Bayang,
Sekira puluhan tahun lebih ladang di tengah rimbo (rimba) telah berobah menjadi semak belukar bahkan sudah seperti hutan belantara.
Obral chaniago bersama Team nagariKarena ditengah ladang (kebun) itu tidak adanya pakasieh ladang ditengah rimbo.
Tetapi, jika ditengah ladang ada pohon duren, jengkol, pala, cengkeh, atau pun manggis-maka pohon yang berbuah inilah bisa menjadikan pakasieh (tergiur) pemiliknya untuk membersihkan lahannya terus menerus dari generasi ke generasi. Tetapi jika hanya karet saja disaat harga karet murah maka peladang meninggalkan kebunnya sampai bertahun tahun. Apalagi generasi pertamanya sudah tiada atau telah tua, ladang ditengah rimba akan berobah menjadi hutan belantara nan hijau.
Pergeseran warga desa yang urban ke kota serta strata perubahan ekonomi dari generasi penerusnya tak meminati untuk mengurusi ladangnya karena sumber ekonominya tak lagi bersentuhan dengan ladang ditengah rimba.
Puluhan tahun yang lalu ladang ditengah rimba merupakan menjadi rebutan sebagai sumber ekonomi masyarakat di pedesaan ini.
Usai menyadap karet pulangnya membawa kayu bakar-sekarang masyarakat di desa telah memasak menggunakan kompor gas. Sehingga ladang tak dijajaki lagi oleh pemiliknya yang dulunya mengambil kayu bakar dari ladangnya.
Dulunya, disaat mentari pagi tiba patani telah menyadap pohon karet dikebunnya, suara teriakan saling bersahutan sebagai pertanda tetangga ladang sedang bekerja pula ditengah kebunnya.
Tetapi kini, luas ladang ribuan hektar ini yang dulunya ramai setiap hari terus dikunjungi oleh pemiliknya, sebab dari ladang ditengah rimba inilah sumber penghasilannya dari rotan, rempah, karet, damar, asam kandis, sayuran, umbi umbian, bibi bijian, dan tetapi mereka lupa menanam pala, manggis, kopi, cengkeh, jengkol, cassia vera, dan kelapa.
Karena generasi penerusnya tidak lagi dari ladang ditengah rimba ini lagi sumber penghasilanya, maka ladang berobah menjadi hutan dan rimba.
Alkisah ini, Obral Caniago (Wartawan) selama 34 tahun tak menapaki lagi ladang orangtuanya ditengah rimba milik kami bersaudara.
Saat ditelusuri ladang ditengah rimba di Kaki Gunung Sigirik, Kampung Lubuk Begalung Kenagarian Aur Begalung Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan, bersama saudara pada Kamis 24 Maret 2022.
Obral Caniago, menuju ke ladangnya ditengah rimba-bermula berjumpa dengan sebuah jembatan gantung di Kampung Lubuk Begalung di bantaran Sungai Batang Bayang.
Sungai ini jernih airnya, ikan ikan larangan terlihat menari nari meliak liuk seperti mengucapkan selamat datang bagi orang yang menghapiri pinggiran sungai ikan larangan ini.
Penduduk yang ramah menyapa disaat masyarakat sedang membangun pos pengamanan ikan larang yang baru dipindakan ke seberang sungainya bersama Walinagari Aur Begalung Musrial, ST, Wali Kampung Lubuk Begalung Darwas, dan Iswandi angku datuk dari suku rang caniago tabiang tinggi, dan para ninikmamak dan kaum muda dari suku yang ada dikampung ini.
Karena sesuai info pos pengamanan ikan larangan baru saja diporakporandakan penduduk setempat karena mereka kecewa sanak familynya kehilangan sebuah sepeda motor ditengah malam buta, nah, inilah infonya.
Untuk sampai ke lokasi ladangku ditengah rimba terlebih dahulu menelusuri jalan usaha tani di Bukit Dama sepanjang 3 kilometer, dan sebelumnya melewati areal sawah dengan padi sedang menguning menjelang panen memasuki Bulan Puasa Ramadhan 1443 Hijriah Maret tahun 2022 ini.
Bulir padi menguning seakan berdansa ditiup angin, tangkai padi meliak liuk lemah gemulai yang bertengger dikelopah batangnya seperti menyapa kami yang melewati areal persawahan ini.
Tak satu pun terlihat pemilik sawah seluas 1.500 hektar, padi menguning berkilau bak emas diterpa cahaya mentari.
Sesampai di kaki Bukit Dama, bukan main terkejutnya kami yang menelusuri jalan usaha tani ini karena telah ditumbuhi semak belukar ilalang tua bercampur paku aji setinggi orang dewasa, karena jalan usaha tani selama covid 19 tak tersentuh anggaran.
Namun, kata Walinagari Aur Begalung, Musrial, ST jalan usaha tani sesuai rencana akan dianggarkan dari sumber dana Pokir 2 orang dewan Kabupaten Pesisir Selatan, katanya.
Setelah kami sampai dikaki bukit Dama cuaca yang begitu panas dengan terik mentari. Gemercik riuh air sungai kecil yang jernih dapat memberikan kesejukan dikala panas, dan dedaunan beragam jenis pohon memayungi dari kayu-kayuan.
Masya Allah,..... ini hutanku, yang dulunya tak seperti ini ditumbuhi pohon karet, tetapi kini telah berobah menjadi hutan belantara ditumbuhi semak belukar stava dan sabana.
Sehingga jalan setapak yang dulunya asyik ditempuhi, tapi kini kami berjalan meniti diatas semak belukar, jika tak hati hati melewati semak ransan dan sianik melahap badan bisa tengelam didalam tumpukan dedaunan pohon kering dan semak belukar telah mengering. Untung saja tidak ada tangan jahil melepas api. Puntung rokok saja jika silap membuangnya akan ribuan hutan bisa terbakar.
Suara bunyi-bunyian dari hewan yang berlompatan dari pohon ke pohon seakan menyambut kedatangan kami saat datang berkunjung yang dulunya sebagai ladang, tapi kini telah menjadi hutan ditumbuhi kayu kayuan nan rindang.
Lolongan hewan beruk, kera, simpai, siamang, dan tupai jonjang berteriak kencang dari pohon menjulang bikin bulu roma jadi berdiri.
Suara jengkrek hutan dan kicauan burung bersiul seperti suara biola menyeruak telinga.
Sejenak kami terengah-engah setelah melewati steva dan sabana semak belukar ini.
Tetapi ku sangat menikmati sejuknya dedaunan pohon nan rindang. Pohon karet yang dulu berdiri tegar berjejer, tapi sekarang telah berpacu dengan pohon pohon lain tinggi menjulang.
Sesampai di tengah ladangku nan hijau oleh pohon nan rindang.
Sambil ku coba signal internet dari ponselku ternyata dapat pula berbagai siaran akun youtube facebook, dan instagram serta info digital media sosial (Medsos) lainnya seperti layaknya ditengah kota atau ditengah desa.
Ku sambilan menikmati alunan lagu dari album original Rhoma Irama, judul lagu berkelana, menggapai matahari, dan kemilau di langit jingga, menambah suasana ceria kami bersama sambil membersihkan ladang dengan parang, sabit dan golok membabat semak belukar. Pohon rindang meneduhi ketika merambah stava dan sabana dipuncak bukit yang landai terlihat lautan pinggir pantai diperkampungan Kecamatan Koto XI Tarusan.
Demikian, tim telusur Obral Caniago, bersaudara melihat ladang ditengah rimba.(Obral Caniago).
0 Comments