Ticker

6/recent/ticker-posts

Modus Open Donasi Online Palsu Berkedok Tempat Penampungan Kucing


Modus Open Donasi Online Palsu Berkedok Tempat Penampungan Kucing


(Oleh : Nada Maiza Arpita)
Dewasa ini semakin marak kegiatan donasi online melalui berbagai platform atau media sosial dengan tujuan dan kepentingan tertentu. Bahkan hal ini sudah semakin ngetren nampaknya. Mengumpulkan donasi melalui media sosial nyatanya sangatlah efektif digunakan karena jangkauannya yang jauh lebih luas jika dibandingkan dengan sistem donasi secara langsung.
Open donasi sebenarnya sama dengan penggalangan dana. Sah-sah saja untuk dilakukan, akan tetapi harus dengan cara yang jujur, transparan dan beretika. Agar tujuan akhirnya tercapai, yaitu menolong hewan yang sakit dan terluka menjadi sehat kembali, dan memiliki kesempatan hidup lebih baik kedepannya. Dari segi positifnya kegiatan ini memang begitu menguntungkan dan sangat membantu ketika melakukan penggalangan dana secara cepat. Akan tetapi dari sisi negatifnya, penggalangan dana secara online ini tidak seluruhnya terjamin dilakukan dengan jujur.
Sebenarnya siapa saja bisa dan boleh melakukan penggalana dana. Akan tetapi harus dengan cara yang baik dan motivasi serta tujuannya yang jelas. Hal ini juga penting untuk didorong oleh para donatur, agar tidak dimanfaatkan oleh individu atau kelompok yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Namun belakangan ini banyak terjadi penyelewengan dana dengan kedok open donasi untuk hewan, akan tetapi malah masuk ke kantong pribadi. Memang ada saja cara orang untuk merauk keuntungan meskipun dengan cara yang tidak benar. Namun memanfaatkan orang lain dengan membuka penggalangan donasi palsu adalah hal yang keji.
Seperti peristiwa yang terjadi di kota Pekan Baru beberapa waktu lalu. Seorang perempuan berinisial YF, 34 tahun tega menelantarkan kucing hingga mati mengering di rumahnya. Sebuah tempat berkedok tempat penampungan kucing yang rutin open donasi di media sosial dan telah banyak menerima dana dari hasil open donasi berkedok perawatan untuk kucing yang ditampungnya. Diketahui bahwa tersangka merupakan seorang pengangguran. Ia membuka tempat penampungan kucing yang terlantar dengan kedok untuk mendapatkan donasi dari para pecinta hewan lainnya. Selain mengambil kucing dari jalanan, rumah tersebut juga dijadikan tempat penitipan hewan, dimana sang pemilik hewan peliharaan harus membayar uang penitipan kepadanya.
Namun mirisnya dana tersebut bukannya digunakan untuk keperluan pemeliharaan kucing-kucing yang ada di penampungan tersebut, malah masuk ke kantong pribadinya. Nyatanya, kucing-kucing yang ada di sana banyak yang tidak terawat dan di terlantarkan, bahkan ada 6 ekor diantaranya yang telah mati membusuk. Seharusnya uang donasi yang terkumpul digunakannya untuk merawat kucing-kucing tersebut. Namun pelaku malah kabur dan membiarkan kucing dalam kandang tanpa makan dan minum. Miris sekali, dikurung dalam kandang tentunya hewan-hewan malang tersebut tidak dapat mencari makan, sehingga kelaparan dan perlajan-lahan mati membusuk didalam kandang.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Pria Budi saat konferensi pers menjelaskan hal ini mulai terkuak ketika tetangga YF mencium bau bangkai dari rumah tersebut dan menduga YF telah menelantarkan hewan dan tak memberikannya makan. Mendapatkan informasi tersebut, para pecinta kucing mendatangi lokasi dan menemukan beberapa kucing yang mati dan biarkan begitu saja hingga mengering. Kucing lain yang ditemukan masih hidup namun amat kurus segera dievakuasi dan dibawa ke dokter hewan untuk mendapatkan perawatan. Akibat perbuatannya yang menelantarkan hewan, YF mau tak mau diancam atas pasal 302 ayat 2 KUHP dengan ancaman sembilan bulan penjara.
Pelaku benar-benar hanya mengambil keuntungan dari celah rasa cinta orang-orang terhadap kucing. Kucing-kucing yang telah dipungutnya dari jalanan hanya dijadikan sebagai bahan untuk menarik hati para pencinta kucing dan memanfaatkannya untuk kesenangan pribadi tanpa memikirkan nasib hewan yang telah ditampungnya.
Bukan hanya itu saja peristiwa penyalahgunaan open donasi kucing yang pernah terjadi di tanah air ini. Sebelumnya memang sudah pernah terjadi peristiwa yang sama dan dikhawatirkan masih ada penjahat-penjahat nakal lainnya yang memanfaatkan makhluk hidup nan manis ini hanya dijadikan alat untuk memenuhi isi kantongnya.
Peristiwa ini tertunya akan berimbas kepada orang-orang yang memiliki tempat penampungan kucing yang berjalan dengan jujur. Karena ulah pihak-pihak nakal tersebut tempat penampungan kucing lainnya akan dipertanyakan dan dicurigai juga akan kemana dana donasinya disalurkan. Para donator akan semakin ragu untuk berdonasi lagi ke tempat penampungan lain.
Miris memang di zaman yang serba online ini, cukup sulit membedakan antara mana yang menipu dan mana yang benar-benar jujur. Orang-orang hanya berdonasi dan mempercayakan semuanya kepada pihak yang menjalankan, namun malah disalah gunakan.
Oleh karena itu, kita sebagai pengguna sosial harus dapat memilah dan memperhatikan lagi mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak. Sebagai tips yang dapat digunakan untuk menghindari penipuan semacam ini lagi. Pertama jika seseorang melakukan open donasi di media sosial, periksalah terlebih dahulu apakah akun yang membuka open donasi tersebut terlihat meyakinkan, apakah akun tersebut merupakan akun baru? Karena jika akunnya adalah akun baru maka perlu apakah dapat dipercaya.
Lalu ceklah apakah ada laporan pengeluaran atau penggunaan dana donasi dengan lengkap yang digunakan untuk keperluan perawatan kucing pada akun tempat penampungan kucing tersebut. Akan tetapi cara inipun belum efektif digunakan. Namun tetaplah berwaspada dan pandai memilah ketika ingin berdonasi.
Sebab membantu sesama makhluk hidup memanglah suatu perbuatan yang baik, tetapi perlu juga menjadi cerdas dalam memilah. Jangan sampai niat baik kita malah disalahgunakan orang lain, karena pada zaman ini masih ada saja manusia yang menghalakan segala cara untuk memnuhi kebutuhannya, sekalipun itu dengan memanfaatkan atau menyakiti makhluk hidup lain.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS