Ticker

6/recent/ticker-posts

Situs Kebudayaan Kota Sawahlunto Kekayaan Sumbar dan Unesco




Artikel: Obral Caniago


Sawahlunto,.. 

Situs kebudayaan Kota Sawahlunto kekayaan Sumbar dan Unesco. 

Kota Sawahlunto kaya dengan daerah tujuan wisata (DTW) objek yang menawan dan unik. Bahkan di dunia internasional pun tak punya beberapa situs kebudayaan yang sama dengan situs kebudayaan dengan Kota Sawahlunto. 

Sedari dulu situs kebudayaan di kota penghasil komoditi batu bara ini dari zaman kolonial Belanda dapat menunjang sektor pariwisata lainnya.

Pada negara lain tak punya objek wisata serupa dengan Kota Sawahlunto. 


Belum lama ini sejumlah objek wisata tambang di kota arang ini juga telah dinobatkan oleh Unesco sebagai objek wisata kebudayaan warisan dunia.


Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Sawahlunto, Halomoan saat dijumpai diruang kerjanya, Rabu (17/2/2021).


Lanjutnya, karena pandemi covid 19 kegiatan yang mengarah kepada situs kebudayaan  selama tahun 2020 nyaris tak ada kegiatan yang berarti. 


"Kecenderungan kegiatan dinas kebudayaan lebih banyak melibatkan masyarakat Kota Sawahlunto termasuk melibatkan orang luar dari Kota Sawahlunto seperti ivent ivent," katanya. 


Redaksi-Kota Sawahlunto terletak pada daerah ketinggian pegunungan bukit barisan nan hijau oleh pepohonan. 


Kota arang ini pada teompoe doeloenya merupakan daerah kolonial menggeruk kekayaan sumber daya alam dari dalam perut bumi emas hitam komoditi batu bara yang dibutuhkan oleh segenap di berbagai negara di benua eropa pada zaman penjajahan kolonial Belanda.


Namun, kolonial Belanda mengeksploitasi batu bara bukanlah cara bim salabim semata. 

Tetapi Belanda banyak mengorbankan waktu 3, 5 abad lama sesuai sejarah yang sekarang peninggalan kaum penjajah itu kita warisi oleh anak negeri. Sehingga sampai beberapa situs itu telah dinyatakan sebagai situs kebudayaan warisan dunia oleh Unesco. 


Menurut Kadis Kebudayaan Kota Sawahlunto, Halomoan mengatakan, diantaranya situs kebudayaan ini merupakan segenap bekas lobang tambang Basyuro, dan gudang rangsum. 


Serta beberapa jumlah bangunan gedung sekarang terus di pelihara dan ditempati oleh Pemko Sawahlunto seperti rumah dinas Wako Sawahlunto. 


Bukan hanya itu saja yang dibangun oleh Belanda. Bahkan ratusan kilometer panjang jalan buat pengangkut batu bara dengan lokomotif kereta api untuk sampai ke Pelabuhan Hemahaven sekarang bernama pelabuhan Telukbayur. 


Banyak kisah cinta, duka, merana dan bahkan menyakitkan karena membangun segenap situs kebudayaan ini. Kolonial banyaknya sebagai penyebab korban nyawa ulah kerja paksa anak negeri oleh kolonial Belanda. 


Dengan air mata dan darah lah penjajah membangun searah jarum jam meluncur dengan waktu silih berganti berabad lamanya. 


Kini sejumlah situs kebudayaan itu termasuk yang ada dalam Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) telah menjadi pengayaan untuk tetap di pelihara, dibenahi, dan dipromosikan ke seantero dunia pariwisata. 


Mungkinkah kita mengabaikannya jika kita di Sumbar memang menjadikan sektor wisata dan situs kebudayaan sebagai pemasukan yang non sumber daya alam.


Sejak tambang batu bara tanah dalam tak beroperasi lagi. Kereta api tak lagi meraung mengangkut benda hitam batu bara ke pelabuhan Hemahaven. 


Inilah kekayaan yang patut cepat cepat dibenahi semoga mengarah ke sektor wisata. 

Jalan kereta api selalu menanti sentuhan pemimpin negeri. Kekayaan infrastruktur jalan dan kereta api perlu dihidupi kembali. 


Peninggalan kolonial telah kita rampas buat kekayaan anak negeri yang hanya tinggal untuk membenahi. 


Apalagi semua ruas jalan kereta api yang ada di dalam propinsi Sumbar bisa terkoneksi pula dengan pelabuhan udara bandara internasional minangkabau. Maka uang akan mengalir melimpah ruah dari para pelancong wisatawan mancanegara (Wisman) dan lokal. 

Karena kendala yang dihantui para pelancong tak ada jalur kereta api menuju ke pelabuhan udara dari semua daerah tujuan wisata (DTW).

Probolema kemacatan lalulintas bagi perusahaan travel agancy menjadi perhitungan matang untuk membawa pelancong yang datang. 

Jalan darat guna menghendel tourisme dengan menggunakan bus pariwisata sering bikin kecewa para Wisman dan perusahaan travel agancy.

Betapa tidak mau ke Kota Bukittinggi harus siap mental menghadapi kemacetan lalulintas karena tak ada jalan alternatif yang bisa dilewati menggunakan jalur kereta api.

Sedangkan semua jalur jalan kereta api peninggalan Belanda hanya sedikit saja menyambung untuk sinergi dan terkoneksi dengan pelabuhan udara BIM. 

Baik dari arah daerah Pariaman, Kayu Tanam, dan Indarung, Telukbayur, Kota Sawahlunto, Padangpanjang, dan sepanjang jalan kereta api yang membentang di kawasan danau dalam Propinsi Sumbar (Danau Singkarak).

Harta peninggalan penjajahan akan dapat menjadi sumber harta kekayaan jika dipoles dan dipromosikan. Jika memang sektor wisata mau dijadikan sumber pamasukan andalan. 


Bikinlah gerbong kereta api dengan tembus pandang selebar badan gerbong. Sehingga pelancong bisa selfi dari atas kereta api saat ia melihat indahnya dan seronoknya kecantikan alam negeri kita ini. 


Seindah sorga alam sektor pariwisata pun yang ada di Sumbar pada umumnya jika tak didukung dengan infrastruktur cepat, tepat waktu, tentu kekayaan alam wisata bagaikan mimpi ingin memiliki intan dan permata. 


Coba ingat, sudah tiga situs kebudayaan di Sumbar di nobatkan Unesco sebagai warisan kebudayaan dunia. 

Diantaranya, situs kebudayaan warisan dunia jalan kereta api Kayu Tanam, Taman Hutan TNKS Wilayah 2 Sumbar, dan situs kebudayaan warisan dunia peninggalan kelonial Belanda di Kota Sawahlunto. 


Dan, alam wisata Mandeh Resort di Kabupaten Pessisir Selatan, indahnya bagaikan cantiknya seperti Honololu ke 2.


Namun sekaya apa pun alam wisata di masing daerah kabupaten dan kota di Sumbar tak digarap dengan penuh kecintaan, guna menarik minat bagi pelancong, maka sektor wisata akan menjadi kata pamanis bibir saat berorasi di depan audiens. 


Karena nyaris setiap daerah kota dan kabupaten di propinsi menyimpan pengayaan sebagai daerah tujuan wisata. Sebut saja Batusangkar dengan situs kebudayaan rumah gadang Istano Rajo. 


Dan, masih banyak lagi takkan habis habisnya tinta yang berasal dari daun sirih sebagai bahan tulisan untuk melukiskan alam Sumbar sedari dulu telah dikabarkan dari goresan tulisan yang terbuat dari batu kalam. 


Rangminang Sumbar, yang ramah dengan pengunjung, sopan bertutur, santun bersapa tegur, juga sebagai pengayaan pendukung sektor wisata. 

Drama kehidupan anak negeri sawah ladang milik petani dengan hamparan yang terbentang luas bagaikan menyapa. 


Eloknya sungai membelah kota, dan danau yang berhawa sejuk, serta pinggir pantai untuk tempat berjuntai sambil bersantai. Sumbar sungguh kaya dengan alam wisatanya.(ulasan redaksi Obral Caniago). (*).

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS