Ticker

6/recent/ticker-posts

Festival Anak Nagari Tanah Datar

Nama: GEHAN AGUSTA
Jurusan: sastra daerah Minangkabau





Mungkin banyak permainan anak nagari di tanah datar ,salah satunya yaitu pacu Jawi, sebelumnya paju jawi ini diadakan di daerah pariangan yang di adakan oleh Datuk ketumanggungan dan datuk perpatih nan sabatang ,konon asal muasalnya diadakan pacu Jawi ini di sawah yang bernama sawah panjuang talang, dan kemudian dikembangkan di daerah tanah datar,di tanah datar sendiri hanya 4 kecamatan yang mengadakan yaitu kecamatan pariangan kecamatan Lima kaum kecamatan rambatan dan kecamatan sungai tarab,permainan anak nagari pacu Jawi ini sudah berkembang dan banyak mengalami kemajuan seperti   diakses di media sosial dan dikenal oleh mancanegara.

Pacu Jawi sendiri diadakan setiap hari Sabtu dan diadakan secara bergiliran di 4 kecamatan tersebut dalam pacu Jawi ini banyak sekali pihak yang terlibat misalnya nagari itu sendiri, KAN dan Ninik mamak yang ada di negeri tersebut, pacu Jawi ini menjadi salah satu sumber penghasilan bagi warga setempat karena dipaju jawi ini warga atau masyarakat bisa menjual berbagai makanan tradisional yang ada di daerah tersebut

Dalam pacu Jawi ini biasanya banyak turis yang berdatangan dari mancanegara untuk menyaksikan dan mengekspos pacu Jawi tersebut ke negaranya masing-masing yang membuat pacu Jawi ini dikenal oleh seluruh dunia, biasanya jawi atau sapi yang bertanding di arena pacu Jawi tersebut adalah jawi-jawi yang terlatih Dan itu menjadi suatu kebanggaan bagi pemiliknya. Tujuan dari diadakannya pacu Jawi tersebut adalah untuk merayakan masa  panen Namun Sekarang sudah menjadi salah satu program dinas pariwisata tanah datar.

Untuk pelaku pacu Jawi itu sendiri yaitu masyarakat yang dari 4 daerah tersebut, bagi masyarakat yang mempunyai Jawi pacu itu menjadi kebanggaan bagi daerahnya masing-masing, karena tidak semua orang  mempunyai atau memiliki Jawi tersebut,dan untuk memainkannya yaitu dengan cara Jawi tersebut diikat dengan menggunakan tali bajak dan dilepaskan di sawah yang berlumpur  dan di belakangnya berdiri seorang joki untuk tempat berdiri joki tersebut dinamai tali bajak sebagaimana pepatahnya”di lua sawah batali adat,di dalam sawah batali bajak” yang mana maksudnya yaitu kalau di luar sawah orang-orang tersebut atau orang yang memiliki sapi tersebut mempunyai adap yang harus dijaga nya yaitu saling menghargai saling menghormati dan lainnya sebagaimana adat dan adap yang ada di Minangkabau, kalau di dalam sawah orang tersebut ba tali bajak yang mana maksudnya yaitu alat yang digunakan untuk melepaskan jawi tersebut itu yang menjadi salah satu pelengkap dalam permainan tersebut

Walaupun namanya pacu jawi (“balapan sapi” dalam bahasa Minang), acara ini sebenarnya bukan lomba adu kecepatan sapi. Setiap peserta, yaitu sepasang sapi yang dikendalikan oleh seorang joki, masing-masing berlari secara bergiliran di sebidang sawah.Sapi yang digunakan adalah sapi jantan berumur 2 hingga 13 tahun, berlari berpasangan dengan diikat ke sebuah alat bajak dari kayu, tempat sang joki berdiri. Lintasan pacuan adalah tanah berlumpur bekas sawah yang sudah kosong setelah dipanen. panjang lintasan yang berbeda-beda, mulai dari 60 meter, 100 meter, hingga 250 meter.Lumpur di lintasan pacuan dapat mencapai kedalaman 30 cm.Sapi-sapi ini terlatih untuk mulai berlari saat diberi aba-aba yaitu saat alat bajak yang terikat sudah menyentuh tanah dan diinjak seseorang.Sang joki dapat berdiri dan mengendalikan sapi-sapi ini dengan cara memegang ekor kedua sapi, tanpa menggunakan pecut.Tali yang mengikat kedua sapi ini dibuat longgar, sehingga sapi-sapi tersebut sering berlari dengan arah atau kecepatan yang berbeda. Sang joki dituntut untuk mengendalikan sepasang sapi agar tidak berpisah dan bisa berlari lurus sampai ke finis, sambil berusaha agar ia sendiri tidak terjatuh.Para penonton, yang sering termasuk turis mancanegara, menyaksikan acara ini dari tanah kering di pinggir sawah Bagian dari atraksi acara ini adalah perilaku sapi-sapi yang sulit diatur, sehingga joki sering jatuh atau harus melakukan manuver untuk mempertahankan diri dan mengarahkan sapi-sapi. Kadang sang joki menggigit ekor salah satu sapinya agar berlari lebih cepat (terutama ketika sapi tersebut lebih lambat dibandingkan pasangannya). Lumpur dapat terciprat ke mana-mana, termasuk ke arah penonton.Kadang, sapi malah berbelok arah dan malah berlari ke arah penonton. Tidak jarang terjadi cedera, terutama pada para joki. Tidak ada pemenang yang dinyatakan secara resmi, tetapi penonton umumnya menilai sapi-sapi ini berdasarkan kecepatan, kekuatan, dan kemampuan berlari lurus.Menurut tradisi, kemampuan berlari lurus ini penting untuk mengajarkan filosofi bahwa yang paling dapat dihargai, bukan hanya untuk sapi tetapi untuk manusia, adalah yang dapat mengikuti jalan yang lurus (Minang: luruih).Memiliki sapi yang dianggap tangkas dalam pacu jawi adalah sumber kebanggaan bagi warga setempat. Selain itu, sapi-sapi yang dinilai baik oleh penonton dapat meningkatkan nilai jualnya hingga dua atau tiga kali lipat harga biasa.Keuntungan finansial ini adalah salah satu motivasi penting untuk para peserta.Sebuah acara paju jawi dapat diikuti ratusan sapi, termasuk sapi dari nagari tuan rumah maupun dari nagari-nagari lainnya.Dinas Pariwisata Tanah Datar kini menyediakan dana dan truk untuk mengangkut sapi. Sebelum keterlibatan pemerintah, peserta dan sapi-sapinya dapat berjalan kaki hingga 50 kilometer . Saat acara berlangsung, sapi-sapi yang tidak sedang berpacu ditambatkan di sebidang tanah, biasanya dekat garis finis.Keberadaan sapi-sapi ini konon membantu sapi yang sedang berpacu untuk lebih cepat, karena ingin berkumpul dengan teman-temannya


Acara pacu jawi diiringi dengan sebuah pesta desa (alek nagari) yang disebut alak pacu jawi ("pesta pacu jawi"). Pesta ini sering melibatkan sapi yang didandani suntiang (perhiasan kepala khas Minangkabau),permainan musik seperti gendang tasa dan talempong pacik, tari piring,pasar dadakan, permainan tradisional,panjat pinang dan lomba layang-layang. Sebelum keterlibatan pemerintah, warga setempat melakukan urunan untuk menanggung seluruh biaya acara, tetapi sekarang sebagian biaya ditanggung Dinas Pariwisata Tanah Datar.




Biodata




Nama : GEHAN AGUSTA

Fakultas : Ilmu Budaya UNAND



Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS