Ticker

6/recent/ticker-posts

Silek Minangkabau

 


Pencak silek atau yang lebih dikenal dalam budaya Minangkabau sebagai silek sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Hampir di semua nagari terdapat sasaran atau tempat berlatih silek (perguruan silek). Berbagai aliran silek tumbuh subur dan berkembang di ranah Minang. Tidak mengherankan, di setiap sasaran dapat kita lihat anak-anak sampai dewasa, laki-laki perempuan berlatih silek. Bisa dikatakan, silek menjadi bagian dari aktivitas masyarakat Minang di Sumatera Barat.


Silek mengandung nilai-nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Minang. Hal itu terkait erat dengan tradisi merantau yang sangat kental dalam masyarakat Minang. Silek menjadi bekal merantau, selain kepandaian mengaji dan memasak.


Dalam masyarakat Minangkabau keberadaan silek adalah identitas khas dari budaya dan adatnya. Seorang yang memiliki kemampuan silek Minang diharapkan menjadi “parik pagar nagari”, seseorang yang mampu menjadi keamanan dan pelindung dari Nagari. Selain dari silek fisik, dikenal juga bentuk silek lain yang lebih mengutamakan perkataan dan kalimat, mengedepankan diplomasi dalam bentuk petatah petitih, disebut juga sebagai silek lidah.


Silek Minang memiliki prinsip mencari kawan, seperti pada pepatah berikut “Silek lahia mencari kawan, Silek Batin mencari Tuhan”. Dalam pengertian tersebut Silek Minang tidak melulu soal gerak serang bela, atau melukai orang lain, tapi dalam pengertian utamanya Silek Minang berbicara soal hubungan saling menghormati antara manusia dan sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan. Pada sebuah sasaran, umumnya diajarkan tidak hanya satu bentuk aliran melainkan beragam, dari beragam aliran tersebut di tingkat sasaran disusun rangkaian gerak, yang menjadi ciri khas dari hasil dari proses kreatif pendiri sasaran.


Silek dikenal sebagai warisan budaya masyarakat yang sarat dengan makna dan nilai filosofi dan menjadi jati diri masyarakat Minang. Silek identik dengan kebudayaan Minangkabau dan menjadi warisan turun temurun. Di sasaran, para tua-tua adat yang biasanya mempunyai kemahiran silek tingkat tinggi akan meneruskan ilmunya kepada murid-muridnya. Tuo Silek atau pandeka merupakan orang-orang yang mewariskan kepandaian silek-nya kepada para anak sasian atau murid. Mereka giat berlatih karena seringnya diadakan pertandingan dan juga festival silek secara berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, bahkan sampai festival internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Semua itu tidak terlepas dari pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang sangat intensif memajukan keberadaan silek Minang.


 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS