Nama : Hasanah Yolanda
Prodi : Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Rangkiang adalah lumbung padi yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk menyimpan padi hasil panen. Bangunan ini pada umumnya dapat ditemui di halaman rumah gadang. Bentuknya mengikuti bentuk rumah gadang dengan atap bergonjong dan lantai yang ditinggikan dari atas tanah. Keberadaan rangkiang merupakan identitas dan keadaan perekonomian suatu kaum. Apakah kaum tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan makan hari ini dan hingga untuk masa yang akan datang (padi bibit).
Bangunan tanpa pintu ini berdiri kokoh di halaman rumah gadang. Sebagai ganti pintu dibuatkan singkok yang berada di bagian atas salah satu dindingnya. Sehingga untuk menyimpan atau mengambil padi, biasanya digunakan tangga bambu yang disimpan di kolong apabila sudah tidak digunakan lagi.
Rangkiang seringkali disebut juga dengan istilah Lumbung. Baik rangkiang maupun lumbung keduanya meiliki arti yang sama, yaitu tempat penyimpanan (Padi).
Istilah rangkiang sendiri menurut sejarawan dan juga sastrawan minang, A A Navis, diadaptasi dari akar kata Ruang Hyang Dewi Sri. yang berarti ruang penyimpanan dewi sri-padi. Padi yang dipanen dibagi-bagi berdasarkan prioritas keperluan, kemudian disimpan di dalam rangkiang.
Setelah panen padi, masyarakat kemudian menympannya dalam rangkiang. Keempat rangkiang diisi sesuai dengan proporsi dan fungsinya masing-masing.
1. Rangkiang Sitinjau Lauik
Rangkiang sibayaubayau adalah jenis rangkiang yang berfungsi untuk menyimpan padi untuk kebutuhan sehari-hari. Termasuk didalamnya untuk pembiayaan kebutuhan yang sifatnya harian ataupun belanja barang-barang yang tidak bisa dibuat sendiri.
Bentuknya sengaja dibuat langsing dan memiliki 4 tiang. Biasanya diletakkan dibagian tengah.
2. Rangkiang Sibayau Bayau
Rangkiang si Bayau-bayau adalah rangkiang yang berfungsi untuk pemenuhan keperluan makan sehari-hari. Disainnya dibuat gemuk dengan 6 tiang. Biasanya terletak di bagian kanan rumah gadang.
3. Rangkiang Sitenggang Lapa
Dahulu, tekonologi pertanian masih sangat tradisional. Musim bercocok tanampun masih tergantung pada musim hujan. Sehingga ketika sempat terjadi gagal panen, maka terjadilah musim paceklik, dimana masyarakat susah mendapatkan makanan.
Ketika musim paceklik tiba, disanalah kemudian isi rangkiang ini dipergunakan. Rangkiang ini merupakan penolong disaat masa sulit, tidak hanya bagi pemilik rumah gadang tapi kerapkali dipinjam-pinjamkan apda masyarakat sekitaryang juga kekurangan makanan.
Rangkiang ini memiliki bentuk persegi dengan 4 tiang. Biasanya terletak di sebelah kiri.
4. Rangkiang Kaciak
Kaciak berarti kecil. Rangkiang ini memang dibuat paling kecil dari yang lainnya. Disinilah padi abuan disimpan. Bila saat bertanam tiba, padi ini diambil untuk disemai. Bangunan kecil ini biasanya terletak diantara ketiga rangikiang lainnya yang lebih besar.
Kalau dicermati filosofi rangkiang, setiap keluarga akan dihiasi rumahnya dengan peralatan yang memberi manfaat dan berguna dari sudut duniawi. Kenapa tidak, untuk membeli barang-barang tersebut, terutama barang-barang yang berupa keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri. Kemudian ketika terjadi musim paceklik seperti sekarang ini. Dari segi budaya dengan menghidupkan roh filosofi rangkiang tersebut merupakan sebuah terobosan yang baik. Apalagi sebetulnya pemahaman terhadap hakekat rangkiang itu sendiri telah hilang sendiri. Atau dengan kata lain menghidupkan rangkiang dalam kehidupan lebih efektif payah masyarakat sudah pindah kerumah yang tidak ada panggungnya lagi. Paerwujudan karya rangkiang si tinjau lauik menjadi pilihan berkreasi untuk berkarya dengan teknik tekan lalu difinishing dengan mengoleskan oli bekas dipermukaan objek lalu dipanas dibawahnya dengan kompor khusus. Ini terlihat dalam bentuk garapam tekink wudul, tekstur dengan melatarbelakangi gunung, pohon yang indah serta pengolahannya dibuat dengan sempurna. Jagalah aset negerimu seperti menjaga diri sendiri, bagaikan rumah tidak ada penghuninya sebagai simbol keharmonisan hubungan yang diciptakan manusia dalam kehidupannya.
0 Comments