Ticker

6/recent/ticker-posts

MINANGKABAU DALAM LINTAS KEPERCAYAAN


 Nama : Fachrum Rozian Alfi

Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya

 

 masyarakat minangkabau memiliki kepercayaan tunggal yaitu agama islam.Meskipun banyak dari masyarakat minang sendiri tidak mengamalkan islam sebagaimana mestinya contohnya saja masyarakat minang masih suka berjudi dan mengambil untung dalam berdagang cenderung tidak sesuai dengan ajaran islam,begitulah kondisi kepercyaan masyarakat minangkabau aktual ini.Tapi masyarakat minangkabau akan merasa sangat tersinggung jika ada yang memisahkan islam dengan budaya mereka,bagi mereka minangkabau adalah islam,islam adalah minangkabau.Pernyataan ini sejalan dengan falsaah adat orang minang itu sendiri yaitu adat basandi syara’ syara basandi kitabullah.begitulah islam sangat kental di masyarakat minangkabau namun sejatinya kepercyaan di minangkabau yang pertama bukanlah islam.nah maka dari itu saya mengajak pembca sekalian menelisik kepercayaan yang pernah dianut oleh masyarakat minangkabau.

MASA PRA AGAMMA

Sanusi Latif menuliskan bahwa sebelum masuknya agama-agama ke Minangkabau, masyarakat Minangkabau selain menaati adat, juga menganut keyakinan pra-agama,baik animisme dan dinamisme, maupun kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus yang dapat membahayakan manusia, sehingga kepadanya harus diberikan sesajian serta pembacaan mantera-mantera. Masa Pra Agama ini tidak diulas lebih lanjut oleh M Sanusi Latief, terutama dalam rentang waktu kapan masa ini berlangsung.Ajaran mengenai kepercayaan ini di beberapa daerah di minangkabau masih bisa kita jumpai seperti mantra mantra,adanya mitos mengenai palasik (perempuan yang menghirup ubun ubun bayi dari jauh) dan manggasiang (menghantarkan racun melalui udara).Hal hal seperti itu masih tersisa dan sudah lekat pada kebudayaan masyarakat minangkabau sehingga tak hayal msyarakat minangkabau masih mempercayai adanya eksistensi dari hal hal terseut sampai saat sekarang ini.

MASA HINDU-BUDHA

Ketika agama hindu budha datang ke daratan nusantara,minangkabau juga tidak luput dari pengaruh kedua agama baru tersebut.agama hindu budha  masuk ke minangkabau pada masa hindu brahma (abad ke 5 M) dan agama budha mahayana (abad ke 7 sampai abad ke 10 M).Agama tersebut dibawa dan disebarkan oleh para pedagang dari hindustan (india) dan dari mereka yang datang dari kerajaan majapahit.Disebutkan bahwa Adityawarman datang ke minangkabau sekitaran tahun 1340 dari kerajaan majapahit menganut agama hindu budha hinayana.Hal tersebut menjadikan bukti yang signifikan bahwa ajaran hindu budha di minangkabau memang berhsil berkembang dan menghasilkan suatu akulturasi antara budaya minang itu sendiri dengan budaya hindu budha.

Akan tetapi, Agama Hindu dan Budha di Minangkabau tidak sekuat adat, dan tidak pula sekuat pengaruh Hindu dan Budha di Jawa ketika Islam datang. Pengaruhnya tidaklah mendalam dan tidak meninggalkan bekas-bekas yang lama. Kedua agama tersebut belum sempat memasyarakat. Belum banyak didirikan tempat-tempat pengajaran dan penyiaran agama tersebut di daerah ini.Sejarah Hanya mencatat bahwa sebuah stupa dari biara agama Budha yang berdiri di Muara Takus, abad ke-8 dalam daerah Kerajaan Minangkabau Timur. Muara Takus atau Telaga Udang terletak di hulu Kampar.Selain Itu, beberapa prasasti mengenai Adityawarman dan agama Budha, di anatarnya terdapat di Lima Kaum, yaitu Prasasti Kuburajo I (1347) dan Kuburajo II (1339/1351). Salah satu yang diyakini sebagai jejak agama Budha adalah di antaranya yang bergambar matahari atau teratai (lambang agama Buddha) dan sapaan dalam agama budha “Oṃ māṃla.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya pengaruh agama hindu budha di minangkabau yaitu karna susunan masyarakat menurut kasta kasta dalam hindu tidak berkenan di hati masyarakat minangkabau.Hal ini sangat bertentangan dengan kehidupan demokratis masyarakat minangkabau yang sudah mendarah daging bagi mereka.Walaupun Adityawarman akhirnya berhasil menjadi raja di minangkabau,kekuasaanya tidak dapat menjangkau kehidupan masyarakat di nagari nagari terutama di daerah luhak nan tigo.Ditambah juga misinya dalam bidang politik dan militer lebih menonjol sehingga penyebaran agama kurang menjadi fokus perhatianya.Beberapa tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat minangkabau diantaranya mengandung pengaruh agama hindu budha seperti balimau,membakar kmenyan ketika ada syukuran dan mengadakan pengajian dalam kurun hari yang ditentukan (3,7,50,100 hari) setelah seseorang meninggal

MASA ISLAM

​Sampai saat ini para peneliti masih belum menemui kesepakatan menegenai waktu pastinya islam masuk ke minangkabau.Hal ini dikarenakan belum ditemukannya bukti-bukti sejarah tertulis di Minangkabau. Peninggalan sejarah berupa bangunan, seperti masjid, batu nisan lainnya, maupun catatan tertulis lainnya tidak dapat memberikan kepastian. Beberapa sumber yang dapat dipercaya dan lebih memberikan kepastian terutama berasal dari luar Minangkabau.Ada beberapa teori terkait proses masuknya isam ke minangkaau yang saya rasa paling kuat

Berdasarkan berita dari China, Hamka mengatakan bahwa pada tahun 684 M sudah didapati suatu kelompok masyarakat Arab di Minangkabau.3 Hal ini berarti bahwa 42 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, orang Arab sudah mempunyai perkampungan di Minangkabau. Sehubungan dengan itu Hamka memperkirakan bahwa kata “Pariaman”, nama salah satu kota di pesisir barat Minangkabau berasal dari bahasa Arab, “barri aman” yang berarti tanah daratan yang aman sentosa. Selanjutnya diduga pula bahwa orang-orang Arab ini di samping berdagang juga berperan sebagai mubalighmubaligh yang giat melakukan dakwah Islam, sehingga pada waktu itu diperkirakan sudah ada orang Minangkabau yang memeluk agama Islam. Berbeda dengan pendapat di atas, Ismail Ya’koeb memperkirakan agama Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalan. Jalur pertama dari Selat Malaka melalui Sungai Siak dan Kampar, lalu berlanjut ke pusat Minangkabau. Di zaman kebesaran Malaka sudah ada raja-raja Islam di Kampar dan Indragiri. Dari sinilah masuknya agama Islam ke bagian Timur Minangkabau dan seterusnya menyusup ke pedalaman. Jalur yang kedua adalah dari Aceh masuk melalui pesisir barat Sumatera terus ke Ulakan Pariaman, yang pada waktu itu merupakan pelabuhan Aceh terpenting di Minangkabau, terutama pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Menjelang Islam masuk, adat yang aslinya animistik, dinamistik, dan naturalistik yang sudah berakulturasi dengan unsur-unsur Hindu-Buddha adalah satu-satunya pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau. Setelah itu datanglah agama Islam yang juga menuntut kepatuhan yang lebih ketat.Kedatangan Islam dengan aturan-aturannya yang ketat dan menuntut kepatuhan yang luar biasa dari para pemeluknya membuat pengaruh Hindu, Buddha, dan Tantrayana hampir-hampir tidak berbekas di Minangkabau.Pengaruh agama Hindu-Buddha di Minangkabau kurang kuat berakar seperti di Jawa sehingga mudah tersapu oleh agama Islam yang datang kemudian.agama islam berkembang pesat dan banyak melahirkan akulturasi antar kedua budaya.Surau surau mulai menjamur dan anak laki laki pada masyarakat minangkabau dituntut untuk tinggal disana dan diajarkan bermacam ilmu tak terkecuali ilmu ilmu keislaman.puncaknya ketika terjadinya konflik peristiwa padri yakni antara kaum adat dengan kaum agama di minangkabau. Akhir dari konflik padri melahirkan akomodasi antara adat dengan islam di masyarakat Minangkabau. Pada konteks ini, padri meninggalkan bekas mendalam dan abadi kepada masyarakat Minangkabau di dalam perimbangan yang berubah-ubah antara adat dan islam, dengan tetap memperhatikan ortodoksi islam.Konsensus antara adat dan islam paska konflik padri dituangkan dalam perjanjian “Bukit Marapalam,” yang fenomenal itu dan termanifestasi dalam adigium ; “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Masyarakat minangkabau meyakini bahwa di dalam sistem sosial mereka, islam dan adat telah terjalin dengan baik.Prinsip ini kemudian diturunkan dalam pepatah; “Syara’ mangato, Adat Mamakai” yang bermakna segala bentuk ajaran agama, khususnya yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis Nabi diterapkan melalui adat; atau pepatah lain; “syara’ batalanjang, adat basisampiang,” yang bermakna apa yang dikatakan agama adalah tegas dan terang, tetapi setelah diterapkan dalam adat, dibuatlah peraturan pelaksananya yang sebaik-baiknya.

Demikian lah islam berkembang hingga saat sekarang ini.bagaimana masyarakat minangkabau sangat memegang teguh ajaran islam dikarenakan ajaran islam itu sendiri tidak disebarkan melalui paksaan sehinnga masyarakat minang merasa nyaman dan menjadikan ajaran islam sebagai pondasi budaya mereka sendiri. Kepercayaan pada masyarakat minangkabau lintas waktu sangat beragam sekali dan menghasilkan unsur unsur kebudayan yang beraneka ragam corak.Demikianlah paper yang bisa saya susun pada tugas kali ini,saya harap pembaca dapat memaklumi kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan saya kali ini.sekian terima kasih

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS