Ticker

6/recent/ticker-posts

“Kato mandaki di pakai untuk berbicara dengan orang yang lebih tua”

 


Oleh : Loren vinoltia Mahasiswa universitas Andalas sastra Minang kabau


Kato mandaki yang merupakan warisan adat minangkabau yang sejalan dengan agama Islam, yang berbicara tentang norma-norma dan tata cara berbicara yang harus dipakai dari yang kecil kepada yang lebih tua, dengan berbicara sopan, santun, lemah lembut, tidak bertele- tele, dan Penuh dengan kasih sayang.Adat Minangkabau yang memakai bahasa sendirinya yaitu bahasa minang mengajarkan tata cara berbicara sehingga enak didengar dan tidak Menyakiti hati pendengar yang merupakan unsur yang sangat penting dan Tidak bisa dilupakan dalam kehidupan. Bahasa daerah khususnya minangkabau berfungsi sebagai lambang identitas masyarakat minangkabau sebagai bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Barat, sebagai lambang penghuni daerah Sumatera Barat, dan juga sebagai Alat penghubung didalam keluarga dan mayarakat Minangkabau didalam Berkomunikasi lisan antar etnis Sumatera Barat.Berbicara dengan sopan dan santun menimbang perasaan dan memakai kata- kata yang pantas dengan nilai- nilai dan norma yang telah sangatlah diperlukan dalam bertingkah laku. Berbicara dengan bahasa yang indah memakai kata yang menyedapkan hati, dengan tujuan Terciptanya komunikasi yang baik itulah yang disebut dengan berbicara Santun dan ini sangatlah dibutuhkan, 22karena bahasa adalah alat yang Menjadi peranan penting dalam kehidupan manusia. Kato Mandaki merupakan komunikasi yang diajarkan didalam Bahasa Minang tentang tatakrama berbicara kepada orang tua atau yang Lebih tua disebut dengan qaulan karima, dalam Masyarakat Minang yang sangat identik dengan sopan santun Qaulan Karima (kato mandaki) terkesan sudah mulai terabaikan. Adat Minangkabau mempunyai ajaran cara berbicara yang benar Yang disebut dengan istilah “kato nan ampek” yang membahas bagaimana Cara berbicara seharusnya kepada orang tua, kepada yang lebih besar Selain orang tua, kepada yang seumuran, ataupun kepada yang kecil dari Pada si pembicara. Dimana kata “den” ataupun kalimat yang berisi Mengancam tidaklah pantas digunakan kepada orang tua yang sudah Melahirkan dan merawat kita dari awal. Kata tersebut pantas digunakan Untuk teman sebaya ataupun yang lebih kecil.Kato mandaki dari kato nan ampek Aturan yang mengatur tentang cara bergaul dan bertindak dalam kehidupan Minangkabau disebut dengan Kato nan Ampek atau langgam kato yang merupakan norma- norma, tata krama cara berbicara yang baik dan benar secara verbal ataupun non verbal berdasarkan status sosial masing- masing yang telah dibuat dan ditentukan oleh masyarakat Minangkabau yang di bagi kepada empat.bagian cara berkomunikasi agar terjalinnya komunikasi yang baik, Efektif dan tidak menyinggung kedua pihak dalam bicara.

 Kato mandaki dalam minang ini juga berkaitan dengan Al-Qur’an Surah Al- isra ayat 23 yang artinya” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.Kato Mandaki ialah tingkah laku, sikap dan cara berbicara dari Yang kecil kepada yang lebih besar yang dipakai dari yang muda kepada yang tua, anak kepada orangtuanya, murid kepada gurunya,bawahan kepada atasannya.ada seorang anak yang dulunya sangat suka melawan kepada orang tuanya sampai-sampai dia ngomong kasar kepada orang tuanya karena tidak dapat meminta uang,ibunya sedang tidak ada uang karena siap membayar utang di warung mereka hanya bekerja sebagi buruh tani, pekerjaan buruh tani hanya mendapatkan upah 50 sehari sedangkan apa-apa yang di beli mahal dan uang segitu Cuma numpang lewat saja di tangan istilahnya.lalu seorang anak ini memukul ibunya karena tidak mendapatkan uang untuk beli rokok  ibu itu menangis kesakitan karena telah di pukul oleh anak yang durhaka kepadanya.ayahnya langsung datang untuk membalas pukulan dari anaknya tersebut terjadilah perkelahian antara anak dan ayah datanglah warga untuk melerai perkelahian mereka berdua,dan anak itu di usir oleh kedua orang tuanya karena telah melawan kepada ibunya.dan anak itu pergi dari rumah dia pergi ke kota lalu dia sedang menyebrangi jalan dan tidak berhati-hati di tabrak mobil dari arah berlawanan arah dan sebelum anak itu meminta maaf ke orang tuanya karena telah melawan.Kato mandaki adalah aturan tata karma berbicara yang menetapkan cara berbicara dari yang kecil kepada yang lebih besar seperti seperti tutur kata yang dipakai dari yang muda kepada yang tua, anak kepada orangtuanya, murid kepada gurunya, bawahan Kepada atasannya.  Dalam pantun adat dikataka menetapkan cara berbicara dari yang kecil kepada yang lebih besar seperti seperti tutur kata yang dipakai dari yang muda kepada yang Tua, anak kepada orangtuanya, Dalam pantun adat dikatakan:

kalau indak tau jo bukittinggi.

indak tau pulo jo malalak, 

kalau indak tau jo jalan mandaki, 

indak tau angok nan kasasak,

kalau tidak tau dengan bukittinggi

tidak tau juga dengan malalak

kalau tidak tau dengan jalan mendaki

tidak tau dengan nafas yang terengah- engah

Penggunaan ungkapan kato mandaki diringi dengan kalimat Yang jelas, tepat, tidak bertele- tele, menghargai dengan pemakaian Kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga bersifat khusus dengan Ambo atau dengan menyebut nama untuk orang yang pertama dan Panggilan kehormatan untuk orang kedua yang lebih besar atau Yang dihormati seperti inyiak, mamak, uda, uni, etek, etek, tuan Dan amai.

Menurut pendapat penulis kato mandaki sampai sekarang juga masih terpakai tapi jarang juga anak-anak muda jaman sekarang tau akan kato mandaki karena mereka hanya tau kato mandata saja.kata -kata mutiara kato mandaki "Kato Mandaki, membawa pesan bahwa kesuksesan bisa dicapai dengan kerja keras, ketekunan, dan kegigihan."

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS