Ticker

6/recent/ticker-posts

SALUANG DENDANG



Oleh: Sari Novia, mahasiswi Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Minangkabau


Saluang dendang adalah kesenian tradisional Minangkabau yang lazim ditampilkan dalam acara Bagurau. Kesenian ini terdiri dari saluang sebagai instrumen dan dendang sebagai vokal. Pertunjukan saluang dendang atau yang lebih dikenal dengan istilah ”bagurau”merupakan salah satu jenis kesenian yang masih eksis dan digemari oleh masyarakat Minangkabau hingga hari ini. Adapun kesenian Bagurau tersebut merupakan perpaduan antara permainan saluangdengan dendang (saluang jo dendang). Pertunjukan tersebut diduga bukan suatu unsur yang berdiri sendiri, namun adanya kesepahaman antara unsur- unsur estetik terutama yang ada pada saluang dan dendangnya. 

Unsur- unsur estetik tersebut akhirnya lebur menjadi satu kesatuan yang utuh dan terkait satu sama lain untuk menuju ranah estetik saluang dendang, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kesan hidup dan menyatu pada pertunjukannya. Hal tersebut dapat diamati dan dirasakan ketika melihat dan mendengarkan rekaman atau siaran langsung baik melalui media elektronik, seperti televisi, rekamanaudio dan video, maupun pengamatan secara langsung pada pertunjukan saluang dendang. Semula pertunjukan bagurau tersebut hanya terdapat di daerah seperti Luhak Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota, kemudian kesenian tersebut menyebar dan berkembang ke wilayah lain, terutama ke daerah rantau dimana orang Minangkabau mencari mata pencahariannya.

 Saluang dalam garis besarnya dikategorikan dalam empat bagian atau jenis yakni Saluang Darek, Saluang Sirompak, Saluang Sungai Pagu, dan Saluang Paueh. Masing-masing mempunyai bentuk, nada, ukuran dan permainan yang berbeda-beda Pertunjukan saluang dendang (bagurau) mempunyai kandungan nilai-nilai estetik, sehingga sekarang masih diminati serta mendapat tempat di hati masyarakatnya, terbukti masih sering ditampilkannya pertunjukan bagurau untuk keperluan atau acara yang berhubungan langsung dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya orang yang mempunyai acara hajatan pada upacara-upacara adat Minangkabau seperti kelahiran bayi pertama, ”turun mandi”, perkawinan, batagak penghulu, batagak rumah gadang dan sebagainya. Bahkan ada juga yang dilaksanakan rutin setiap malam minggu seperti yang dilakukan di Nagari Canduang Koto Laweh. Setiap pemain saluang di dalam memainkan saluangmempunyai interpretasi yang berbeda-beda, hal tersebut sangat ditentukan terutama mengenai kadar pemahaman, kemampuan, maupun sikap didalam permainan/pertunjukan bagurau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS