Ticker

6/recent/ticker-posts

Implementasi dan Sejarah Tradisi Batombe.


Muhammad Fauzan




Batombe lahir dan besar di masyarakat Nagari Abai, Kabupaten Solok Selatan. Batombe secara harfiah berasal dari kata 'ba' dan 'tombe'. 'ba' dalam bahasa Minangkabau adalah awalan, sedangkan 'tombe' berarti rima.

Batombe adalah seni pantun bolak-balik atau berbalas pantun yang diiringi oleh alat musik rabab. Batombe biasanya dimainkan oleh dua pria dan satu wanita, atau secara berkelompok. Pemainnya disebut pendendang. Biasanya penyanyi utama merangkap sebagai pengiring.

Sedangkan nyanyian pantun dalam seni batombe biasanya merupakan ungkapan perasaan dan cerita perjalanan hidup seperti cinta, kesedihan, semangat dan lain-lain. Pantunnya mengandung kata-kata kiasan dan melepaskan hasrat hati.

     Batombe seperti seni pantun di daerah lain. Perbedaannya mungkin terletak pada alat musik yang digunakan. Batombe akrab dengan rabab sebagai iringan dan bernyanyi sebagai tanggapan terhadap sajak.

Menurut cerita yang berkembang, tradisi ini pertama kali muncul pada saat gotong royong dalam pembangunan rumah/masjid gadang. Konon, ketika orang membawa kayu ke hutan untuk membuat tiang, ada sebatang kayu yang tidak bisa diangkat atau dipindahkan.

Dalam kondisi putus asa ini, tiba-tiba para wanita yang bertugas menyiapkan perbekalan mencari cara untuk menghibur para pria yang sedang berjuang mencari cara untuk memindahkan kayu tersebut. Mereka kemudian secara spontan mulai bernyanyi, yang kemudian dijawab oleh pekerja laki-laki.

Dalam berbalas pantun pantun tersebut kemudian secara tidak sengaja kayu yang tadinya tidak mampu bergerak berangsur-angsur berpindah dan bisa dipindahkan ke lokasi pembangunan rumah. Dengan demikian pantun balasan dikembangkan dalam berbagai kegiatan bersama hingga akhirnya menjadi tradisi dalam acara-acara.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS