Ticker

6/recent/ticker-posts

“Bustan al-Khatib: Pengaruh Tata Bahasa Arab dalam Tata Bahasa Melayu”



Oleh : Jimmy Erianto

Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.


Tata bahasa Arab telah memainkan peran penting dalam pengembangan tata bahasa Melayu. Pengaruh tata bahasa Arab di wilayah Melayu datang bersamaan dengan penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Ketika agama Islam mulai menyebar di wilayah Melayu pada abad ke-13, bahasa Arab menjadi bahasa yang dianggap penting dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan intelektual masyarakat Melayu. Salah satu bentuk pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu adalah adanya kata-kata serapan. Seiring dengan masuknya Islam ke wilayah Melayu, kata-kata baru dari bahasa Arab mulai diperkenalkan ke dalam bahasa Melayu. Beberapa kata dari bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Melayu di antaranya adalah "Allah" (Tuhan), "kitab" (buku), "salat" (sholat), dan "zakat" (zakat). Dengan kata-kata serapan dari bahasa Arab ini, tata bahasa Melayu menjadi semakin kaya dan kompleks. Pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu juga terlihat pada struktur kalimat. Tata bahasa Arab memiliki struktur kalimat yang kompleks dan memiliki banyak aturan yang harus diikuti. Aturan-aturan ini kemudian juga diterapkan dalam tata bahasa Melayu, terutama dalam hal pembentukan kalimat yang menggunakan kata-kata serapan dari bahasa Arab. Contohnya adalah penggunaan kata "inna" yang diambil dari bahasa Arab dan digunakan dalam kalimat bahasa Melayu untuk menegaskan suatu pernyataan. Selain itu, pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu juga terlihat dalam penggunaan kata ganti. Bahasa Arab memiliki banyak jenis kata ganti yang berbeda-beda, dan tata bahasa Melayu juga mengadopsi jenis-jenis kata ganti ini. Misalnya, dalam bahasa Arab terdapat kata ganti "ana" yang berarti "saya", sedangkan dalam bahasa Melayu terdapat kata ganti "aku" yang memiliki arti yang sama. Secara keseluruhan, pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu dapat dilihat pada kata-kata serapan, struktur kalimat, dan penggunaan kata ganti. Pengaruh ini telah memberikan kontribusi besar dalam memperkaya tata bahasa Melayu dan membantu menjaga keaslian bahasa Melayu yang kaya akan sejarah dan budaya. 


Bustan al-Khatibin sebagai naskah


Bustan al-Khatibin adalah salah satu naskah penting dalam sastra Arab klasik. Karya ini ditulis oleh Muhammad ibn Zakariya al-Qazwini pada abad ke-13 dan berisi kumpulan cerita dan anekdot yang menggambarkan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Naskah ini terdiri dari sembilan bab, masing-masing berisi banyak cerita yang diambil dari berbagai sumber seperti Al-Qur'an, hadits, dan cerita-cerita rakyat. Bustan al-Khatibin ditulis dalam bahasa Arab yang elegan dan dihiasi dengan perumpamaan yang indah, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami pesan moral dari setiap cerita. Bustan al-Khatibin menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Arab dan Islam pada masa itu dan masih dianggap sebagai salah satu naskah penting dalam sastra Arab klasik hingga saat ini. Naskah ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia. Selain sebagai karya sastra, Bustan al-Khatibin juga digunakan sebagai sumber referensi dalam studi agama dan etika Islam. Karya ini menunjukkan pentingnya pengembangan moral dan etika dalam kehidupan sosial dan politik, serta relevansinya dalam konteks masyarakat modern. Dalam cakupan pembahasan Bustan al-Khatibin terdiri dari sebuah mukadimah dan 31 pasal, 31 pasal tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok pembahasan yaitu : tata ejaan, pembahasan kelas kata, dan analisis kalimat.

Pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu pada naskah Bustan al-Khatibin sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan banyak kata Arab dalam naskah tersebut, seperti kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Bahkan, ada juga kata-kata yang diambil dari bahasa Arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa Melayu, seperti kata "sabar" yang berarti kesabaran. Selain itu, tata bahasa Arab juga mempengaruhi tata bahasa Melayu dalam hal struktur kalimat. Naskah Bustan al-Khatibin sering menggunakan kalimat majemuk dan kalimat kompleks dengan menggunakan frasa-frasa yang rumit. Struktur kalimat yang rumit ini kemudian dipengaruhi oleh tata bahasa Arab yang juga menggunakan kalimat majemuk dan kalimat kompleks. Pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu pada naskah Bustan al-Khatibin juga terlihat pada penggunaan huruf-huruf Arab dalam menulis bahasa Melayu. Huruf-huruf Arab digunakan untuk menulis bunyi-bunyi bahasa Melayu yang tidak ada dalam alfabet Latin. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh bahasa Arab dalam bahasa Melayu pada masa itu. Secara keseluruhan, pengaruh tata bahasa Arab dalam tata bahasa Melayu pada naskah Bustan al-Khatibin sangat signifikan. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan budaya dan bahasa antara Arab dan Melayu pada masa itu dan memberikan gambaran tentang sejarah dan perkembangan bahasa Melayu sebagai bahasa yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Arab. Sebagai naskah, Bustan al-Khatibin memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting. Karya ini menjadi saksi sejarah tentang kehidupan sosial dan budaya masyarakat Arab pada masa lampau dan memberikan wawasan tentang nilai-nilai moral dan etika yang penting bagi kehidupan manusia. Bustan al-Khatibin adalah salah satu naskah yang penting dalam warisan intelektual dunia Islam dan merupakan salah satu karya sastra Arab klasik yang paling dihargai dan diakui.


Raja Ali Haji dalam Bustan al-Khatibin


Pengetahuan   RAH   terhadap   tata   bahasa   Arab   mendorongnya menuliskan  tata   bahasa   Melayu   dalam  model  tata   bahasa   Arab. Ini  merupakan  upaya  yang  sadar  dari  RAH untuk  menunjukkan jati  diri  RAH  sebagai  orang  Melayu.  Sebagai  ahli  bahasa  pertama yang  meneorikan  tata  bahasa  Melayu,  sumbangan  RAH  terhadap perkembangan  bahasa  Melayu  tidak  bisa  dianggap  sebelah  mata.  Dia menjadi  tokoh  penting  dalam  sejarah  bahasa  Melayu  yang  berani melawan  arus  yang  dibuat  oleh  Belanda  yang  telah  menetapkan  tata bahasa Melayu sesuai standar kaidah bahasa Eropa. Tradisi  berpikir  yang  didominasi  oleh  buku-buku  berbahasa  Arab,  yang  menjadi  buah  dari  perkembangan  agama Islam,  tentu  memengaruhi  RAH  dan  masyarakat  pada  zaman  itu dalam menulis, membaca, dan mengekspresikan gagasannya. Dengan demikian  dapat  dikatakan  bahwa  pengaruh  tata  bahasa  Arab  dalam bahasa  Melayu  tak  bisa  dipungkiri  merupakan  efek  dari  islamisasi ilmu  pengetahuan,  yang  sering  kali  tidak  bisa  dipisahkan  dari  proses arabisasi. Selain itu, BK juga telah membuktikan bahwa pengaruh tata bahasa  Arab  tidak  hanya  pada  naskah  keagamaan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS