Ticker

6/recent/ticker-posts

Keberadaan Rhian D'Kincai Dalam Blantika Musik Minang


Keberadaan Rhian D’Kincai Dalam Blantika Musik Minang

Awal dekade 80-an bisa disebut sebagai bermulanya kebangkitan dan kejayaan lagu Pop Minang setelah sempat meredup untuk waktu yang cukup lama. Hal ditandai dengan  mulainya muncul festival atau lomba cipta lagu Pop Minang yang diprakarsai oleh wartawan musik Masheri Mansur dan kawan-kawan yang melibatkan penyanyi nasional sebagai penyanyi dari 10 lagu terbaik Festival Lagu Minang Populer pertama. Diantaranya Charles Hutagalung, Edy Silitongan, Harvey Malaiholo dan beberapa artis Minang yang berdomisili di Jakarta.

Rangkaian Festival Lagu Minang Populer itu juga melahirkan pencipta muda lagu Minang. Diantaranya Edwar Syarma, Budiman Syahida, Agus Taher dan Imran Bur yang kelak menjadi pencipta lagu Minang dengan warna dan mendapat tempat tersendiri bagi pencinta dan penikmat lagu Pop Minang di ranah maupun di perantauan.

Festival Lagu Minang Populer yang diprakarsai Masheri Mansur itu dilanjuti oleh Sanggar Seni Barabah yang dikomandoi B. Anduska dengan menggelar Lomba Cipta Lagu Minang se Indonesia pada tahun 1984 dan 1986. Kiprah Sanggar Seni Barabah  juga diikuti oleh Partiko yang dipimpin oleh Markis Nur yang juga melahirkan sejumlah pencipta lagu Minang. Diantaranya Ardoni Yonas , Sexri Budiman, Amir Sampuraga, Rhian D’Kincai dan sejumlah nama lainnya yang kemudian hari menjadi  pencipta lagu kenamaan denga warna tersendiri.

Salah seorang pencipta lagu produk Lomba Cipta Lagu Minang yang bisa dikatakan seniman bernilai tambah itu adalah Rhian D’Kincai. Sejatinya pria kelahiran Sungai Penuh dengan nama Syafnir Mali ini adalah wartawan dan sastrawan, tepatnya penyair yang nyasar menjadi pencipta lalu tanpa belajar musik secara akademis. 

Saya hanya mencoba memberi nada pada puisi agar enak dibaca dan didengar orang, tahu-tahu saya telah menjadi pencipta lagu saja, kata Rhian D’Kincai setiap orang bertanya tentang keberadaannya sebagai pencipta lagu.

Beberapa lagu ciptaannya yang sangat populer dan telah dinyanyikan oleh sejumlah penyanyi kenamaan diantaranya lagu Bungo Lambah Gumanti yang melambungkan namanya dan menjadikan Gamawan Fauzi sebagai “bupati plus”, karena lewat lagu inilah diperoleh dana awal Yayasan Peningkatan , Pengembangan  Pendidikan Solok Nan Indah atau YP3SNI melalui penjualan kaset album bertajuk Bungo Lambah Gumanti yang terbilang booming pada medio dekade 90-an.

Kemudian lagu Ranah Pasisia yang dipopulerkan Zalmon dan membuat dia didaulat menjadi warga kehormatan Pesisir Selatan yang saat itu dipimpin oleh bupati Masdar Saisa. Pasca dinyanyikan oleh Zalmon, tak kurang dari 10 orang penyanyi ikut menyanyikan lagu tersebut sehingga lagu itu sangat populer dan disukai oleh pencinta musik Minang. Bahkan tidak berlebihan kalau kelak lagu ini akan menjadi lagu “ever green” atau lagu abadi karena selalu saja ada penyanyi yang ingin merekam ulang lagu Ranah Pasisia ini.

Yang tak kalah populernya adalah lagu Pasan Alang Babega yang dinyanyikan An Roys produksi Pitunang Record milik Agus Taher dan sejumlah penyanyi lainnya dalam berbagai versi, serta dijadikan lagu wajib dan pilihan pada berbagai festival penyanyi Minang di Sumbar dan di beberapa kota di pulau Jawa.

Dalam kiprahnya sebagi pencipta lagu Minang, Rhian D’Kincai menyebut tiga nama yang memberi kontribusi tak ternilai. Yaitu Ferry Zein komponis dan arranger yang memberi warna tersendiri dalam perkembangam music Minang modern, B. Andoeska dan Agus Taher yang menjadi teman diskusi serta berbagi ilmu dan pengalaman dalam penciptaan lagu.

Meski kini terbilang kurang aktif,  pencipta lagu yang telah melahirkan tidak kurang dari 150 lagu ini tak pernah berhenti  menulis lagu. Hanya saja dia tak pernah menjajakan karyanya untuk dinyanyikan atau direkam, kecuali diminta oleh  para penyanyi dan produser

#Obral chaniago/02

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS