Oleh: Prof.Asasriwarni MH
بسم الله الرحمان الرحيم
*_A. Imam Al Bukhari Rahimahullah Menerangkan :_*
وَكَانَتْ عَائِشَةُ يَؤُمُّهَا عَبْدُهَا ذَكْوَانُ مِنَ المُصْحَفِ
*Aisyah radhiyallahu 'anha pernah shalat di-imami oleh budaknya yang bernama Dzakwan dengan membaca dari mushaf* (Kitab Al Adzan - Bab Imamah Al 'Abdi wa Al Maula)
*_B. Imam Az-Zuhri Rahimahullah Menerangkan :_*
Suatu keyika ditanya tentang orang yang membaca dari mushaf saat shalat tarawih, beliau mengatakan :
كان خيارُنا يقرؤون في المصاحف في رمضان
*Orang-orang terbaik kami pun bahkan membaca lewat mushaf (saat tarawih) di bulan ramadhan* (Al Mudawwanah, I/224)
Status beliau ialah tabi'in. Itu berarti, bahkan generasi yang termasuk jajaran generasi terbaik saja membaca dengan melalui mushaf saat shalat malamnya. Lantas mengapa kita harus merasa rendah dengan hal itu!
*_C. Imam Nawawi Rahimahullah Menerangkan :_*
وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنْ أَنَّ الْقِرَاءَةَ فِي الْمُصْحَفِ لَا تُبْطِلُ الصَّلَاةَ مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ مَالِكٍ وَأَبِي يُوسُفَ وَمُحَمَّدٍ و أَحْمَدَ
*Pendapat akan sahnya shalat dengan membaca melalui mushaf yang saya sebutkan ini merupakan madzhab kami (Syafi'i), Maliki, Abu Yusuf, Muhammad Asy-Syaibani, dan Hambali* (Al Majmu', IV/95 -Darul Fikr)
*_D. Al Allamah Ibnu Baaz Rahimahullah Menerangkan :_*
فلا حرج على المؤمن أن يقرأ من المصحف إذا دعت الحاجة إلى ذلك في التراويح, أو في قيام الليل, أو في صلاة الكسوف؛ لأن المقصود أن يقرأ كتاب الله في هذه الصلوات, وأن يستفيد من كلام ربه-عز وجل-وليس كل أحد يحفظ القرآن, أو يحفظ السور الطويلة من القرآن فهو في حاجة إلى أن يسمع كلام ربه, وأن يقرأه من المصحف فلا حرج في ذلك
*Saat diperlukan, boleh bagi seseorang untuk membaca melalui mushaf ketika shalat; shalat tarawih, shalat malam, atau shalat gerhana. Karena tujuan utamanya ialah agar Al Qur'an dibaca pada saat shalat tersebut dan bisa mengambil pelajaran darinya. Sedang tidak setiap orang hafal Al Qur'an atau hafal surah-surah panjang. Dalam keadaan dia perlu untuk membaca firman Allah sehingga tidak masalah membacanya melalui mushaf* (Keterangan ini dan yang setelahnya kami nukil dari : https://binbaz.org.sa/old/28793 )
Lebih lanjut, beliau menerangkan :
وقد رأى بعض أهل العلم منع ذلك ولكن بدون دليل, والصواب أنه لا حرج في ذلك في صلاة التراويح, وصلاة الليل, وصلاة الكسوف كل هذا لا حرج فيه حتى الفريضة لو دعت الحاجة إلى ذلك لا بأس لكن الحاجة في الغالب لا تدعوا إلى هذا في الفريضة؛ لأن الفريضة يقرأ فيها بالسور القصيرة بالفاتحة أو بغيرها من السور
*Sebagian ulama tidak membolehkan. Namun tidak ada dalil yang dipegang untuk melarangnya. Pendapat yang benar ialah yang mengatakan boleh pada saat shalat tarawih, shalat malam, ataukah shalat gerhana. Bahkan, pada shalat wajib sekalipun juga boleh dalam kondisi perlu. Meski memang, pada umumnya ketika shalat wajib seseorang tidak membutuhkan untuk membaca melalui mushaf. Karena pada shalat wajib biasanya hanya membaca surah yang tidak panjang di samping Al Fatihah*
*_E. Al Allamah Ibnu Baaz Rahimahullah Menerangkan :_*
ويلاحظ أن السنة والأفضل أن يوضع على كرسي مرتفع يكون حول المصلي يضعه عليه, فإذا قام من السجود أخذه لا يضعه في الأرض؛ لأن احترامه متعين فإذا تيسر كرسي أو شيء مرتفع وضعه عليه, أما إذا ما تيسر شيء فلا بأس أن يضعه على الأرض النظيفة الطيبة
*Dan perlu diingat, bahwa yang sunnah dan afdal ialah meletakkan mushaf di kursi yang ia tempatkan dekat dengan tempat shalatnya. Lalu saat bangkit dari sujud dia ambil kembali mushafnya. Dan jangan meletakkannya di lantai! Karena memuliakan Al Qur'an hukumnya wajib. Jadi bila ada kursi atau apapun dari sesuatu yang berada di atas permukaan lantai; maka dia letakkan mushafnya di sana. Tapi bila memang tidak ada; tidak masalah diletakkan di lantai namun yang bersih dan suci*
Semoga pembahasan pagi ini bermanfaat dan berkah bagi kita, aamiin YRA
رب زدني علما بآرك الله فيك
0 Comments