Ticker

6/recent/ticker-posts

SALUANG BAGURAU PANTUN JO DENDANG MERUPAKAN HIBURAN MASYARAKAT MINANGKABAU

 


Oleh : Aria Yoga Putra

Jurusan : Sastra Daerah Minangkabau

Universitas Andalas



Bagurau saluang dan dendang adalah tradisi yang telah ada sejak lama di Minangkabau dan mengalami perkembangan serta perubahan yang cukup menarik seiring waktunya. Pertunjukan lewat alat musik saluang serta diiringi pantun memperlihatkan bagaimana tradisi ini mereflesikan budaya lisan masyarakat minang yang sangat hobi menyiarkan nasehat melalui pantun sebagai interaksi sosial yang menopang kehidupan masyarakat.

Istilah bagurau yang dipakai dalam tradisi ini diambil dari gaya masyarakat minang yang hobi bercerita dengan melemparkan sindiran dan cemoohan namun dengan dialogis yang akrab sehingga mempererat solidaritas di tengah masyarakat. Selain itu, bagurau disini juga dianggap sebagai dialog yang dilakukan dengan bahasa kiasan, penuh ibarat ada pepatah-petitih. Dari konsep masyarakat seperti itulah menjadikan tradisi ini sebagai refleksi masyarakat yang penuh keakraban dengan konsep kekeluargaan yang kuat.

Dalam pandangan budaya Minangkabau, wilayah minangkabau terdiri dari dua wilayah utama, yaitu wilayah pusat dan pinggiran. Daerah pusat dinamakan luhak, dan wilayah pinggiran disebut rantau. Luhak adalah daerah pedalaman di minangkabau yang terletak didataran tinggi disekitar pegunungan yakni gunung marapi, gunuang singgalang, dan gunuang sago. Daerah inilah yang dianggap sebagai pusat alam minangkabau atau disebut juga luhak nan tigo, yakni luhak tanah datar, luhak agam, dan luhak lima puluh kota.

Bagi masyarakat Minangkabau perempuan adalah limpapeh rumah nan gadang. Istilah ini mengandung makna perempuan bijaksana yang merupakan tiang penyangga dari keutuhan rumah, menjadi pedoman, memiliki budi pekerti yang baik, taat pada norma adat dan agama.

Bagurau merupakan pertunjukan musik saluang dan dendang yang dipadukan dengan kekuatan sastra lisan Minangkabau melalui pantun-pantun penuh dengan ibarat dan kiasan. Para pemain pertunjukan bagurau terdiri dari satu orang tukang saluang (laki-laki) dan dua sampai empat tukang dendang (perempuan) serta ada beberapa pertunjukan yang menambah instrumen rabab dan orgen tunggal.

Saluang bagurau sering diadakan pada kegiatan masyrakat di antaranya seperti pesta perkawinan, sunat rasul, dan batagak pnghulu. Tetapi sekarang ini pertunjukan bagurau dipentaskan tidak selalu mengharapkan kegiatan masyarakat, mereka juga melakukan pementasan Bagurau Lapiak. Bagurau lapiak adalah sebuah bentuk perjuangan para seniman bagurau dalam mencari nafkah dengan mementaskan nya di emperan-emperan toko setelah tokok itu tutup pada malam hari yang menggunakan lapiak. Dalam pertunjukan itu tidak ada yang mengikat, karena tujuan utamanya untuk hiburan semata.


Bagurau, kata ini di pakai dalam tradisi ini di ambil dari gaya masyarakat Minang yang hobi bercerita dengan melemparkan sindiran dan cemoohan namun dialogis yang akrab sehingga tidak menimbulkan rasa sakit hati, bahkan akan mempererat hubungan solidaritas di antara masyarakat. Selain itu bagurau disini pun juga menggunakan metode-metode rengan menggunakan bahasa yang penuh kiasan, penuh petatah-petitih.

Kebiasaan masyarakat Minangkabau Untuk berkumpul bersama sambil bercerita Dan bercanda, dengan tema-tema pembicaraan Yang saling sindir-menyindir, bahkan juga Bisa saling  (mencemooh), Dalam suasana yang dialogis dan akrab, Menyebabkan masyarakat Minangkabau Dikenal sebagai masyarakat yang suka dan Pintar bicara.

Dari penjelasan ini, maka kata bagurau Dapat diartikan sebagai suatu konsep Masyarakat Minangkabau untuk menyebut Suatu kegiatan sekelompok orang yang Bermain, berkelakar, atau menceritakan Sesuatu di antara sesama dalam suasana Keakraban. Jadi kata bagurau pada awalnya Bukanlah suatu konsep pertunjukan, tetapi Merupakan konsep kehidupan keseharian Yang ada dalam masyarakat Minangkabau.

Ketika prosesi Dendang Saluang Bagurau ini sedang berlangsung biasanya penonton akan memesan lagu kesukaannya, dan jika belum ada permintaan, maka seniman saluang akan memilih sendiri lagu yang akan mereka nyanyikan. Ada ratusan judul lagu saluang yang bisa dinyanyikan sepanjang malam. Mulai dari lagu-lagu yang bernada gembira dan menghibur, sampai dengan lagu-lagu yang bernada sedih (ratok) dengan pantun-pantun yang penuh dengan ratapan.

Dari pengamatan lapangan yang saya lakukan di ngalau Indah kota Payakumbuh tepatnya di Lapiak Saluang Sarueh saya mendapat Data yang cukup menarik adalah adanya struktur pertunjukan yang memberikan tempat untuk semua generasi. Pada paro malam pertama yakni antara pukul 22.00 sampai dengan pukul 24.00, yang saya amati biasanya jenis lagu-lagu yang dimainkan atau yang dimintak penonton adalah lagu-lagu yang gembira, menghibur dan pantun yang dinyanyikan pantun muda (muda-mudi). Sedangkan paro malam kedua yakni sekitar pukul 24.00 hingga dengan pukul 04.00, lagu-lagu yang ditampilkan adalah jenis lagu ratapan yang disebut lagu ratok (ratapan). Nada-nada yang dihasilkan pertunjukan bagurau saluang dan dendang memang terdengar seperti meratap, dan pantun-pantun yang dinyanyikan bertemakan nasehat atau parasaian (penderitaan).

Dari Hasil yang saya amati Secara langsung saya mendapat Data bahwa ada beberapa orang yang akan duduk di panggung (Lapiak) Dengan Tukang dendang berjumlah 4 orang, pemain Saluang 2 orang dan satu orang tukang oyak atau secara Umum di sebut MC, dan  para penonton yang memesan lagu pun, setiap lagu yang di pesan penonton tersebut akan membawa uang yang akan di berikan ke pada tukang oyak, dan tukang oyak pun akan Memberitahu kan lagu yang di pesan kepada tukang dendang dan tukang saluang dengan di iringi Pantun-pantun dan petatah-petitih ataupun bahasa yang penuh dengan kiasan.


Adapun contoh beberapa kata dan syair oleh penonton yang di yang di sebut oleh Tukang Oyak :


Kok Iyo kito ka bagurau sampai malam

Itu nan lah di tunggu, di danga sampai hari tarang

Ka adiak nan bajilbab hitam yang duduk di bawah lampu

Uda punyo pantun ka adiak, pantun katuju ka adiak surang

Rano ramo hinggok di Mumo

Tabang sampai nagari baso, baso nagari Tarang

Lah lamo Diak kito ndak batamu, batamu indak basuo

Salasai wisuda Uda pinang.


Dan ada pun ucapan untuk para penonton dari penonton yang di perantarakan kepada tukang oyak yakninya :


Kalapau Kito kalapau

Kalapau Kito minum kopi

Bagurau kito bagurau

Bagurau Kito mampaarek tali silaturahmi

Cuma bapasan ka adiak-adiak mahasiswa mudah-mudahan adiak baguno bagi Nusa dan bangsa


Dari beberapa data yang saya baca bahwa tradisi Saluang Bagurau ini sudah mengalami perubahan sejak tahun 1960 an. Perubahan yang paling menonjol dalam perkembangan pertunjukan bagurau saluang dan dendang adalah tampilnya kaum perempuan sebagai pendendang. Bahkan, mereka lebih mendominasi kegiatan pertunjukan tersebut. Posisi pendendang laki-laki yang pernah mendominasi sampai akhir tahun 1970-an, tampaknya telah diambil alih oleh pendendang perempuan, baik dalam pengertian kualitas maupun k Kelihatannya, pendendang perempuan inilah yang menjadi salah satu daya tarik utama pertunjukan bagurau saluang dan dendang. Berbeda sekali kondisinya dengan sebelum tahun 1960-an, perempuan ditabukan bahkan sangat ditentang untuk tampil dalam kegiatan saluang dan dendang. Dengan demikian, perkembangan yang terjadi dalam pertunjukkan bagurau saluang dan dendang tampaknya dapat dijadikan sebagai gambaran perubahan sosial Minangkabau. Kegiatan saluang dan dendang, sebelum tahun 1960-an, perempuan ditabukan, bahkan oleh berbagai kalangan masyarakat Minangkabau dianggap haram untuk ikut dalam kegiatan kesenian ini. Karena itu pula dalam kesenian tradisional Minangkabau, seperti randai, harus mendandani laki-laki untuk menjadi pelakon perempuan, yang disebut (bujang gadis).

Dengan demikian walaupun ada perubahan pada Tradisi tersebut kita selaku masyarakat Minangkabau tidak melihat pada perubahan yang ada, akan tetapi kita selaku Orang Minangkabau harus terus-menerus melestarikan Tradisi Lisan Saluang Bagurau dendang Suntuak dimalam hari ini.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS