Ticker

6/recent/ticker-posts

SEPERTI APAKAH ORANG-ORANG YANG GEMAR MEMPERJUALBELIKAN AGAMA ALLAH DENGAN HARGA MURAH ?



Prof.Dr.H.Asasriwarni Guru Besar UIN IB/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar



*_A. DALIL RUJUKAN :_*


Di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits, Allah SWT dan Rasulullah SAW  beberapa kali memperingatkan kepada  kita kaum Muslimin tentang larangan memperjualbelikan ayat dengan harga yang murah.  yakni : *_… TASYTARU BIAYATI TSAMANAN QALILA_*  *_(menjual atau menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah)_*. Allah SWT sangat lah murka terhadap perilaku orang-orang yang seperti itu dan Allah SWT  mengancamnya dengan siksaan yang sangat keras di akhirat kelak. Mengapa diancam dengan  siksaan yang amat keras ?  Karena perilaku itu,  sama dengan merendahkan Allah SWT.  Hal tersebut dapat dilihat dalam firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW berikut ini :


*_1. Firman Allah SWT Dalam Ayat-Ayat Sbb :_*


*a. Al Baqarah Ayat 41 :*


وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ


*Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan _HARGA YANG RENDAH_ , dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa* (QS. Al-Baqarah Ayat : 41)


*b. Al Maidah Ayat 44 :*


فَلاَ تَخْشَوُاْ النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً


*Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan _HARGA YANG SEDIKIT_* (QS. Al-Maidah Ayat : 44)


 *c.  At-Taubah Ayat 9 :*


اِشۡتَرَوۡا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيۡلًا فَصَدُّوۡا عَنۡ سَبِيۡلِهٖ‌ ؕ اِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ


*Mereka memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan _HARGA MURAH_, lalu mereka menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang mereka kerjakan* (QS. At Taubah Ayat : 9)


*_2. Sabda Rasulullah SAW Dalam Hadits-Hadits Sbb :_*


*a. Dari Abu Hurairah Mengatan, Bahwa  Rasulullah SAW  Bersabda Sbb :*


مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


*Barangsiapa yang _MEMPELAJARI SUATU  ILMU_  (belajar agama)  _SEHARUSNYA YANG DIHARAP ADALAH WAJAH ALLAH_, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat*  (HR. Abu Daud No. 3664, Ibnu Majah No. 252 dan Ahmad No. 2 : 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)


*b. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu Mengatakan, Bahwa  Rasulullah SAW Bersabda Sbb :*


إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ.ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ


*Orang yang pertama kali diputuskan pada hari kiamat adalah _SEORANG LAKI-LAKI YANG MATI SYAHID_  di jalan Allah. Lalu dia didatangkan, kemudian Allah memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya, maka dia pun mengenalinya. Allah berkata :  Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu ? Orang tersebut menjawab : Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid. Allah berkata : Engkau dusta, akan tetapi _ENGKAU MELAKUKAN ITU SUPAYA DISEBUT SEBAGAI SEORANG PEMBERANI_  dan ucapan itu telah dilontarkan. Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), sampai _DIA PUN DILEMPARKAN KE NERAKA_*


وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ


*Kemudian ada orang yang _BELAJAR AGAMA DAN MENGAJARKANNYA_, serta membaca Al Qur’an. Lalu orang itu didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata :  Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu ? Orang itu pun menjawab : Aku telah belajar agama, mengajarkannya dan aku telah membaca Al Qur’an. Allah berkata : Engkau dusta, akan tetapi _ENGKAU BELAJAR AGAMA SUPAYA DISEBUT ORANG ALIM_ dan engkau membaca Al Quran supaya disebut qari’ dan ucapan itu telah dilontarkan. Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah) sampai _DIA PUN DILEMPARKAN KE NERAKA_*


وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ


*Kemudian ada _SEORANG LAKI-LAKI YANG DIBERIKAN KELAPANGAN OLEH ALLAH DAN MENGANUGRAHINYA SEGALA MACAM HARTA_. Lalu dia pun didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya itu dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata : Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu ? Orang itu menjawab : Aku tidak meninggalkan satu jalan pun sebagai peluang untuk berinfak melainkan aku berinfak di situ semata-mata karena-Mu. Allah berkata : Engkau dusta, akan tetapi _ENGKAU MELAKUKAN SEPERTI ITU SUPAYA DISEBUT DERMAWAN_ dan ucapan itu telah dilontarkan. Maka orang itu diperintahkan untuk dibawa, lalu dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), kemudian _DIA PUN DILEMPARKAN KE NERAKA_*  (HR. Muslim No. 1905)


*_B. PENDAPAT AHLI TAFSIR :_*


*_1. Dalam Tafsir Ibnu Katsir Dijelaskan, Bahwa :_*


معناه لا تعتاضوا عن البيان والإيضاح ونشر العلم النافع في الناس بالكتمان واللبس لتستمروا على رياستكم في الدنيا القليلة الحقيرة الزائلة عن قريب


*Maknanya, janganlah kalian mengambil dunia, dengan sengaja menyembunyikan penjelasan, informasi, dan tidak menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat, serta membuat samar kebenaran. Agar kalian bisa mempertahankan posisi kepemimpinan kalian di dunia yang murah, rendah, dan sebentar lagi akan binasa* (Tafsir Ibnu Katsir, 1/244).


*_2. Dalam Tafsir Harun Bin Zaid Menceritakan, Bahwa :_*


سئل الحسن ، يعني البصري ، عن قوله تعالى : ( ثمنا قليلا ) قال : الثمن القليل الدنيا بحذافيرها


*Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang firman Allah, [ثَمَناً قَلِيلاً] dijual dengan “harga yang rendah".   Kata beliau, Harga yang rendah adalah dunia seisinya* (Tafsir Ibnu Katsir, 1/243).


Cakupan tafsir ayat tersenut tidak berbeda dengan latar belakang Allah menurunkan ayat-ayat di atas. Siapa saja yang sengaja menyembunyikan kebenaran, dengan harapan agar bisa mendapatkan dunia atau mempertahankan penghasilan, itu termasuk  bentuk menjual ayat Allah dengan harga yang murah.


*_C. KESIMPULAN :_*


Menjual ayat Allah dengan harga murah, minimal memiliki indikasi sbb :


*_1. Menyediakan Ayat Untuk Tujuan Salah :_*


Menyediakan disini ada dua pengertian :


*a. Pertama :*


*_Menyediakan atau memberitahu ayat untuk kepentingan orang tanpa mengetahui untuk apa penggunaannya_*. Padahal, mungkin seseorang ingin mengetahui sebuah ayat untuk tujuan yang salah.


*b. Kedua :*


Menyediakan ayat-ayat Ak-Qur’an dalam berbagai kesempatan untuk kepentingan materi dan uang (mendapat imbalan),  Misalnya : *_mengajar membaca Al-Qur’an atau ceramah agama dengan harapan mendapatkan imbalan  atau honor_*,  kalau tidak sesuai ia tidak mau. Jadi, niatnya mencari uang, bukan berdakwah lillahi ta’ala. Inilah makna  menjual ayat dengan harga yang murah atau  sedikit.


*_2. Menjelaskan Ayat Secara Samar-Samar :_*


Ciri kedua perilaku menjual ayat dengan harga murah adalah *_mengutip atau menyebutkan sebuah ayat Al-Qur’an secara samar-samar demi menyenangkan orang atau agar orang tidak tersinggung_*. Arti yang sebenarnya disembunyikan, agar orang tidak tersinggung, agar enak kedengarannya, agar kita simpatik. *“Tasytaru”*  (menjual/menukarkan) adalah perilaku memilih-milih ayat Al-Qur’an dalam berdakwah atau dalam berkomunikasi agar tidak menyinggung orang dipilihlah ayat-ayat yang lunak, yang menghibur dan menyenangkan, sementara ayat-ayat yang terdengar keras, pahit dan isinya ancaman Allah tidak diungkapkan. Dengan begitu, ia tetap laku dan disukai orang lain sebagai mubaligh. *“Tasytaru”*  juga bermakna melegitimasi tindakan, pikiran, situasi dan persoalan seseorang dengan ayat Al-Qur’an tanpa melihat benar salahnya. Agar menarik simpatik pembicaraannya, dicarilah-carikah ayat Al-Qur’an sebagai pendukungnya. Ini adalah bentuk perilaku menjual ayat dengan harga yang murah.  Ayat Al-Qur’an yang agung dan luhur kita suguhkan tapi dipilih-pilih yang menyenangkannya saja. Akhirnya, benar-benar harga murah atau kerendahan derajatlah yang kita dapatkan yaitu kesenangan orang, pujian orang kepada kita dan sebutan orang bahwa dia adalah ustadz yang bijak dan sebagainya. Padahal kebenaran dalam Al-Qur’an harus ditunjukkan dan diikuti tanpa pilih-pilih, kecuali pertimbangan ketepatan bukan selera dan kepentingan duniawi. Inilah makna kedua yang dimaksudkan Al-Qur’an : Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit,  lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.


*_3. Menyampaikan Kebenaran Tidak Tegas :_*


Makna ketiga “menjual ayat dengan harga murah” adalah menyatakan kebenaran dengan tidak tegas agar tidak terdengar galak. Menyampaikan kebenaran dengan diplomatis dan bijaksana itu perlu dalam konteks tertentu tapi tidak dengan menghindari ketegasan, kebenaran dan menyembunyikan ancaman Allah. Kebenaran harus disampaikan apa adanya, tidak ada yang disembunyikan. Menyampaikan kebenaran tidak boleh takut resiko, kalau takut resiko ya jangan berdakwah, itu artinya belum siap. Dakwah menyeru kepada kebenaran adalah perilaku luhur dan mulia, tapi tentu ada resikonya. Nabi saja banyak yang membencinya apalagi manusia biasa. Seorang penyeru kebenaran (da’i) harus lebih takut kepada Allah ketimbang takut pada manusia. Dalam menyampaikan kebenaran, yang dituju semata-mata ridha Allah bukan simpati manusia. Rasulullah SAW mengingatkan: *Qulil haqqa walau kana murran* (sampaikanlah kebenaran walaupun terasa pahit). *_Orang yang memilih ayat yang lunak-lunak, yang lembut, agar mendapat simpati, agar ceramahnya dipakai lagi, agar tetap laku sebagai ustadz_*, adalah perilaku “menjual ayat dengan murah” yang disebutkan dalam Al-Qur’an.


*_4. Tidak Mau Mengingatkan Dan Menyampaikan Kebenaran :_* 


Ini adalah indikasi keempat dari orang yang menjual ayat dengan harga murah. Ia tidak mau, jarang bahkan tidak pernah mengingatkan orang, menolak menyampaikan kebenaran yang ia tahu karena tidak biasa, merasa kagok, segan, takut tidak diberi jabatan dll. Tahu kebenaran tapi tidak menyampaikan. Ini pun termasuk menjual ayat dengan harga yang sedikit atau murah. Misalnya, tahu bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dan tahu juga ayatnya tetapi temannya yang tidak shalat tidak pernah ditegur dan diingatkan padahal kemana-mana sering bersama. *_Perasaan takut menyinggung dan tidak enak (yang tidak proporsional) lebih diikuti daripada menyampaikan kebenaran_*. Ini termasuk indikasi menjual ayat dengan harga murah. Menukarkan yang mahal (memberikan nasehat kebenaran) dengan yang murah (pertemanan yang tidak saling mengingatkan). Contoh lain, seseorang tahu ayat Qur’an *wala taqrabu zina…* (dan janganlah kamu mendekati zina), tapi temannya yang bergaul bebas di depan matanya, bahkan sering berzina dengan perempuan, berganti-ganti untuk mencari kepuasan, tidak diingatkan karena tidak berani atau karena tidak biasa mengingatkan. Dibiarkan saja dan dimaklumi. Begitu pun dengan mabuk, mencuri dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya. Ini adalah pertemanan yang buruk dan termasuk kategori menjual ayat dengan harga murah, yang diancam dengan azab yang pedih. Atau kita mendukung seorang pemimpin tanpa pernah menegurnya ketika ia berbuat salah, bahkan tetap mendukungnya, agar ia tetap memakai kita. Itu semua adalah perilaku “menjual/menukarkan ayat dengan harga murah.” Seharusnya, bila tak mampu mengingatkan *(adh’aful iman)*,  hindari jangan didekati, jangan bergaul dengan orang yang berakhlak buruk seperti itu karena pertemanan itu akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah kelak. (Kitab Paradigma Hikmah Lima)


*_5. Tidak Mau Belajar Ilmu Agama :_*


Maksudnya adalah seseorang tidak punya sama sekali alat (pengetahuan agama) untuk meluruskan orang lain berbuat salah dan keliru. Ia biarkan semua, ia maklumi, karena ia sendiri memang tidak punya pengetahuan agama untuk menegurnya. Apalagi bila sama-sama sebagai pelaku keburukan dan dosa. Ia tidak tahu mana yang salah dan mana yang benar menurut agama. Orang seperti ini *_mengaku Muslim tapi tidak pernah mau belajar agama dan bila sengaja tidak mau belajar agama_*  termasuk kepada “menjual ayat dengan harga murah” karena ia lebih memilih yang murah yaitu kebodohannya, ketidaktahuan dalam agama dan ketidakmampuan saling menegur dan memberikan nasehat dalam pergaulannya.


Semoga hidup kita semakin bermanfaat dan berkah, aamiin YRA

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS