Ticker

6/recent/ticker-posts

SEJUTA KEINDAHAN OBJEK WISATA BERSEJARAH YANG ADA di PARIANGAN, TANAH DATAR

 


OLEH 

FIQKIH AULIA RAHMAN AGMY

MAHASISWA JURUSAN MINANGKABAU 

FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS ANDALAS


Indonesia memiliki potensi pariwisata berbasis sejarah, beberapa daerah bahkan sudah memanfaatkan objek sejarah dan budaya sebagai tempat pariwisata dengan ciri khas yang unit disetiap daerah. Hal ini dipengaruhi oleh sejarah dan budaya yang berbeda-beda. Misalnya Nagari Tuo Pariangan, dinobatkan sebagai desa terindah di dunia oleh Travel Budget sehingga menjadi bukti eksistensi wisata sejarah di Indonesia. Pada sisi kebijakan Pemerintah Daerah mendukung pengembangan wisata berbasis budaya dan sejarah meskipun belum secara maksimal.


Salah satunya yaitu di Daerah Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Di Pariangan terdapat wisata bersejarah yaitu Batu Basurek. Wisata ini dikelola oleh pihak pengambang dan pihak pemerintah. Warga setempat menggunakan tempat wisata ini sebagai sumber penghasilan mereka yaitu membuka pemandian air panas disekitar lokasi Batu Basurek. Hingga saat ini, banyak warga setempat maupun dari luar kabupaten yang berkunjung ke daerah Pariangan tersebut. 


Terdapat 4 obyek yang populer diantaranya kuburan panjang, Masjid Ishlah, Batu Basurek dan Balai Saruang dimana sangat mempengaruhi exsistensi perkembangan wisata di Nagari Pariangan. Dengan kehadiran Pariwisata Kebudayaan ini menjadi keinginan untuk mengenal dan mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan tata cara hidup rakyat suatu daerah.


Salah satu bentuk peninggalan Hindu-Budha yang menjadi wisata adalah Prasasti dan Candi di Pariangan. Prasasti ini lebih dikenal di Sumatera Barat dengan nama batu basurek dengan huruf Pallawa dan bahasa Sangsekerta. Prasasti Pariangan ini ditemukan di tepi Sungai Mengkaweh yang mengalir dari kaki Gunung Marapi. Lokasi ini ada di sebelah Barat Kota Batu Sangkar. Prasasti Pariangan ini ditemukan di tepi Sungai Mengkaweh yang mengalir dari kaki Gunung Marapi. Bahan batunya dari jenis trachyt, dengan ukuran tinggi 1,6m, lebar 2,6m, dan tebal 1,6 m. 


Prasasti ini dipahatkan pada batu monolit non-artifisial berbentuk setengah lingkaran dengan tulisan berjumlah 6 baris. Aksara yang dipakai sama dengan aksara prasasti Adittyawarmman lainnya. Terdapat angka tahun yang sudah hangus, tetapi dapat terbaca dua angka yang di depan, yaitu 12. Kondisi prasasti ini sudah terlalu hangus, sehingga tidak memadai untuk dibahas lebih lanjut. Pada masyarakat berikutnya Prasasti ini ada hubungan dengan Batu Lantak tiga (Batu ditancapkan berjumlah 3 buah). 


Batu Lantak 3 ini ada hubungan dengan keberadaa 3 luak dalam perjalanan budaya Minangkabau. Sedangkan referensi lain menyebutkan bahwa batu tersebut adalah salah satu bagian dari batu Prasasti Saruaso I, yang dikenal orang sebagai Batu Basurek atau batu yang bertulis. Nama Batu Basurek mempunyai tulisan-tulisan Jawa Kuno. Arti dari tulisan itu tidak jelas artinya, namun masyarakat meyakininya sebagai bukti sejarah Nagari Saruaso. 


Batu ini adalah salah satu bagian dari Batu Prasasti Saruaso I, yang dikenal masyarakat sebagai Batu Basurek atau batu yang bertulis. Mitos Batu Basurek ini berfungsi sebagai alat pendidikan bagi masyarakat Nagari Saruaso. Melalui mitos ini berfungsi pula sebuah isyarat penting bahwa dalam masyarakat Nagari Saruaso ini membutuhkan adanya kontrol sejarah dan kontrol budaya terhadap tingkah laku mereka, agar terciptanya rasa solidaritas sosial yang baik.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS