Ticker

6/recent/ticker-posts

Legenda ular merah berkepala putih

 


Oleh Nisa Aulia

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas



Dusun jorong bawah Kampung Pisang, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Rata-rata sumber penghasilan warganya yaitu bersumber dari bertani dan juga dari pembuatan kerajinan. Kerajinan yang dibuatpun bermacam-macam, mulai dari perhiasan yang terbuat dari perak dan tembaga yang lebih dikenal dengan perhiasan imitasi, seperangkat perlengkapan baju anak daro dan marapulai mulai dari baju, suntiang dan payung hias. Di jorong ini, juga terdapat beberapa legenda yang berkembang di tengah masyarakat. Salah satu legenda yang berkembang di tengah masyarakat Kampung Pisang yaitu legenda ular berbadan merah dan berkepala putih yang hidup di tabek gadang kampung tersebut.

Menurut narasumber tabek gadang tersebut dulunya bernama Talago Indah, dan tabek tersebut memiliki ukuran yang cukup besar, dan pada saat itu masjid yang terdapat disana berada dalam tabek tersebut. Disekitar tabek tersebut dikelilingi oleh pohon beringin yang tergolong cukup besar. Setelah beringin-beringin tersebut tumbang dana hanya tinggal satu batang pohon para sesepuh membagi dua tabek tersebut menjadi dua bagian, yaitu tepian mandi perempuan dan laki-laki. Hal ini dilakukan agar tidak tercampurnya tempat perempuan dan laki-laki, karena pada masa itu masyarakat banyak melakukan kegiatan disana seperti mandi, mencuci dan lainnya. Karena faktor geografis dari nagari ini dikelilingi oleh jurang, maka masyarakat hanya mengharapkan air hujan untuk kebutuhan sehari-harinya. Hampir seluruh masyarakat di kampung ini membuat bak penampungan yang berukuran besar, karena air hujan tersebut akan digunakan untuk memasak. Sedangkan untuk mencuci masyarakat akan pergi ke tabek gadang tersebut.

Menurut informan, dibawah akar pohon beringin yang menjuntai kedalam tabek tersebut terdapat seekor ular besar yang diyakini warga sebagai penunggu tabek tersebut. Bentuk dari ular tersebut memiliki badan yang besar dan berwarna putih dengan kepala yang berwarna merah. Ular ini tidak pernah mengganggu masyarakat setempat, karena ular ini sangatlah jarang menampakkan dirinya pada warga yang datang ke tabek tersebut.

Apabila ular ini telah menampakkan diri maka setelah itu akan ada suatu musibah yang menimpa warga, seperti akan adanya wabah penyakit kulit, ataupun sakit mata. Dahulu ular ini pernah menampakkan diri tetapi beberapa hari setelah ular itu keluar air yang ada di tabek itu pun seketika langsung berubah warna menjadi kemerah-merahan dan setelah itu banyak di antara warga yang terkena sakit mata.

Cara untuk mengobati tabek yang sakit ini biasanya para ustad dan imam masjid akan membacakan doa-doa dan melarung beberapa jenis tanaman obat kedalam tabek gadang tersebut. Adapun tanaman yang digunakan yaitu sitawa, sidingin, jariangau, sikumpai, akarau dan juga beberapa jenis bunga. Biasanya beberapa hari setelah dilakukan doa-doa tersebut air dari tabek ini akan kembali normal seperti semula lagi dan warga dapat menggunakan air tabek ini kembali.

Sebenarnya, tidak diketahui secara pasti penyebab dari keluarnya ular tersebut. Ada masyarakat yang berpendapat bahwa ular tersebut akan keluar pada saat ia ingin meminta tumbal, hal ini dipercayai karena adanya kejadian hilangnya dua oraang warga ditabek tersebut. Namun ada pula masyarakat yang mempercayai bahwa ular tersebut akan keluar jika ia mau atau jika ia ingin keluar dan menampakkan. 

Terlepas dari benar atau tidaknya legenda ini, banyak masyarakat yang percaya bahwa kisah ini benar adanya. Hingga saat ini masyarakat tidak ada yang berani untuk pergi ke bagian atas tabek atau yang dikenal masyarakat dengan kapalo tabek tersebut, karena takut akan bertemu dengan ular tersebut.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS