Ticker

6/recent/ticker-posts

Dadiah makanan khas masyarakat Minangkabau



Oleh: Anindita saraswati mahasiswa university Andalas



Daerah dataran tinggi di Sumatera Barat dikenal memiliki banyak warisan khazanah kuliner yang unik. Salah satunya adalah kawasan segitiga Agam-Tanah Datar-Lima Puluah Koto atau yang disebut juga dengan ‘Luhak Nan Tigo’. Kawasan ini dikenal sebagai daerah yang memiliki perbendaharaan yang kaya mengenai racikan rempah-rempah dan teknik pengolahan bahan-bahan makanan di tanah Minang. Makanan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok atau primer manusia, yaitu sandang pangan dan papan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk memenuhi rasa lapar dalam hidup sehari-hari. Selain untuk pemenuhan rasa lapar, makanan juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tenaga bagi manusia. Makan dan makanan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena manusia membutuhkan makan untuk kelangsungan hidup. Makan adalah kegiatan yang mencakup beberapa tahap, diawali dengan tahap melihat, kemudian dilanjutkan dengan mencium aroma, dan diakhiri dengan tahap mengecap. Pada saat mengecap, manusia membuat keputusan apakah makanan tersebut akan dilanjutkan untuk ditelan atau tidak. Ketika makanan sudah ditelan maka proses pencernaan dimulai dan penyerapan gizi bagi tubuh. Makan adalah kegiatan manyatukan elemen-elemen lingkungan kedalam tubuh. Maka apa yang dimasukan kedalam tubuh itu dicerna dan diserap untuk “dijadikan satu dengan tubuh”.

Makanan satu kelompok manusia sudah termanifestasi dalam budaya dan agama, baik itu tata cara makan, tata cara memasak makanan, fungsi dari makanan tersebut dalam suatu upacara, dan pengambilan bahan makanan. Makananpun juga dapat menjadi ciri khas dari suatu kelompok masyarakat, karena setiap suku bangsa memliki makanan yang tak sama dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Bila memiliki bahan makanan yang sama namun ada tata cara masak yang berbeda dan fungsinya yang berbeda. makanan dalam kebudayaan yakni memiliki kaitan erat dengan kepercayaan, pantangan, aturan, dan lain sebagainya yang tumbuh dan berkembang dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga tumbuh menjadi kebiasaan makan yang membentuk ciri khas sekelompok masyarakat menjadi pembeda dengan kelompok masyarakat lainya.

Di Indonesia, makanan fermentasi cukup banyak tersedia pada kelompok masyarakat atau di berbagai etnis, sebagai salah satu bentuk keunikan budayanya dan kekayaan makanan yang sudah berakar dalam kebudayaan. Seperti contohnya Dadiah merupakan susu fermentasi yang berbahan baku dari susu kerbau dan berasal dari daerah dataran tinggi Tanah Datar, Sumatera Barat. Proses fermentasi ini diperkirakan sudah dilakukan sejak manusia hidup di zaman prasejarah ketika mereka ingin mengawetkan makanan. Para arkeolog telah menemukan bukti-bukti adanya teknik pengawetan makanan yang dilakukan pada masa purbakala, yang masih dipraktikkan hingga saat ini yaitu fermentasi.

Di Sumatera Barat khususnya di dataran tinggi Sumatera Barat, dadih atau dadiah merupakan salah satu jenis makanan fermentasi tradisional Minangkabau, yang merupakan warisan khasanah yang unik. Dadiah banyak diproduksi di pelosok kampung, antara lain Kawasan Ngarai Sianok, Bukittinggi, di Kawasan segitiga Agam – Tanah Datar – Lima Puluah Koto atau yang disebut dengan Luhak Nan Tigo. Dadiah merupakan susu kerbau yang difermentasi secara alami di dalam buluh atau ruas batang bambu. Biasanya fermentasi secara alami di dalam buluh ini berlangsung setidaknya selama sehari penuh atau dua hari. Proses fermentasi ini kemudian menghasilkan sejenis krim padat bertekstur lembut dan memiliki cita rasa yang asam.

Dadiah adalah makanan khas dari Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Dadiah adalah sejenis yoghurt khas minangkabau yang dibuat dengan cara difermentasi dari susu kerbau atau sapi. Pruses pembuatanya malibatkan beberapa tahapan, di antaranya pemanasan susu hingga mendidih, kemudian di dinginkan dan tambaahkan khamir atau ragi seperti starter fermentasi. Setelah itu, susu yang telah di fermentasi tersebut disimpan dalam wadah tertutup selama beberapa jam sehingga menjadi dadiah. Dadiah bisa dikonsumsi secara langsung dan bisa juga dikonsumsi dengan nasi atau bahan yang lainnya. Dadiah adalah gumpalan susu kerbau yang tidak berubah atau pecah yang dihasilkan dengan memeram (fermentasi) susu dalam wadah bambu pada suhu kamar 27o celcius. Hasil dari fermentasi susu kerbau tersebut bewarna putih seperti tahu yang bisa dikonsumsi langsung, lauk dengan nasi dan olahan jadi ampiang dadiah. Dadiah yang baik itu berwarna putih dengan konsistensi menyerupai susu asam (yoghurt) dan beraroma susu asam.

Dadiah biasanya disajikan sebagai pendamping nasi dan lauk-pauk khas minangkabau seperti rendang, gulai, dan sate padang. Dadiah memiliki rasa yang asam dan sedikit kental, dan kaya akan probiotik yang baik untuk kesehatn pencernaan. Dadiah juga diaanggap sebagai makanan yang menyegarkan dan cocok untuk dinikmati pada hari-hari yang panas. Dadiah yang berbahan dasar susu kerbau yang telah melewati proses fermentasi didalam wadah bambu tanpa adanya bahan tambahan lainnya, membuat dadiah memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Tanpa bahan pengawet menjadikan dadiah memiliki kandungan gizi alami. Kandungan protein yang tinggi dalam dadiah dan juga kandungan asam amino esensial yang cukup lengkap, kalsium, serta vitamin B dan K yang terbentuk karena proses fermentasi, dan juga bakteri yang terdapat pada dadiah menghambat pertumbuhan bakteri pathogen dalam usus sehingga dapat melancarkan pencernaan serta dapat mampu menurunkan kolesterol.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS