Ticker

6/recent/ticker-posts

MANDI BALIMAU SEBUAH TRADISI PENYAMBUT BULAN RAMADHAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MUDA-MUDI DALAM TRADISI MANDI BALIMAU

 

Oleh : Fajar Rizal Maulana jurusan sastra Daerah Minangkabau 
Universitas Andalas


Tradisi merupakan segala sesuatu yang ada dan di salurkan atau diwarisi dari masa lalu ke masa sekarang dari generasi ke generasi. Tradisi juga bisa disebut kebiasaan atau suatu bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama yang di jalankan oleh masyarakat.

Siapa sih yang tidak tahu mandi balimau. Ya, mandi balimau merupakan kegiatan atau tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Minangkabau dalam menyambut bulan suci Ramadhan atau bulan puasa. Tradisi mandi balimau dilakukan bersama-sama di sungai tempat pemandian yang airnya mengalir. Menurut masyarakat Minangkabau tradisi Mandi balimau merupakan mandi dengan menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Mandi balimau pun memiliki makna menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dalam tradisi ini digambarkan masyarakat pada awalnya mandi layak biasanya, namun di penghujung mandi diakhiri dengan siraman air rendaman dari bunga tujuh rupa bercampur limau (jeruk nipis). Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum Ramadhan, yaitu dimulai dari matahari terbit hingga terbenam. Hingga saat ini tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, sembari menjaga eksistensi tradisi ini.

Jika melihat sejarah asal usul mandi balimau ini pada dahulunya masyarakat Minang di zaman dahulu melakukan tradisi ini memang semata-mata untuk membersihkan diri, sebelum memasuki bulan puasa, namun kini, seiring perkembangan zaman, momen mandi balimau dijadikan untuk pergi main-main ke tempat wisata. Alasan orang Minang zaman dahulu menggunakan jeruk dikarenakan ketika itu belum ada sabun mandi. Maka mereka memilih jeruk karena juga berkhasiat mengangkat kotoran, minyak, dan keringat di badan. Zaman dahulu tidak setiap orang juga yang bisa mandi dengan bersih dikarenakan tidak adanya sabun dan banyak juga di beberapa wilayah kekurangan air, dikarenakan itulah pada masa itu digunakan jeruk nipis dan kasai (bunga rampai) sebagai pembersih dikarenakan bekerja seharian. Tradisi mandi balimau ini dipercaya sudah ada sejak abad ke 19 pada masa penjajahan belanda.

Mandi balimau yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau juga memiliki tata cara tersendiri sebelum melakukannya, berikut tata caranya:

• Membaca bacaan niat mandi balimau dan meluruskan hati, bahwa hal ini dilakukan semata-mata memang untuk diri dan mensucikan jiwa.

• Mengguyurkan atau membasahi badan yang sebelumnya sudah dicampur dengan rendaman jeruk nipis, rembah-rempah, dan bunga tujuh rupa ke sekujur badan.

• Menggosok seluruh bagian badan hingga dirasa sudah bersih, terkadang ada juga masyarakat ketika menggosok badan mereka menggunakan potongan-potongan jeruk nipis.

• Yakin pada diri sendiri bahwa kita melaksanakan tradisi ini bukan menentang hukum agama, melainkan hanya untuk bersih-bersih saja.

Diawal kemunculan mandi balimau ini pada dahulunya, masyarakat akan melaksanakan mandi balimau ini dengan terlebih dahulu menentukan lokasi pemandian. Kemudian 2-3 hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, masyarakat akan berbondong-bondong untuk mandi, dengan menerapkan batasan-batasan tertentu, misal tidak mencampurkan yang bukan muhrim.

Disisi lain pun, manfaat mandi balimau ini juga dijadikan ajang dalam bersyukur kepada ALLAH AWT, karena diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan. Selain itu, juga mempererat silaturahmi antar sesama muslim di Minangkabau.

Tradisi mandi balimau ini tentu tidak bisa dihapus begitu saja, tradisi mandi balimau ini telah teredukasi dengan sendirinya dari generasi ke generasi dan kan tetap hadir di tengah-tengah masyarakat Minangkabau, bahkah pada saat ini. Perubahan perilaku masyarakat Minangkabau dalam perayaan mandi balimau ini terjadi tidak lepas dari perubahan atau perkembangan zaman yang begitu pesat. Faktor ini disebabkan dengan adanya regenerasi yang memaknai sebuah kata dengan makna yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Jika dahulu tradisi mandi balimau ini di anggap sakral dan suci namun berbeda pada masa saat ini dimana tradisi ini dianggap hanya masa lalu yang secara perlahan-lahan akan terhapus, hal ini dikarenakan semakin majunya zaman maka pemikiran manusia pun semakin identik dengan zaman modern dimana manusia hanya memikirkan diri sendiri, memperkaya diri sendiri, menaikkan gaya hidup atau life style.

Di kutip dari beberapa sumber penelitian menjelaskan bahwa Dengan kemajuan zaman telah banyak hal dalam kehidupan ini, tradisi mandi balimau yang dulunya sebuah ritual sakral yang mengandung makna positif dan dilaksanakan dengan nuansa yang baik dan beradab maka hal itu mengalami perubahan arah menjadi sebuah budaya yang terkadang juga melakukan maksiat di tempat pemandian balimau. Hal ini wajar saja beberapa para tokoh ulama di Sumatera barat mulai mengkhawatirkan budaya tradisi mandi balimau ini yang salah kaprah untuk pada zaman modern sekarang. Karena dalam praktiknya hari ini telah sangat jauh melenceng dari nilai-nilai agama.

Selain perubahan zaman faktor lain adalah kurangnya pendidikan atau pengenalan tradisi-tradisi para leluhur, pada zaman sekarang generasi-generasi sekarang mengetahui tradisi mandi balimau hanya dari apa yang mereka lihat bukan dapat dari ajaran atau di ajari oleh para tetua kampung atau orang yang pandai mengenai adat istiadat dan tradisi. Jika tradisi ini dikenalkan dengan benar sejak dini pada generasi penerus maka mereka tidak akan mungkin menyalah maknakan atau salah penafsiran tentang makna tradisi tersebut dan juga tidak menyalahgunakan suatu tradisi dalam perayaannya. Akibat dari perubahan perilaku masyarakat dalam merayakan mandi balimau ini banyak menimbulkan keresahan tersendiri bagi para orang tua terhadap anak-anaknya yang akan terjadinya perbuatan yang tercela akibat perayaan mandi baliau yang menjadi ajang pacaran, hura-hura, bahkan sampai dengan melakukan maksiat. Bahkan juga banyak masyarakat yang memberikan pendapat atau anggapan bahwa tradisi mandi balimau ini sudah tidak layak untuk dilakukan. hal ini dikarenakan banyaknya kasus-kasus yang terjadi akibat perayaan mandi balimau tersebut, ada juga yang beranggapan bahwa tradisi mandi balimau ini bukanlah ajaran islam karena pelaksanaannya tidak baik yaitu adanya percampuran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa dalam satu tempat pemandian atau sungai.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS