumnya sebuah ragam hias itu dimana yang dijadikan sebagai sebuah ornamen sebuah suntiang yang terinspirasi dari sebuah alam yang dimana mencangkup sebuah unsur kehidupan yang ada di darat, udara serta laut. Dimana sesuai dengan sebuah filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau yang berbunyi “alam takambang jadi guru” yang dimana artinya adalah semua yang ada di alam luas bisa dijadikan sebuah pelajaran serta contoh.

        Di dalam Minangkabau suntiang tersebut memiliki ukuran yang berbeda dalam cara pemakainya. Untuk pemakaian suntiang pada seorang penggantin perempuan biasanya memiliki sebuah ukuran yang besar ataupun bisa di katakan dengan suntiang gadang, sedangkan untuk pemakain suntiang perempuan yang berukuran kecil atau suntiang ketek digunakan oleh seorang pedamping pengantin (pasumandan) bisa saja di sebut dengan penari tradisional. Di Minangkabau berat yang terdapat dalam suntiang itu bisa berkira antara 3,5 sampai dengan 5 kg, namun akhir-akhir ini suntiang tersebut di buat dalam bentuk ukuran yang lebih kecil serta dengan bahan nya yang ringan hal tersebut di lakukan agar memudahkan terhadap suatu proses pembuatan serta pemakaian suntiang tersebut.

        Dalam bentuk ukurannya suntiang tersebut memiliki dua ukuran yaitu suntiang gadang dan suntian ketek. Sedangkan suntiang berdasarkan bentuknya suntiang terdapat ada banyak macam salah satunya ada Suntiang Bungo Pudieng yang di mana terdapat di daerah Batipuh Tanah Datar, Suntiang Pisang Saikek yang di mana terdapat di daerah Pesisir, Suntiang Kambang di mana terdapat didaerah Padang Pariaman,Suntiang Pisang Saparak terdapat di daerah Solok Salayo,Suntiang Mangkuto terdapat di daerah Sungayang, Suntiang Sariantan terdapat di daerah Padang Panjang , Suntiang Kipeh terdapat di daerah Kurai Limo Jorong, Suntiang Pinang Bararak terdapat di daerah Koto Nan Gadang atau di Payakumbuh.Untuk sebuah suntiang yang di mana berdasarkan ikatnya atau ikek yaitu ada Suntiang ikek Pasisia, Suntiang ikek Kurai, Suntiang ikek Solok Salayo, Suntiang ikek Lintau Buo,Suntiang ikek Sungayang, Suntiang  ikek Batipuh X Koto, Suntiang Lima Puluh Koto, Suntiang ikek Banuhampu Sungai Puar, Suntiang ikek Sijunjung Koto Tujuh.

      Tidak hanya terlepas dari sebuah sejarah dan filosofinya yang begitu dalam,pada sebuah  suntiang menjadi kebanggaan tersendiri bagi perempuan Minangkabau dalam sebuah  pernikahannya. Akan tetapi walaupun hiasan yang ada di kepala tersebut sangat berat, namun, hal ini juga yang menjadikan mereka seperti tetap terlihat anggun dan juga feminin.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS