Ticker

6/recent/ticker-posts

BUAYA PUTIH DI LAUT AIA BANGIH



Oleh: Vaneska yufita sari

Mahasiswa Sastra Minangkabau Unand

Laut terbentang luas dengan keindahan yang luar biasa ciptaan tuhan yang maha esa. Air laut yang begitu jernih bersih serta terbentang luas dengan berbagai macam makhluk hidup di dalamnya serta banyaknya makhluk hidup lainnya yang berkembang biak bahkan bergantung hidup di sana. Sungguh sempurna ciptaannya tiada banding keindahan dan seisinya. Ya begitulah sekilas gambaran laut ciptaan tuhan yang membuat manusia tidak henti memandang keindahan laut.

Aia bangih salah satu daerah atau nagari yang berada di kabupaten/kota pasaman barat provinsi sumatera barat tentunya. Aia bangih daerah yang dikenal dengan wisata pantainya, daerah tepi pantai atau tepi laut, yang mana masyarakat setempat kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan kenpa ? karena tinggal dekat dengan laut. Daerah yang cuacanya panas karena dekat dengan matahari dan berada di tepi pantai.

Disinilah mula cerita buaya putih yang ada di laut aia bangih atau di pantai, di muara aia bangih. Dahulu jauh sebelum saya lahir tentunya, cerita ini sudah ada sejak zaman dahulu yaitu nenek moyang yang mana cerita ini disampaikan dan diceritakan dari generasi ke generasi sampai pada sekarang ini. Dahulu ada sepasang kekasih suami istri yang hidupnya sederhana dimana sepasang kekasih ini tentunya penduduk asli masyarakat aia bangih. Kedua pasang kekasih suami istri ini hidup dengan rumah yang cukup sederhana untuk ditinggali, dan memiliki dua orang anak, suami bkerja sebagai nelayan yang menggunakan biduk kecil dimana biduk ini dibantu dengan pendayung untuk berjalan di atas air atau dikenal juga dengan perahu.

Pada suatu hari terdengarlah pada suami bahwa sang istri sedang mengandung, betapa senangnya hati bapak karena akan dikarunia anak lagi. Setelah lama penantian kurang lebih selama sembilan bulan lamanya, sang istri hendak melahirkan pada malam hari, dibawa lah sang istri ke bidan desa pada waktu itu. Setelah istri melahirkan maka sang bapak dan bidan desa pun terkejut bahwa anak yang dilahirkan ada dua atau kembar tapi yang anehnya anak yang dilhirkan bukanlah manusia keduanya melainkan satu manusia satunya lagi buaya yang berwarna putih. Sang bapak dan bidan desa pun kaget sekaligus takut dan bertanya-tanya kenapa bisa begini, dan ketika sang ibu yang melahirkan anak-anaknya pun kaget melihat yang dilahirkannya adalah anak manusia dan seekor bayi buaya putih. Tak lama pada malam itu juga sang bapak bilang ke bidan desa bahwa bidan desa harus tutup mulut akan hal yang terjadi pada malam itu, dan dia akan membuang bayi buaya putih ini ke muara laut aia bangih. Seketika sang istri yang melahirkan pun membantah bagaimana pun juga dia adalah anakku jawab istri, dan terjadilah perdebatan singkat antara suami istri pada malam itu.

Tetapi sang bapak tidak menghiraukan perkataan sang istri, kemudian bapak membawa bayi buaya putih itu dan melepaskannya di muara laut aia bangih diikuti oleh anaknya. Ketika hendak melepaskan bayi buaya putih ini sang bapak meneteskan air mata karena beliau juga merasa bahwa itu adalah anaknya, dan seketika bayi buaya putih ini juga mengeluarkan air mata. Dan dilepaskanlah bayi buaya putih ini ke muara laut aia bangih oleh sang bapak.

Setelah beberapa tahun kemudian sekitar tujuh belas tahun kemudian, anak yang dilahirkan oleh ibu ini pun sudah beranjak dewasa, begitu juga dengan buaya putih yang dilepaskan oleh bapak ke muara laut pada malam itu sudah menjadi sekor buaya putih yang besar. Pada waktu itu sang bapak hendak melaut dan sat berada di atas perahu datanglah sekor buaya putih yang ukuranya lumayan besar di depan perahu bapak, sontak bapak pun kaget dan bercampur dengan rasa takut. Tapi buaya putih ini tidak menggangu bapak hanya saja buaya putih ini seperti menghalangi perahu bapak supaya tidak pergi melaut, karena rasa terkejut dan takut akhirnya bapak membalikan arah perhaunya dan pulang tidak jadi pergi melaut. Sampainya di rumah datanglah badai dan angin kencang, dan sang istri pun berkata untung saja bapak tidak jadi pergi melaut karena hari ini hujan badai angin sangat kencang.

Sontak terpikir dan bapak ingat akan bayi buaya putih yang di buangnya di  muara laut aia bangih pada tujuh belas tahun lalu. Kemudian dia ceritakan kepada sang istri dan mereka pun menangis menyesal akan perbuatannya yang telah membuang bayi buaya putih itu. Setelah badai berhenti bapak datang ke muara laut aia bangih dan memanggil dengan panggilan “nak,nak,nak”, lalu muncullah buaya putih yang menghalangi perahu bapak tadi pagi, kemudian di hampirilah oleh sekor buaya putih bapak di tepi muara dan bapak tanpa rasa takut mengelus-elus kepala buaya putih dan bapak mengeluarkan air mata begitu juga dengan buaya putih juga mengeluarkan air mata.

Begitulah cerita buaya putih yang ada di muara aia bangih. Sampai pada sat sekarang ini buaya putih itu juga masih ada lebih tepatnya anak-anak dari buaya putih yang sudah berkembang biak selama ini, ya memang benar buaya ini warnya agak keputihan berbeda dengan warna buaya pada umunya. Dan sampai sekarang sudah biasa bagi masyarakat aia bangih melihat buaya putih yang berkeliaran di laut muara aia bangih apalagi pada sat siang hari buaya putih ini naik kedaratan di tepi pantai untuk berjemur, dan juga sering terlihat oleh bara nelayan yang hendak melaut. Buaya putih ini tidak menggangu bahkan buaya putih membantu para nelayan dalam melihat cuaca yang bagus untuk melaut dengan memberi isarat dengan cara menghalangi kapal yang akan berangkat, jika buaya putih menghalangi maka akan terjadi atau cuaca sedang tidak baik untuk melaut. Dan masyarakat pun sampai sekarang tidak merasa takut akan keberadaan buaya putih, dan begitu juga dengan buaya putih juga menganggap masyarakat aia bangih sebagai keluarga dan tidak mengganguny, malah membantunya.

Berikut salah satu gambar penampakan buaya putih di muara Aia Bangih.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS