Ticker

6/recent/ticker-posts

EKSISTENSI SILEK TRADISI DI ERA GLOBALISASI


Oleh: Karyn Eka Putri 

(Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas)




Berbicara tentang silek di zaman sekarang tentunya fikiran kita akan langsung terarah kepada silek laga yang sering dipertandingkan dalam kejuaraan olahraga. Padahal jauh sebelum itu silek merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi suatu etnis, yaitu Minangkabau. Silek Minangkabau berbeda dengan Silat yang sering kita temui saat ini.


Silek Minangkabau bukan seni atau permainan tetapi suatu pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekayaan lahir dan batin dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam lingkungan. Oleh sebab itu, silek meliputi silik dan suluk. Silek adalah ilmu yang mempelajari atau mengenal diri secara lahiriah, silik  adalah Ilmu yang mempelajari atau mengenal diri secara batiniah, dan suluk adalah Ilmu yang mempelajari atau mengenal diri lahir dan batin. 


Warisan budaya Minangkabau terfokus pada silek itu sebenarnya sarat akan filosofi hidup. Pada setiap geraknya terdapat pesan dan ajaran budi pekerti, moral dan perilaku, di antaranya ada yang menuntut ketangkasan, kekuatan fisik, kecerdasan dan kecerdikan, kecepatan dan ketepatan, kreatifitas dan imajinatif, keberanian, kepemimpinan dan rasa tanggung jawab, baik itu kepada diri sendiri maupun kepada lingkungan sekitarnya. 

Dilihat dari minat generasi pada zaman sekarang untuk mempelajari silat kurang dari 10% anak berusia dibawah 20 tahun yang berminat. Pada salah satu sasaran silek di Kota Padang yaitu, Sasaran Jambak Sejati sekarang ini memiliki lebih kurang 15 orang anggota aktif yang mengikuti latihan. Anggota aktif yang ada rata-rata memiliki umur 20 tahun ke atas. Minat anak yang berusia di bawah 20 tahun tergantung dengan situasi sosial lingkungan nya. Minat yang hadir tidak murni dari dalam dirinya, sehingga hal itu menyebabkan tidak ada yang benar-benar bertahan untuk mengikuti latihan di sasaran. 

Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat, silek diterima sangat baik di tengah masyarakat. Contohnya di daerah Koto Tangah, Kota Padang sasaran silek masih berkembang dengan baik, meskipun sedikit tertinggal oleh perkembangan zaman. Pada era globalisasi ini sebagian dari sasaran silat tradisi sudah berubah mengikuti perkembangan zaman. Silek tradisi telah dijadikan silek laga yang dipertandingkan untuk mencari prestasi di kejuaraan tertentu. Sedangkan hal ini bertolak belakang dengan fungsi silek sesuai tataran budaya Minangkabau. 


Silek di Minangkabau berfungsi sebagai bekal bagi masing-masing diri untuk menjalani kehidupan. Terutama bagi anak laki-laki di Minangkabau, anak laki-laki diwajibkan merantau untuk mendapatkan ilmu dan pembelajaran yang akan membangun dirinya menjadi lebih baik. Silek inilah sebagai salah satu bekal yang harus dibawanya untuk bertahan hidup di daerah rantau. Selain itu silek juga berfungsi untuk melindungi keluarga dan menjaga harta pusaka. 


Berbeda di era sekarang, silek telah dijadikan ajang prestasi untuk profesi yang bisa memenuhi kebutuhan ekonomi seseorang. Pada Sasaran Jambak Sejati di era sekarang masih melestarikan silek tradisi yang dijalankan sesuai dengan kebudayaan Minangkabau. Namun untuk eksistensi mengikuti perkembangan zaman belum bisa muncul kepermukaan. Fungsi dan tujuan silek tidak lagi dapat digunakan dengan semestinya karena sudah begitu banyak hukum yang mengatur jalannya kehidupan. Oleh sebab itu, silek di era ini hanya sebagai wadah silaturahmi dsn pelestarian budaya bagi sekelompok orang yang masih ingin mempertahankan budaya Minangkabau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS