Oleh: Geby Aprideliankar dari Fakultas ilmu budaya jurusan sastra daerah Minangkabau universitas Andalas
Terdapat tiga jalur yang dapat dilalui oleh para pendaki jika ingin mendaki dari via manapun
1. Via Pariangan
Jalur pariangan membutuhkan waktu sekitar 5-8 jam untuk mencapai puncak oleh pendaki , sekarang sedikit sepi (pendaki) karena dulu sempat ditutup karena ada kasus orang meninggal (@Marapi_singgalang) meski begitu masih ada sebagian pendaki untuk menempuh jalur tersebut karna lebih dekat dari tempat tinggalnya.
2. Jalur Batu Palano
Jalur yang baru di sahkan di awal tahun ini bahkan motor, mobil jeep, bisa menempuh jalur ini sampai diBKSDA, meski jalan tak sepenuhnya bagus bagi pemula yang ingin mendaki sangat disarankan lewat jalur Batu Palano karna tidak perlu mendaki melewati semak2 yang cukup lebat
3. Jalur Aia Angek
jalur Aia Angek,waktu tempuh menuju puncak memiliki estimasi sekitar 3-5 jam, jalurnya lebih terjal Sementara untuk Aia Angek ini, meski papan petunjuk arah juga terlihat jelas. Namun jalur setapak yang ada di sana kerap tertutup dedaunan . sebaiknya jika melakukan pendakian dimalam hari agar menyewa pemandu atau pendaki yang lebih senior karna jalur yang setapak cukup ekstrim dialalui oleh pendaki pemula.
Di BKSDA jika ingin mencari lalapan atau makanan bisa di dapatkan dengan mudah melalui warung-warung yang berjajar di sana. Aneka macam lalapan dijual seperti goreng-gorengan, mie rebus dll.
Pendaki bisa beristirahat dan camp diarea BKSDA yang cukup lapang dan datar, besok harinya setelah posko BKSDA, akan melewati pintu rimba, yang mana disinilah titik awal jalur pendakian dimulai. Disebelah kiri jalan terdapat sebuah sumber mata air ayng disebut Mata Air Koncek.
Dari pos 1 atau yang biasa disebut dengan lantai 1, akan melewati hutan bambu atau yang disebut dengan Parak Batuang oleh penduduk lokal. Jalanan tanah yang licin dan bebatuan akan menemani perjalanan di jalur ini. Saat injakan kaki berubah dari tanah dan akar menjadi bebatuan, artinya akan tiba di daerah yang disebut Pintu Angin. Dari sini sudah mulai terlihat pemandangan Kota Padang Panjang.
Terdapat sumber air ditempat ini, sekitar 20 meter di sebelah kiri jalan. Selain itu tempat camp juga tersedia di sebelah kanan. Setelah selesai mengisi perbekalan air minum maka akan dilanjutkan dengan pendakian yang cukup berbatu2 yang biasa orang2 menyebutnya Cadas
Di cadas banyak pendaki-pendaki dari berbagai daerah bahkan ada yang ada dari luar Indonesia yang mendaki karna sesama pecinta Alam. Cadas merupakan bebatuan yang menjadi leher Gunung Marapi. Pendaian menuju puncak Gunung Marapi dimulai pagi atau subuh karna akan lebih indah melihat Sunrise di puncak Marapi, sebeleum itu aka nada sebuah monument untuk memperingati kepergian seorang bernama Abel. Tepat di depan mata, dua buah gunung bersanding kokoh yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek.
Jika cuaca cerah , dari sini bisa dilihat Kota Padang Panjang dengan pemandangan warna- warni atap rumah penduduknya juga kota Bukittinggi dengan Ngarai Sianok, Ladang-ladang penduduk yang berjejer rapi dikaki Gunung Marapi.
Tak jauh dari Tugu Abel terdapat sebuah tempat yang sangat luas berukuran kira-kira dua kali luas lapangan sepak bola. Tempat tersebut dinamai Lapangan Bola karena datar dan luas. Material dasarnya yaitu pasir hitam yang berasal dari letusan Gunung Marapi dan bebatuan di sekitarnya. Tak berapa jauh dari tempat tersebut terdapat dua buah kawah, yang satu tidak mengeluarkan asap dan satunya lagi masih aktif. Bau belerang perlahan mulai terasa di dekat kawah tersebut.
Di sebelah kanan terdapat jurang dan di sebelah kirinya dua kawah. Jika cuaca cerah dan tak ada kabut yang menghalangi pandangan, dari Puncak Merpati ini bisa melihat Danau Singkarak, Kota Solok, Gunung Talamau dan Gunung Kerinci dan juga Taman Edelweis.
Jalan menuju Taman Edelweis tak begitu jauh, selama perjalanan akan dijumpai air-air yang menggenang. Airnya jernih dan tidak masalah jika langsung diminum. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, tibalah di Taman Edelweis, pandangan langsung disuguhi oleh hamparan luas sekumpulan Bunga Edelweis yang sedang mekar. Bunga Edelweis merupakan flora khas puncak pegunungan. Tidak di sembarang tempat bunga ini bisa tumbuh, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantarnya ketinggian dan suhu lingkungan. Dalam satu rumpun, terdapat sekumpulan tangkai yang berbunga. Jarak antar kelompok sekitar 2-4 meter, dari kejauhan sungguh tampak mempesona. Meski bunga ini sangat menarik, tapi sangat dilarang untuk memetiknya karena keberadaannya yang langka. Tujuannya jelas, agar bunga ini tetap lestari dan dapat dinikmati generasi seterusnya, “Hanya orang egois yang memetik Edelweis”. Taman Edelweis sendiri berbatasan langsung dengan Hutan Larangan. Sebenarnya masih ada satu puncak lagi di Gunung Marapi ini, yaitu Puncak Garuda.
Jangan mengambil apapun kecuali gambar.
Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak.
Jangan membunuh apapun kecuali waktu.
0 Comments