Ticker

6/recent/ticker-posts

Asal Usul Nagari Tabek Patah



Oleh: Ryci Carma


Di Minangkabau terkenal sebuah daerah yang bernama Tabek Patah, Nagari Tabek Patah terletak di Kecamatan Silimpauang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Di Tabek Patah masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dan berkebun karena di Tabek Patah kondisi geografisnya banyak sawah yang luas dan lahan perkebunan yang tanahnya sangat subur. Dengan kondisi geografis ini masyarakat sangat terbantu yang mana hasil dari sawah masyarakat jarang dijual karena dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan hasil perkebunannya baru dijual, di Nagari Tabek Patah juga terdapat suatu tabek (kolam) yang di mana  kolam ini dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan lauk-pauknya sehari-hari karena ikan dikolam ini tidak pernah habis. Ikan dikolam ini sangat terkenal oleh masyarakat karena banyak ikan di kolam ini yang berukuran yang sanga besar.

Nama Nagari Tabek Patah diambil dari suatu kejadian yang diceritakan turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat di sekitar daerah tersebut yang mana ceritanya ini tidak dapat diterima oleh akal sehat, tetapi masyarakat di sana percaya bahwa cerita ini memang pernah terjadi pada masa lalu, yang mana cerita ini terjadi ketika daerah Tabek Patah belum ada disebut oleh orang sebagai nama yang ada pada saat sekarang, yang mana ceritanya ini dikisahkan ada sebuah tabek (kolam) yang di mana di tabek tersebut bayak berisi ikan-ikan besar dan tidak pernah habis.

Nagari ini dikelilingi sebuah bukit yang sangat tinggi, bukit tersebut diberi nama oleh masyarakat sebagai Puncak Pela, masyarakat sehari-hari sangat bergantung pada tabek ini karena di tabek ini masyarakat melakukan kegiatan seperti mencuci, mandi, memancing ikan, dan sebagainya. Di suatu hari masyarakat sangat terkejut karena tabek yang dijadikan gantungkan sebagai tempat melakukan aktivitas sehari-hari tertutup karena runtuhan bukit yang berada di sampingnya. Masyarakat sangat heran dan bingung kenapa bukit itu dapat runtuh padahal bukit tersebut tidak terlalu curam dan di bukit tersebut banyak  di tumbuhi pohon-pohon besar  yang  rindang, pada hari itu masyarakat sekitar berkumpul di dekat kolam untuk memikirkan apa yang sedang terjadi, di tengah keheningan masyarakat tersebut terdengar suara seorang masyarakat yang mengatakan ”ini karena ulah mereka” langsung masyarakat yang sedang berkumpul ini menanya maksud kamu apa, lantas dia menjawab “coba kalian pikir apa yang terjadi kemarin?” ternyata pada hari kemarin masyarakat memergoki sepasang muda-mudi di sisi kolam yang sedang melakukan perbuatan maksiat.

Seorang masyarakat memergoki mereka berdua di siang hari ketika memancing di kolam, mereka berdua langsung di bawa oleh masyarakat sekitar ke rumah pemuka agama yang berada di dekat kolam tersebut, pemuka agama ini sangat terkejut karena mengetahui perbuatan mereka berdua yang sangat keterlaluan, mengapa demikian, karena selama ini tidak pernah terjadi hal-hal seperti ini, kedua anak muda yang sedang dilanda asmara ini langsung di serahkan kepada kedua orang tuanya, pemuka adat mengatakan bahwa salnya kita harus membersihkan kolam tersebut, karena belum pernah hal ini terjadi selama ini.

Masyarakat awalnya tidak mau karena ini bukan perbuatan mereka masyarakat mengatakan siapa yang berbuat dia harus  bertanggung jawab, tetapi pemuka adat yang berada di sana mengatakan hal yang lain, kolam ini adalah kehidupan kita maka apa pun yang terjadi adalah  tanggung jawab kita, mendengar perkataan pemuka adat masyarakat mau melakukan pembersihan terhadap kolam esok harinya, tetapi malam harinya masyarakat dikejutkan dengan guncangan yang sangat dahsyat yang bisa kita sebut sekarang yaitu (gempa bumi). Guncangan gempa ini terjadi dengan kekuatan yang sangat besar tetapi dengan rentang waktu yang sebentar, semalam itu masyarakat sangat takut sampai-sampai ada beberapa kepala keluarga mengungsi keluar rumah dengan membuat tenda dadakan di depan rumahnya masing-masing, tetapi masyarakat lebih dikejutkan pada pagi harinya dengan kabar yang di berikan oleh seorang pemancing yang akan melakukan agenda pagi harinya yaitu “manjalo ikan”.

Orang ini sangat terkejut karena kolam yang biasa dia jadikan tempat “manjalo ikan “ hilang, dengan memperhatikan secara sesama dia baru sadar bahwa kolam tersebut telah tertutup oleh bukit Pela, rupanya bukit Pela mengalami longsor yang mana runtuhannya menutupi semua bagian kolam sehingga tidak ada terlihat sedikit pun. Dengan melihat kejadian tersebut orang ini langsung memberikan kabar kepada masyarakat yang berada di sekitar kampung terutama kepada pemuka adat mengenai hal yang dia lihat pagi itu. Masyarakat dan pemuka adat langsung berbondong-bondong ke tabek untuk memastikan kabar yang diberikan oleh pemuda tersebut. Ternyata setibanya masyarakat di sana mereka semua langsung terkejut karena tidak percaya apa yang mereka liat ini asli atau tidak mereka semua langsung bersedih karena kolam yang mereka manfaatkan selama ini hilang tanpa jejak.

Pemuka adat langsung mengatakan bahwa, kita harus langsung membersihkan kolam kita ini, semua masyarakat langsung menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk proses pembersihan kolam. Semua masyarakat langsung memberhentikan semua aktivitas keseharian mereka seperti ke sawah dan berkebun. Pada sore harinya semua masyarakat melaksanakan shalat bersama di dekat kolam yang mana kegiatan ini dipimpin langsung oleh pemuka adat. Kegiatan pembersihan kolam ini dilakukan selama seminggu tanpa henti di samping kolam yang mana kegiatan ini membuahkan hasil berupa tanah yang menimbun kolam itu lama-kelamaan menipis dan lalu habis, sehingga air yang semulanya hilang menjadi ada lagi seperti sedia kala. Tetapi di tengah-tengah kolam terbentuk sebuah jalan yang bisa dilalui oleh masyarakat. Dan dikolam tersebut masyarakat terkejut karena melihat penampakan ikan sebesar kuda yang ikan ini berjumlah dua ekor. Dari kejadian tersebut masyarakat di nagari  itu memberi nama tempat yang mereka tinggali itu sebagai nama Tabek Patah. 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS