Ticker

6/recent/ticker-posts

Hubungan Pola Rima Syi’iran dalam Naskah di Tatar Sunda dengan Pola Rima Syair Arab

 


Oleh : Annisa (sastra Minangkabau, Universitas Andalas)

istilah syi’iran diambil dari kata dalam Bahasa arab syiir yang berarti syair atau puisi. Dalam teori puisi arab, kata ini memiliki arti khusus, yaitu suatu rangkaian kata atau kalimat yang indah yang memiliki pola metrum dan pola rima. Orang arab menganggap syiir sebagai bentuk ungkapan yang memiliki nilai tinggi, itu karena mereka menganggapnya sebagai kumpulan ilmu dan sejarah mereka.

Syi’iran merupakan sebuah tradisi yang tidak asing lagi di dunia pasantren, khususnya yang terdapat di Tatar Sunda. Selain dipergunakan untuk menyampaikan buah pikiran yang umumnya berupa ajakan, syiiran digunakan pula, sebagai media untuk menyampaikan ajaran agama islam. Khususnya kepada santri dan umumnya kepada masyarakat di sekitar pasantren.

Mengakarnya, tradisi syiiran yang telah berlangsung sejak lama di tatar sunda, selain saat ini masih dapat dinikmati melalui pengeras suara di pengajian-pengajian juga dapat dibuktikan dengan adanya catatan-catatan syiir yang terdapat pada naskah klasik. Hal yang paling mudah diketahui dari syiiran pada naskah adalah adanya pengulangan bunyi akhir yang membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga membuat syiiran menjadi merdu jika dibaca. Adanya kebiasaan melantunkan syair-syair arab baik melalui tradisi pembacaan barjanzi, shalawat atau kutipan-kutipan syair padakitab kuning sedikit banyak, baik disadari atau tidak mempengaruhi pola rima syiiran yang digubah oleh masyarakat local. Hal ini memunculkan sejumlah kesesuaian pada pola rima antara syiiran dan syair arab.

Peneliti Ikhwan (2010) telah melakukan penelitian secara khusus membahas syiiran yang terdapat di Tatar Sunda. Ikhwan mengidentifikasi adanya pengaruh, atau setidaknya upaya penyesuaian antara syiiran dalam pola mentrum dan persajakan syair arab yang dikemas dalam ilmu arudl dan Qawafi, dari sisi persajakan upaya penyesuaian itu tampak pada pilihan kata terakhir yang terkonversi dari pola qafiyah syair arab.

Berdasarkan teori-teori qafiah pada syair arab, hasil penelitian Ikhwan, dikonversikan kedalam pola suku kata akhir/ rima syiiran :

1. Dari sisi batasannya, rima syiiran merupakan bagian yang meliputi dua suku kata terakhir dalam larik-larik syiiran. Dan dalam keadaan tertentu dapat pula terdiri dari 3 suku kata.

2. Rima syiiran yang terdiri dari dua suku kata dibentuk oleh salah satu pola :

-(K)V – (K)V

-(K)V – (K)VK

-(K)V – KV 

-(K)V – (K)VK

Sedangkan rima syiiran yang terdiri dari tiga suku kata dibentuk oleh pola :

-(K) ɋ - (K)V – KV


3. Dari sisi jumlah kata rima syiiran dapat terbentuk dari sebagian kata, setengah kata, dan dua kata.

4. Aturan mengenai konsistensi rima berlaku pada keseluruhan larik syair dalam satu qasidah.

Pola tersebut mengalami perkembangan dalam syiiran, karena pola suku kata dalam Bahasa yang digunakan, khususnya Bahasa sunda, memungkinkan adanya kombinasi pola suku kata yang tidak terdapat pada aksara Bahasa arab. Pola rima tersebut dapat di terapkan pada beberapa syiiran yang telah diteliti oleh filologis, yaitu naskah saraweh barjanzi (SB) yang di teliti oleh Titin Ma’mun (1992), naskah At-tabyin al-ajla waal-ahla fi tafsir Surat Al-a’la (TSA) yang telah di teliti oleh, Baihaqie (2010), dan naskah Pangeling elinge Wong Urip (PWU) yang diteliti oleh Ikhwan (2010).

Tampak jelas bahwa pola rima yang terdapat dalam syiiran memiliki banyak kesamaan dengan pola rima syir arab. Kesesuaian bunyi akhir pada dua hingga empat larik yang berdekatan tidak hanya terdapat pada bunyi vocal sebagaimana aturan pada guru lagu pupuah sunda atau pada suku kata terakhir larik-larik sebagaimana dalam pantun dan puisi, tetapi pola rima syiiran sangat menekankan adanya musikalitas pada dua hingga tiga suku kataterakhir larik-lariknya, baik musikalitas itu dibentuk oleh konsistensi bentuk vocal, konsonan mauupun vocal dan konsonan sekaligus. Pola rima dalam bentuk variasi vocal dan konsonan ini merupakan pola yang, disadari atau tidak oleh penggubahnya terkonversi dari pola qafiyah syair Arab.


Oleh : Annisa (sastra Minangkabau, Universitas Andalas)

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS