Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi turun mandi masyarakat Solok Selatan

 

Nama : Aisah sulia fitri
Alamat : Solok Selatan
Pekerjaan: Mahasiswa Universitas Andalas
Jurusan : Sastra Minangkabau


Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku, etnis, ras, maupun budaya yang khas di tiap daerahnya. Budaya merupakan suatu cara hidup oleh sekelompok orang yang kemudian mengalami perkembangan, sehingga diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke selanjutnya. Apalagi, saat ini dunia sudah memasuki ke era society 5.0, yang mana pelestarian terhadap budaya daerah terus mengalami perpudaran; khususnya di kalangan anak muda (millenial). Maka dari itu, generasi muda saat ini dituntut untuk menjadi generasi yang unggul dan mampu berdaya saing guna mengambil peran dalam masa Indonesia emas tahun 2045 yang bertepatan dengan ulang tahun Indonesia yang ke seratus tahun. Oleh karena itulah, generasi muda harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karenanya, hal itu menjadi suatu hal yang benar-benar diperlukan agar kelak mampu bersaing. Selain itu, generasi emas tidak bisa untuk melupakan nilai-nilai budaya yang sudah ada begitu saja. Dengan demikian, generasi muda diharuskan memiliki wawasan yang cukup mengenai budaya Indonesia agar tetap bisa mempertahankan karakteristik negara Indonesia dengan keanekaragaman budayanya. Di tiap daerah di Indonesia, masing-masing darinya memiliki budaya yang unik dan menarik, salah satu contohnya adalah budaya "Turun Mandi" di Minangkabau. Budaya turun mandi ini sama halnya dengan tradisi di daerah lainnya, yakni turun mandi sendiri memiliki nilai-nilai yang sarat akan makna kehidupan.

Turun mandi salah satu tradisi yang masih ada di daerah Minangkabau hingga hari ini disumatra barat. Salah satunya yang ada di daerah Solok Selatan. Masyarakat masih mempertahankan tradisi turun temurun hingga sekarang ini. Turun mandi merupakan upacara yang dilakukan ketika bayi lahir ke dunia. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah berupa bayi yang lahir ke dunia. Selain itu upacara ini bertujuan memberitahukan kepada masyarakat telah lahir keturunan baru dari satu keluarga atau suku. Tradisi turun mandi biasa dilakukan pada bayi yg berumur beberapa hari, bagi laki-laki pada hari ganjil dan perempuan pada hari genap. Sebelum dilaksanakan turun mandi, keluarga mesti nya menentukankapan acara turun mandi dilaksanakan. Tradisi ini dilaksanakan dengan membawa bayi ke sungai yang airnya tidak terlalu deras.

Dalam tradisi turun mandi juga tak lupa keluarga menyiapkan berbagai persyaratan yang sudah lumrah untuk disediakan pada kegiatan turun mandi ini. Syarat yang tidak tinggal dalam kegiatan turun mandi ini adalah keluarga menyediakan batiah bareh dan syarat utamanya adalah kegiatan turun mandi itu dilaksanakan dengan membawa dan memandikan bayi di sungai. Tidak ketinggalan juga persyaratan berupa obor yang diisi dengan kain robek, syarat yang juga menurut penulis unik adalah adanya bibit karambia ( kelapa ) yang dibawa dan dipersiapkan sebagai syarat dalam kegiatan turun mandi ini.

Syarat upacara turun mandi secara umum adalah sebagai berikut:

Jika bayi tersebut laki-laki, maka acaranya diadakan di hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi. Jika perempuan, maka pelaksanaannya adalah hari genap.

Prosesinya dilakukan di sungai, Tradisi turun mandi bayi digendong oleh orang yang membantu persalinan, misalnya bidan desa atau perawat.

Menyediakan Batiah Bareh Badulang, atau Beras yang digoreng. Lalu, dibagikan ke anak-anak kecil sebagai tanda perkenalan dengan mereka, agar nanti kelak menjadi teman-temannya.

Ada pula Sigi Kain Buruak, atau obor yang dibuat dari kumpulan kain yang sudah robek. Obor ini dibakar dari rumah dan dibawa menuju sungai. Makna dari obor ini adalah bahwa ketika si bayi sudah besar, maka tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu.

Kemudian Tampang Karambia Tumbua, atau bibit pohon kelapa yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam. Nantinya ketika ibu dan anak sudah berada di air tempat pemandian, kelapa tersebut kemudian dijatuhkan dari hulu, kemudian si ibu menangkapnya saat kelapa mendekati si anak. Kelapa tersebut dibawa ke rumah dan di tanam, menjadi simbol bekal si anak ketika dewasa.

Harus ada pula Tangguak, yakni jaring berbentuk lingkaran yang digunakan untuk menangkap ikan. Tangguak ini berfungsi untuk mengambil batu sebanyak 7 buah dari dalam sungai, kemudian dibawa pulang dan ditanam bersama dengan bibit kelapa tadi dalam satu lobang galian.

Kemudian ada pula Palo Nasi, atau nadi yang diletakkan di atas, dicampur dengan arang dan darah ayam. Palo nasi ini berguna untuk mengusir makhluk halus yang ingin ikut merayakan upacara. Palo Nasi disiapkan sebanyak 3 bejana. 2 diletakkan di jalan menuju sungai, 1 dibawa ke sungai langsung.

Tata cara melaksanakan turun mandi:

Pertama, Palo Nasi dicampur dengan arang dan darah ayam, kemudian dua bejana diletakkan di tempat yang sudah ditentukan, dan satunya lagi dibawa hingga ke tempat pemandian.

Kedua, Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur 40 hari, ini dilakukan di beberapa daerah, tetapi tidak semuanya seperti itu. Ada pula yang dilakukan sebelum anak berusia 3 bulan.

Setelah pemandian selesai, bibit kelapa yang sudah disiapkan kemudian dihanyutkan dari hulu, lalu ditangkap oleh sang ibu ketika kepala mendekati bayi.

Setelah itu, dilakukan pengambilan batu menggunakan Tangguak .

Bibit kepala di tanam di sekitaran rumah, dan batu yang berjumlah 7 buah ini menjadi penyumbat tanah galian untuk bibit kelapa tersebut.

Setelah semua acara selesai, maka pihak keluarga dan para tamu serta masyarakat akan menikmati hidangan Makan Bajamba yang telah disediakan pihak keluarga.


Tujuan dari upacara turun mandi yaitu silahturahmi sesama anggota masyarakat dan memperkenalkan kepada masyarakat telah lahir bayi disuatu suku. Selain itu tradisi ini juga bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dan juga melestarikan budaya yang ada .

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS