Ticker

6/recent/ticker-posts

Kesenian Indang di Ranah Minang oleh : Putri Ayuni, mahasiswa universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau.

 

Foto dok

Syafira mahasiswa Unand dengan jurusan sastra minangkabau

Indang adalah alat kesenian tradisional tepuk yang berasal dari daerah Sumatra Barat. Alat kesenian Indang ini disebut juga Ripai, Bentuknya sama dengan rebana, tetapi ukurannya lebih kecil, garis tengahnya sekitar 18 sampai 25 cm dan tingginya 4,5 cm. Seperti juga rebana, alat kesenian Indang ini juga berasal dari Arab dan kesenian yang dimainkan memakai Indang ini adalah kesenian bernapaskan Islam. Pada zaman dahulu pada setiap nagari di Pariaman punya grup Indang sendiri. Menurut kepercayaan yang ada setiap kelompok Indang ini mempunyai apa yang disebut Sipatuang Sirah yaitu kelompok orang tua yang mempunyai kekuatan gaib untuk menjaga keselamatan grupnya dari kekuatan luar yang dapat menghancurkan kelompok lain. Dalam hal pemilihan waktu, permainan Indang ini terkenal pula dengan istilah Indang naik dan Indang turun. Istilah Indang naik dan Indang turun ini sudah memasyarakat di Pariaman, bila permainan Indang memasuki hari pertama, maka mulainya permainan dilakukan pada tengah malam antara jam 11 dan 12 malam. Tetapi bila permainan memasuki hari kedua, maka nulainya adalah senja hari sehabis shalat Maghrib. Kesenian Indang ini lahir dan berkembang disurau-surau yang dimainkan sesudah mengaji. Isi dari nyanyian yang dilakukan adalah tentang pengajaran agama, oleh sebab itu sifatnya adalah dakwah dan pemainnya adalah pemuda-pemuda yang menuntut pengetahuan agama. Tetapi dalam perkembangan berikutnya pusat aktivitas permainan Indang berubah dari surau keluar surau yaitu ketempat sasaran yang disebut laga-laga, sejenis pentas yang tidak diberi dinding sehingga penonton dapat melihat dari segala penjuru. Jika ingin menikmati Permainan Indang atau Ripai di Sumatra Barat lokasi yang paling popular adalah di daerah Kabupaten Padang Pariaman yang terkenal dengan permainan Indang Pariaman atau Indang Piaman. Salah satu ciri khas dari Indang Pariaman adalah selalu dimainkan pada malam hari, biasanya dalam acara perhelatan nagari seperti batagak kudo-kudo, pasar malam dan jarang sekali ditampilkan dalam acara perkawinan. Dalam penampilan Indang Piaman ini biasanya dibawakan oleh 3 grup yang datang dari 3 desa yang berbeda, atau satu grup tuan rumah dan dua grup pendatang (tamu). Ketiga grup tersebut duduk dalam posisi segitiga, dan ketiga grup tersebut bermain Indang mempunyai satu tema atau masalah yang didiskusikan sebelum permainan dimulai serta menentukan grup mana yang akan bermain pertama. Biasanya yang memulai bermain itu adalah grup tuan rumah atau grup yang ditunjuk sebagai tuan rumah. Kalau dinagari itu tidak ada grup Indang, maka grup pertama sebagai tuan rumah memulai permainan. Di mana grup ini telah siap mengarang nyanyian atau kata-kata yang lebih berorientasi pada hal-hal atau masalah yang terjadi dipihak tuan rumah, seperti nama bukit, sungai, hasil alam, kebiasaan penduduk dan lain-lain. Demikianlah selanjutnya permainan Indang ini berlangsung secara bergantian dari masing-masing grup dengan tema yang telah dipilih.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS