Ticker

6/recent/ticker-posts

TARI GALOMBANG MASIH TETAP LANGGENG SEBAGAI WARISAN LELUHUR BUDAYA MINANGKABAU

 



Oleh: Selvi Dwi Julianti

Jurusan Sastra Minangkabau


Tari Galombang adalah salah satu seni tari tradisonal Minangkabau yang berkembang di berbagai daerah di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Pertunjukan seni tari ini adalah salah satu atraksi yang biasanya muncul dalam pesta pernikahan adat Minang serta menjadi pencuri perhatian. Biasanya, tari galombang ditampilkan dalam acara penyambutan mempelai saat diarak menuju pelaminan. Tidak begitu jelas asal-usul bagaimana asal mula tari galombang diciptakan dan digunakan untuk hal dimaksud, namun hingga saat tari gelombang tetap ditampilkan oleh beberapa orang di berbagai pelosok. 

Nama galombang sendiri adalah pengucapan kata "gelombang" dalam bahasa Minangkabau yang menggambarkan gerakan lincah tubuh para penari yang melakukan gerakan turun naik bagaikan gelombang laut. Sementara, gerakan kaki dan tangan pada umumnya menggambarkan jurus silat Minang. Kabar yang beredar, dahulu ini berhubungan dengan cerita seorang pemuda yang menikah selalu dikawal oleh teman seperguruan silatnya menuju ke kampung halaman istrinya, untuk menghalau kemungkinan serangan pemuda dari kampung lain. Versi lainnya, ada yang menyebutkan bahwa ini merupakan bentuk pengawalan terdahap penghulu yang akan menikahkan pengantin Minang.

Tarian ini biasanya dibawakan oleh laki-laki yang jumlahnya bisa sampai puluhan orang untuk kemudian dibagi menjadi dua kelompok, di mana masing-masing kalompok seakan-akan merupakan rombongan pengawal. Jika rombongan tamu utama maupun tuan rumah yang mengadakan perjamuan datang akan didahului oleh penari galombang ini, yang malangkah bagaikan pemain silat. Setiap membuat langkah maju, penari bertepuk tangan, sehingga gerakan penari ini kadang seperti dua kelompok pasukan yang akan berperang.

Beberapa waktu terakhir ini tari galombang biasanya disatukan dengan pertunjukan tari pasambahan, karena sekilas kedua tari ini memiliki makna dan tujuan yang sama. Yang membedakan adalah gerak tari yang dipertunjukkan. Tari galombang memiliki sedikit unsur pencak silat dalam gerakannya, sehingga ketika dipertunjukkan akan ada sedikit atraksi bela diri dalam rangkaian tari yang dipertunjukkan, berbeda dengan tari pasambahan yang menonjolkan keanggunan dalam setiap gerakannya dan juga bisa dibawakan oleh perempuan. 

Perpaduan dua tari ini berfungsi untuk menyongsong dan memberi penghormatan kepada kedua mempelai, juga membuka jalan untuk barisan para dara yang membawa persembahan carano berisi sirih adat. Selain itu, kreasi baru tarian tradisional ini juga berfungsi sebagai pagar bagi jalan masuk rombongan ninik mamak yang mengiringi perjalanan kedua mempelai. Dalam pesta pernikahan, tari galombang beberapa kali juga ditampilkan untuk menyambut tamu penting dari luar Sumatra Barat dan tentunya kembali dipadukan dengan tari pasambahan dalam pertunjukannya.

Selain itu Tari Galombang ini juga merupakan salah satu tarian tradisional Minangkabau yang hampir dimiliki oleh setiap nagari. Tari galombang pada setiap nagari biasanya hampir sama gerakan, kostum dan perlengkapan-perlengapannya.  Secara umum, tari galombang difungsikan untuk menyambut tamu yang dihormati. Namun dalam prakteknya, tarian ini lebih banyak muncul dalam upacara pernikahan Minang. Disajikan untuk menyambut mempelai saat diarak menuju pelaminan.

Kata galombang diambil dari kata air laut yang bergelombang, dengan gerakan yang berawal dari aktivitas silat sehingga tercipta bentuk variasi gerak yang berbentuk seperti gelombang laut. Lalu ditambah dengan olahan ritma, ruang, dan tenaga maka jadilah gerakan tari yang indah, bergerak dengan tempo yang dinamik dan dilakukan dengan perlahan mengalun lembut, kadang juga dengan tempo yang cepat, kuat, energik, dan tajam. Gerakan seperti melukis garis pada udara dengan bentuk lurus, sedang, kecil, bersiku, dan melengkung dengan paduan aras tinggi, rendah, lemah, kuat, dan sebagainya.

Gerakan silat yang digunakan sebagai asas tari galombang terlihat pada bagian kaki dan tangan atau biasa disebut dengan kudo-kudo, gelek, siku-siku. Gerakan silat yang ditarikan oleh penari lelaki dengan lantai dua baris berbanjar ke belakang sehingga menghasilkan tarian yang indah. Keindahannya terlihat jelas apabila semua penari secara bersamaan bergerak tinggi lalu merendah sambil maju mundur secara perlahan seperti gelombang air laut.

Tari Galombang aslinya ditarikan oleh puluhan lelaki. Terbagi menjadi dua kelompok yang masing-masing dipimpin seorang pemberi aba-aba. Kelompok pertama mengawal rombongan tetamu, kelompok kedua mengawal tuan rumah.

Sejarah

Tidak begitu jelas asal usul sejarah tari galombang ini. Tari ini telah lama menjadi bagian dari kebudayaan Minang. Keberadaannya tidaklah terlepas dari Silek (silat). Oleh karena itu, di awal perkembangannya tidak disebut tari, namun Silek Galombang.

Kesenian ini merupakan mata rantai dari keberadaan sasaran (tempat berlatih silek). Tumbuh dan berkembang dalam lingkup masyarakat yang menganut sistem matrilineal. Di masa awal, penarinya hanya laki-laki saja dengan gaya pencak silat.

Konon, Gelombang berhubungan dengan kisah pernikahan seorang pemuda. Ketika menuju ke kampung istrinya, ia dikawal oleh teman sepeguruan silatnya. Ada juga yang menyebutnya sebagai bentuk pengawalan terhadap penghulu yang akan menikahkan pengantin.

Secara tradisional, Galombang terbagi menjadi dua jenis sesuai bentuknya, yakni galombang manyongsong (satu arah) dan galombang balawanan (dua arah). Ada juga istilah lain, yakni galombang duo baleh (tari yang dibawakan 12 orang).

Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan pun tidak bisa dihindari. Jika awalnya hanya melibatkan laki-laki saja, kini Galombang lebih didominasi oleh penari perempuan. Tarian khas Minang lain pun banyak ditarikan oleh perempuan.

Selain itu, berbagai kreativitas turut memunculkan satu koreografi baru. Dalam berbagai aspek, termasuk pada gerakan, pola lantai, musik, properti tari, busana dan rias. Galombang pun hadir dengan sangat berbeda dari aslinya.

Meski demikian, kreatifitas yang turut memotori perubahan masih tetap menampilkan simbol-simbol estetika adat Minangkabau. Sehingga, keberadaan Tari Galombang masih tetap langgeng sebagai warisan leluhur budaya Minangkabau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS