Ticker

6/recent/ticker-posts

Marawa, Bukan Sekedar Umbul-umbul di Minangkabau



Oleh : Rido Ilham, mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.


Dalam konteks negara, setiap negara memiliki bendera masing-masing. Bendera berfungsi sebagai identitas dan jati diri bangsa, kedaulatan bangsa, dan lambang tertinggi bangsa. Bisa saja warna bendera satu negara sama dengan negara yang lainnya, namun masing-masing negara mempunyai makna tersendiri pada warna benderanya masing-masing. 

Jika kita berkunjung ke Sumatera Barat. Kita akan menemukan bendera dengan warna layaknya bendera Jerman. Sumatera Barat Merupakan salah satu provinsi yang menganut kebudayaan Minangkabau. Dalam adat Minangkabau bendera yang warnanya sama dengan bendera Jerman itu disebut dengan Marawa, istilah marawa disebut berasal dari kependekan kata mananga karbawa yang artinya menang adu kerbau, walaupun istilah ini masih diperdebatkan dan belum ada rujukan yang jelas. Namun, dalam adat Minangkabau marawa bukan sekedar umbul-umbul untuk menghias sebuah acara tetapi memiliki arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau. Marawa di Minangkabau merepresentasikan masyarakat, alam dan budaya Minangkabau.

Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki serta meganut sistem adat yang khas, seperti sistem kekerabatan yang ditarik dari garis keturunan ibu atau disebut juga dengan sistem matrilineal. Wilayah minangkabau memiliki hukum adat dan kebudayaan yang tidak sama dengan wilayah administratif Sumatera Barat. Wilayah yang menganut kebudayaan Minangkabau antara lain meliputi Sumatera barat, separuh daratan provinsi Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, Bagian selatan Sumatera Utara.

Tiga warna yang ada pada marawa melambangkan tiga Luhak yang ada di Minangkabau, yaitu Luhak Tanah Datar (Aianyo janiah, ikannyo jinak, buminyo dingin) dilambangkan dengan warna kuning, warna kuning melambangkan pengaruh yang tinggi dan berwibawa karena kecerdasan dan menunjukan kemenangan, Luhak Agam (Aianyo karuah, ikannyo lia, buminyo angek) dilambangkan dengan warna merah yang berarti keberanian, punya raso jo pareso dengan kesabaran, dan Luhak Lima Puluh Kota (Aianyo maniah, ikannyo banyak, buminyo data) dilambangkan dengan warna hitam yang berarti kerelaan dan kesabaran dalam berusaha. 

Tiga warna pada marawa juga melambangkan tiga pola kepemimpinan Minangkabau. Pola kepemimpinan di Minangkabau juga disebut dengan Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin. Maksudnya tungku tigo sajarangan, ketika memasak diperlukan tiga buah batu sebagai penumpu untuk mengkokohkan tempat masak atau periuk. begitu juga dengan kepemimpinan di dalam masyarakat Minangkabau terdiri dari Niniak mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi kesenjangan. Kemudian tali tigo sapilin, artinya tiga utas tali yang digabungkan menjadi satu supaya menjadi kuat. Tali tigo sapilin adalah pedoman tiga pola kepemimpinan di Minangkabau, yaitu adat, agama, dan undang-undang. 

Marawa terdiri dari dua macam perpaduan warna. Marawa kebesaran adat Minangkabau, terdiri atas empat perpaduan warna yaitu warna hitam, kuning, merah, dan putih. Kemudian marawa kebesaran alam Minangkabau yang terdiri atas tiga perpaduan warna yaitu warna hitam, kuning,dan merah. Setiap warna-warna tersebut memiliki makna tersendiri tidak terkecuali dengan tiangnya. 

Pada marawa kebesaran adat Minangkabau, tiangnya melambangkan mambasuik dari bumi. Untuk warna hitam melambangkan ketahanan tapi serta mempunyai akan dan budi. Warna kuning melambangkan keagungan, memiliki undang-undang dan hukum. Warna merah melambangkan keberanian, punya raso jo pareso. Yang terakhir warna putih melambangkan kesucian, memiliki alur dan patut. Tata cara untuk pemasangan warawa kebesaran adat Minangkabau ini biasanya dipakai dan dipasang ketika upacara-upacara adat kebesaran niniak mamak pemangku adat. Dipasang ketika pelantikan atau pengambilan sumpah penghulu, malin, manti, dan dubalang. Marawa kebesaran adat minangkabau dipasang pada sisi kiri dan kanan gerbang tempat acara adat dan didampingi dengan bendera sesuai dengan jabatan yang diangkat.

Marawa kebesaran alam Minangkabau yang terdiri dari tiga macam warna, yaitu warna hitam, merah, dan kuning mencerminkan tiga luhak di Minangkabau seperti yang sudah dijelaskan di atas. Namun, jika acara di wilayah Luhak Tanah Datar, maka susunan warna marawanya ialah kuning-merah-hitam, untuk wilayah Luhak Agam susunan warna marawanya merah-kuning-hitam, dan jika di wilayah Luhak Lima Puluh Kota susunannya hitam-merah-kuning. Untuk tata cara pemakaiannya dipakai atau di pasang ketika acara nasional atau acara daerah serta acara keagamaan, contohnya seperti merayakan 17 Agustus dan hari nasional lainnya. Marawa kebesaran alam Minangkabau biasanya juga dipasang pada tempat-tempat wisata yang ada di Minangkabau. Marawa tiga warna ini di pasang pada sisi kiri dan sisi kanan gerbang tempat acara dilaksanakan. 

Itulah makna dari marawa atau bendera yang serupa dengan warna bendera jerman yang sering kita temui di tanah Minangkabau. Memang untuk saat ini kita sangat mudah menemukan bendera yang berwarna kuning, merah dan hitam tersebut. Namun, bagaimana nantinya jika marawa di salah gunakan atau dibuat dengan gaya dan warna yang baru? Oleh sebab itu, Kita sebagai generasi muda haruslah tahu hendaknya dengan kebudayaan daerah kita supaya tidak hilang ditelan zaman.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS