Ticker

6/recent/ticker-posts

DILEMA KENDARAAN LISTRIK, BENARKAH MENGUNTUNGKAN SEPERTI YANG KITA KIRA?

 


Ilustrasi mobil listrik. (Istockphoto/vencavolrab)

Kendaraan listrik yang sedang dikembangkan sekarang seperti Gesits, Tesla, hingga Hyundai merupakan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) yang akan menggunakan listrik hasil pengisian di berbagai tempat. Tanpa menggunakan mesin pembakaran, tentunya KBLBB tidak akan menghasilkan emisi karbon monoksida seperti kendaraan bermotor yang kita gunakan sekarang.

Saat ini, kendaraan listrik telah menjadi topik hangat di dunia otomotif dan energi. Fakta bahwa kendaraan ini tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM) membuat masyarakat melihatnya sebagai solusi untuk polusi udara yang menjadi masalah dari tahun ke tahun. Tapi benarkah kendaraan listrik menguntungkan seperti yang kita kira?

Ada dua jenis kendaraan listrik yang akan beredar di pasar otomotif di Indonesia yang dibedakan dari sumber energinya. Jenis pertama adalah kendaraan yang memiliki mesin listrik dari baterai yang dicolok. Ada dua tipe dari mobil listrik jenis colok ini yaitu yang menggunakan baterai saja dan yang menggunakan baterai dan juga bensin. Jenis kedua adalah kendaraan listrik hibrida yang digerakkan oleh bahan bakar bensin dan baterai kecil yang mendapatkan tenaga listriknya dari pemanfaatan tenaga kinetis yang dihasilkan saat pengereman.

Namun kendaraan listrik atau electric vehicles (EV)  tidaklah sempurna karena mereka memiliki masalah pencemaran tersendiri. Khususnya, baterainya mengandung komponen, seperti litium, yang membutuhkan banyak energi untuk diambil dan disaring. Ketika kendaraan listrik diisi dengan listrik bertenaga batubara, juga menjadi lebih buruk bagi lingkungan daripada mobil berbahan bakar bensin konvensional.

Masih soal baterai, seperti juga penggunaan baterai pada perangkat-perangkat elektronik lainnya, baterai mobil listrik memiliki batas usia pemakaian. Lewat dari batas usia penggunaan, baterai mobil listrik akan tidak berfungsi dan harus diganti dengan yang baru. Lantas, kemana baterai yang lama harus dibuang?

Ini juga dapat menjadi persoalan serius bagi lingkungan. Baterai mobil listrik yang sudah tidak terpakai masuk ke dalam kategori sampah elektronik. Penanganan sampah elektronik tidak boleh sembarangan dan serampangan. Harus ada prosedur khusus untuk menangani sampah elektronik. Penanganan yang sembarangan dan serampangan akan sangat membahayakan lingkungan dan kesehatan.

Dengan potensi timbulan limbah yang terus menerus, muncul permasalahan pada jumlah limbah aki yang dihasilkan akibat meningkatnya penggunaan kendaraan listrik tersebut. Daya tahan baterai relatif singkat, sekitar 10-12 tahun. Baterai kemudian harus diganti dengan yang baru untuk terus menggunakan kendaraan. Masa pakai baterai yang terbatas ini akan mengakumulasi limbah dalam jumlah besar di masa mendatang.

Tak hanya mengenai jumlahnya, baterai kendaraan listrik merupakan baterai lithium yang tergolong kedalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jenis limbah ini membutuhkan penanganan tersendiri sehingga tidak bisa dilakukan sembarangan. Sehingga pekerjaan rumah lain pemerintah adalah merancang dengan matang program daur ulang serta pengelolaan agar senyawa kimia yang ada pada baterai tidak malah merusak lingkungan.

Tentu saja, upaya untuk mengganti kendaraan berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan harus terus dilakukan. Namun, solusi inovatif juga harus diikuti dengan mengabaikan faktor-faktor yang dapat membuka pencemaran dan kerusakan lingkungan di tempat lain melalui penggunaan kendaraan listrik. Regulasi juga harus disiapkan agar penghematan baterai untuk mobil listrik nantinya tidak menjadi masalah baru atau teknologi yang bisa digunakan untuk mengurangi limbah dan mendaur ulang baterai yang ada.

Selama sumber energi yang digunakan untuk mengisi baterai mobil listrik tetap menggunakan listrik dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, maka akan terjadi polusi udara yang nyata. Mobil listrik umumnya ekonomis dibandingkan dengan kendaraan bermotor tradisional. Dari emisi yang jauh lebih rendah hingga harga yang lebih murah. Namun, penyesuaian harus dilakukan pada sumber energi yang digunakan, pengolahan limbah, peraturan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. Jangan biarkan kendaraan yang seharusnya "hijau" ini menjadi bumerang bagi kita dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS