Padang, Humas— Sebagai alumni Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Helmi dikenal sebagai pribadi yang taat agama. Pembawaannya juga sangat sederhana dan terlihat berwibawa. Usai melakukan temu ramah di Kanwil Kemenag Sumbar ia langsung menuju kampung kelahirannya di Koto Nagari Bunguih Kecataman Bungus Teluk Kabung, Kamis (14/10/2021).
Meski kedua orang tuanya telah berpulang, Helmi tetap melakukan ziarah ke makam ayah dan ibu yang telah melahirkan dan mendidiknya bersama 7 (tujuh) saudaranya yang lain. Helmi merupakan anak ke 5 dari 8 (delapan) bersaudara.
Helmi banyak menerima ilmu agama dari ayah dan kakeknya yang merupakan tokoh dan pengembang pendidikan di nagari bunguih. Pendidikan mengaji di Surau Labuah Bunguih dijalaninya di bawah asuhan Buya Kariman Tuanku Labuah Bunguih yang merupakan kakeknya dan Buya Sawi Tuanku Malin Putih yang merupakan ayah kandungnya.
Buya Kariman Tuanku Labuah Bunguih lahir pada tahun 1901 sama dengan tahun kelahiran Soekarni dan wafat pada tahun 1979. Sementara Buya Sawi Tuanku Malin Putih lahir 03 Juni 1932 dan wafat 03 Mei 2003. Keduanya merupakan tokoh pendidikan di Bunguih dan sekitarnya yang sudah banyak mencetak tokoh-tokoh hebat.
Usai dilantik Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Rabu kemarin, 13 Oktober 2021 di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta, setiba di Padang Doktor Helmi langsung berziarah ke makam ayah dan kakeknya yang terletak di samping Mesjid Raya Nagar Bunguih.
Dalam ziarah ini Kakanwil didampingi istri, Ny. Nazifah helmi, Kakan Kemenag Kota Padang, H. Edi Oktafiandi bersama Kasubbag TU, Zulfahmi dan jajarannya, Kasubbag Umum dan Humas, Eri Gusnedi dan Kasubbag Ortala dan KUB, Fauqa Nuri Ihsan.
Helmi mengisahkan Buya Sawi Tuanku Malin Putih sebelum meninggal sempat terjatuh saat menyapu surau. Sempat dirawat di Padang Pariaman dan Kota Padang. Selama mengikuti proses open beading Helmi juga tak henti-henti minta restu kepada kedua orang yang telah berjasa dalam hidupnya ini. Ia sering melakukan ziarah disela-sela proses yang ia jalani.
Dalam sambutan dihadapan tokoh dan masyarakat bunguih di H. Helmi menyampaikan bahwa Ziarah ini untuk mengingat jasa dan ilmu yang telah almarhum berikan kepada kita semua.
“Ziarah ini bukan bermaksud apa-apa, bukan mengkultuskan orang tetapi kita ingat ilmu yang ditinggalkannya. Mudah-mudahan berkah juga untuk kita dan masyarakat Bungus pada umumnya,” ungkap Kakanwil.
Ia juga mengingatkan kepada seluruh yang hadir untuk tetap menghormati dan memuliakan orang tua. “Secara Zahir kita punya org tua, ketika beliau meninggal maka kita harus ingat dan mendoakannya. Sesibuk apapun kita harus mengutamakan orang tua, jika mereka sudah tiada maka ziarahi kuburnya,” pesan Kakanwil mengingatkan jajarannya.
Saya pernah mendengar nasihat Habibie kata Helmi, jika orang tua yang sakit dimanapun dan apapun acara akan ditinggalkannya.” Begitu harusnya kita menghormati kedua orang tua kita yang telah berjuang mendidik dan membesarkan kita hingga berhasil sampai saat ini,” pesan Kakanwil mengingatkan.
Pada kesempatan itu Kakanwil juga menyerahkan bantuan untuk Mesjid Raya Nagari Bunguih disaksikan Kakan Kemenag Kota Padang, tokoh dan masyarakat bunguih.
Selanjutnya Kakanwil juga menziarahi makam ibunya Nurdia yang lahir pada 30 Juni 1943 dan wafat pada 3 Oktober 2010 yang juga terletak di Bungus Teluk Kabung. RinaRisna
0 Comments