Ticker

6/recent/ticker-posts

SAMI'NA WA ATHA'NA DALAM PERSPEKTIF ISLAM



 Oleh : Prof.Asasriwarni MH



Meski kalimat *_“sami’na wa atho’na”_*  hanya ada dalam Islam, tapi saya yakin bahwa  tidak ada satu agama pun, kecuali pasti mengharuskan penganutnya untuk menerima dan patuh pada aturan-aturannya.


Untuk diterima sebagai staff dalam sebuah perusahaan saja, seseorang harus rela menerima dan mematuhi seluruh klausul peraturan yang ada di perusahaan itu. Namun cukup mengherankan bahwa untuk diterima sebagai pemeluk sebuah agama, ia merasa masih harus memilah dan memilih terhadap ketentuan yang ada dalam agama tersebut.


Sebagai mana firman Allah SWT berikut ini : 


وَيَقُولُونَ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِّنْهُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَآ أُو۟لَٰٓئِكَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ


Wa yaquluna amanna billahi wa bir-rasuli wa ata'na summa yatawalla fariqum min-hum mim ba'di zalik, wa ma ula`ika bil-mu`minin


*Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)". Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu. Mereka itu sama sekali bukanlah orang-orang yang beriman* (QS. An Nur Ayat :47)


وَإِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ


Wa iza du'u ilallahi wa rasulihi liyahkuma bainahum iza fariqum min-hum mu'ridun



*Apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menetapkan hukum di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling*  (QS. An Nur Ayat : 48)


وَإِن يَكُن لَّهُمُ ٱلْحَقُّ يَأْتُوٓا۟ إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ


Wa iy yakul lahumul-haqqu ya`tu ilaihi muz'inin


*Tetapi jika ketetapan itu menguntungkan untuk mereka, mereka datang dengan patuh* (QS. An Nur Ayat : 49)


أَفِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ٱرْتَابُوٓا۟ أَمْ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُۥ ۚ بَلْ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ


A fi qulubihim maraḍun amirtabu am yakhafuna ay yahifallahu 'alaihim wa rasuluh, bal ula`ika humuz-zalimun


*Apakah dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim*  (QS. An Nur Ayat : 50)


إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ


Innama kana qaulal-mu`minina iza du'u ilallshi wa rasulihi liyahkuma bainahum ay yaqulu sami'na wa aṭa'na, wa ula`ika humul-muflihun


*_Sesungguhnya jawaban orang-orang beriman_, apabila diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menetapkan hukum di antara mereka, tidak lain hanyalah, _"KAMI MENDENGAR DAN KAMI TAAT"_.  Mereka itulah orang-orang yang beruntung*  (QS. An Nur 51)


Tidak setiap perintah dan larangan dalam agama diketahui hikmahnya oleh manusia. Antara sesama manusia saja, terdapat perbedaan tingkat kebijaksanaan. Seorang awam seringkali tidak bisa memahami mengapa seorang pakar berpendapat dengan sebuah pendapat. Terkadang ketidakpahaman itu membuatnya mencela pendapat tersebut dengan menyebutnya aneh dan tak masuk akal. Ini baru antara sesama manusia. Apalagi antara manusia dengan Penciptanya.


Inilah mengapa pada banyak tempat dalam Al Quran, setelah disebutkan perintah-perintah, larangan-larangan, atau ketentuan-ketentuan, Allah Taala selalu menutupnya dengan kalimat, *_"ALLAH MENGETAHUI SEDANGKAN KALIAN TIDAK MENGETAHUI"_*. 


كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


Kutiba 'alaikumul-qitalu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asa an takrahu syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asa an tuhibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallahu ya'lamu wa antum la ta'lamun


*Bisa jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui* (QS. Al Baqarah Ayat :  216)


Kalimat penutup ini seolah dimaksudkan untuk memutus ketamakan manusia agar tidak melampaui batas dengan mempertanyakan sesuatu dimana bukan tempat nalar untuk mempertanyakannya.


Semoga hidup kita semakin bermanfaat dan berkah, aamiin  YRA

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS