Ticker

6/recent/ticker-posts

BAGURAU



Oleh: Muhammad Zhafran Nabil

Fakultas Sastra Daerah Minangkabau  UNAND 



Bagi masyarakat Minangkabau, perempuan adalah limpapeh rumah nan gadang. Istilah ini mengandung makna perempuan bijaksana yang merupakan tiang penyangga dari keutuhan rumah, menjadi pedoman, memiliki budi pekerti yang baik, taat pada norma agama dan adat. Akan tetapi martabat perempuan Minangkabau yang selama ini berpedoman kepada limpapeh rumah nan gadang dalam sistem matrilineal luntur pada perempuan yang berprofesi sebagai Tukang Dendang dalam pertunjukan Bagurau. Dikatakan demikian karena kebiasaan dan sikap kehidupan yang dipandang ideal bagi masyarakat Minangkabau harus berpegangan dengan falsafah Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang artinya adat Minangkabau bersendikan agama, sementara agama bersendikan Kitab Allah, yakni Al-Qur‟an. Tukang Dendang dianggap tidakmenjaga falsafah tersebut dengan melakukan pekerjaan yang tidak sesuai norma agama dan adat yang dipegang oleh masyarakat Minangkabau. Mereka ke luar larut malam, berkumpul bersama laki-laki di malam hari, mengumpulkan materi untuk kebutuhan kehidupan, dan lain sebagainya. Dalam wawancara Noni Sukmawati dengan Asmaniar (74 tahun) dalam Tesis S2 Universitar Gadjah Mada “Perempuan Dalam Seni Pertunjukan Bagurau, Perubahan Sosial di Minangkabau” mengungkapkan “Bagurau ko adolah dunia laki-laki, di nagari ko adaik jo agamo malarang padusi kalua malam, dek buruak candonyo. Kalau ado padusi nan kalua malam dikecekkan padusi jalang” (Bagurau adalah dunia laki-laki, di kampung ini adat dan agama melarang perempuan ke luar malam, karena tidak baik kelihatannya. Kalau ada perempuan yang ke luar malam akan dikatakan perempuan nakal). 

Bagurau merupakan sebuah pertunjukan musik Saluangdan Dendang yang dipadukan dengan kekuatan sastra lisan Minangkabau melalui pantun-pantun penuh dengan ibarat dan kiasan. Para pemain pertunjukan Bagurau terdiri dari satu orang Tukang Saluang (laki-laki) dan dua sampai empat orang Tukang Dendang (perempuan) serta ada beberapa pertunjukan yang menambahkan instrumen rabab dan orgen tunggal. Pertunjukan Bagurau sering diadakan pada kegiatan masyarakat di antaranya seperti pesta perkawinan, sunat rasul, dan batagak penghulu. Tetapi sekarang ini pertunjukan Baguraudipentaskan tidak selalu mengharapkan pada kegiatan masyarakat, mereka juga melakukan pementasan Bagurau Lapiak. Bagurau Lapiak adalah sebuah bentuk perjuangan para seniman Bagurau dalam mencari nafkah dengan mementaskannya di emperan-emperan toko setelah toko tersebut tutup pada malam hari menggunakan lapiak (tikar). Dalam pertunjukan itu tidak ada aturan tertentu yang mengikat, karena tujuan utamanya untuk hiburan semata. Sebagai ajang pergurauan, Tukang Dendang Bagurau Lapiaktersebut akan melayani permintaan penonton untuk mendendangkan topik-topik pilihan, dengan menyerahkan sejumlah uang dan memesan dendang yang diinginkan kepada seorang Janang (pembawa acara). Keberhasilan pertunjukan amat ditentukan oleh seorang Janang untuk menghidupkan dan membangun suasana dalam pertunjukan. Topik-topik pesanan yang disampaikan melalui pantun yang dituliskan melalui secarik kertas oleh penonton melalui seorang Janang, biasanya seputar nostalgia masa lalu, cerita-cerita romantis atau sindiran terhadap kelompok-kelompok tertentu dan persoalan-persoalan yang terkait dengan tema perempuan.

Kegiatan yang mereka lakoni, bagi sebagian masyarakat Minangkabau sangat tidak relevan dengan adat yang dipegang. Kebenarannya terlihat pada Tukang Dendang yang identik dengan memakai pamanih (jimat) sebagai daya tarik para laki-laki yang tidak jarang sudah berstatus suami orang mengalami jatuh cinta kepada mereka. Selain penggunaan jimat dan penampilan, sindiran pantun-pantun yang didendangkan menjadi salah satu daya tarik yang dimiliki Tukang Dendang.

Begitulah bagurau yang dilakukan setiap daerah. Kenapa diadakan bagurau, sebagai Adat tradisi dan hiburan bagi masyarakat Minangkabau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS