www.jurnalissumbar
Masih terlihat kesedihan diwajah Jenny Martinus ketika ditanyangan Vidio Live FB akun miliknya. Jenny Martinus (29) warga Padang yang terinfeksi Covid-19 sedang berjuang kesembuhannya. Sejak tanggal 15 April 2020 dirawat RSUP M. Djamil Padang Propinsi Sumatera Barat.
Kondisi Jenny saat ini dalamku kondisi membaik, hanya saja masih mengalami batuk ringan, ia pun telah melewati fase terberat. Begitupun untuk suaminya, yang selalu bersama-sama memberikan dukungan untuk melawan penyakit itu.
Saat diwawancarai via pesan messenger, Minggu (26/4/2020)
ia menuliskan kisahnya.
Semangat sembuh Jenny, Sudah berapa hari di rawat di RSUP M. DJamil ?
"Insyallah siap semangat. Sudah 12 hari saya dirawat diruang isolasi. Alhamdulillah saya bisa dirawat di Rumah Sakit M.Djamil Semua tenaga medisnya begitu cepat tanggap"
"Sudah lebih baik, hanya batuk lagi. Sesak nafas tidak ada, fase berat sudah lewat, sekarang tinggal gejala hanya batuk. Demam enggak pernah selama di sini,”
"Saya beruntung dapat kamar tanpa televisi. Kesempatan saya meninggalkan lena dunia. Saya bisa kusyuk beribadah. Selalu punya banyak waktu bersimpuh menghadap Rabb dan merayuNya agar mau memaafkan kesalahan saya" tulis Jenny.
"Allah berikan nikmat ini bagi saya untuk kembali ke jalanNya. Ibadah yang saya jalani selama ini terasa begitu nikmat". Sambungnya.
Apa pesan Jenny buat masyarakat ?
"Untuk masyarakat semuanya. Saya tau dirumah aja itu berat. Tapi setidaknya untuk saat ini kita harus patuh pada instruksi pemerintah. Jangan tambah lagi korban akibat ketidak pedulian kita terhadap himbauan pemerintah". Pesan Jenny.
"Jika memang harus bekerja, pakai masker 2 lapis, kenakan jaket, kaus kaki dan sarung tangan tangan saat berkendara. Sering cuci tangan dan cuci muka".
"Jika pulang dari luar, jangan pegang anak dulu, jangan pegang barang apapun yg ada di rumah, dan jangan duduk santai dulu. Langsung ke kamar mandi, cuci tangan pakai sabun, buka masker, masukkan ke tongsampah jika masker media, tapi masker kain harap langsung dicuci".
"Setelah itu buka pakaian, setelah itu cuci tangan lagi pakai sabun 30 detik dan terakhir cuci muka, dan langsung mandi. Meningkatkan kebersihan diri dengan rajin cuci tangan dan muka pakai sabun"
"untuk memutus mata rantai covid-19 ini caranya sangat sederhana namun susah diterapkan masyarakat kita".
Apa Pesan Jenny kepada pelaku perjalanan atau perantau (Pemudik) datang dari luar daerah Pandemi ?
"Kepada masyarakat yang datang dari luar dearah terutamanya daerah terjangkit Covid-19 (Pandemi) sebaiknya jujurlah jika anda, keluarga anda baru datang dari daerah terjangkit.
Sportif lah segera melapor kepada perangkat desa atau ke petugas kesehatan. Agar bisa dilakukan pemantauan selama 14 hari dan diberikan protokol isolasi mandiri"
"Kalau Anda sembunyikan keadaan itu, berarti secara langsung anda menjadi penyebar virus covid-19. Kasihan orang sekitar Anda dan orang lain tertular Corona".
Bagaimana perasaan saat ini ?
"Saya sangat rindu dengan suami yang saat ini di isolasi di SPH (red semen Padang Hospital) karena juga positif covid"
"Hancur hati saya saat tahu suami juga positif covid".
"Saya mengetahui suami positif, selisih 5 hari dengan saya".
Bagaimana keadaan anak-anak ?
"Sekarang Kami belum dikarunia anak. Saya punya 5 bidadari yang sudah tenang di surga, saya keguguran 5 kali. Desember kemaren saya keguguran usia kehamilab 5 bulan".
"Kalau dihitung saat ini saya nunggu hari untuk persalinan jika janin saya bertahan saat itu, entah apa yang akan terjadi saat ini".
"Allah benar2 sayang saya. Allah ambil buah hati saya sejak lama agar tidak sakit untuk saat ini. Apapun cobaan yang sudah saya alami, saya tetap bersyukur Allah beri saya hati yang kuat setiap menjalani.
Semoga segera sembuh. Apa cita-cita harapan Jenny setelah nantinya dinyatakan sehat ?
"Setelah sehat, saya ingin terjun kembali ke lapangan memutus mata rantai covid-19. Saya tidak akan menyerah."
"Karena saya sudah diikat sumpah profesi untuk mengabdikan diri dan jiwa saya pada masyarkat dan bangsa juga agama.
Saya harus berjuang untuk kemanusiaan. Uang bukanlah prioritas saya, tapi totalitas kerja adalah harga diri tertinggi bagi saya"
"Walau saya hanya tenaga sukarela (volunteer) Dinas Kesehatan, tak menjadi alasan untuk malas-malasan bekerja.
Saya harus lebih baik dari PNS". Jelas pasien tenaga sukarela Puskesmas Pegambiran Kecamatan Lubuk Begalung tersebut.
Setelah sembuh nanti, Siapa pertama kali Jenny kunjungi ?
"Jika nanti sembuh, saya ingin kembali ke rumah orang tua saya"
"saya belum sanggup kembali ke rumah saya sendiri, karena saya belum bisa menerima sanksi sosial tetangga saat saya pulang".
hanya orang tua saya yang bisa menerima kami dalam keadaan begini.
"Berbagai fitnah ditujukan saat tau saya positif covid tapi saya yakin Allah akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah".
Siapa yang memberikan support kepada Jenny ?
"Mama saya. Beliau tidak kenal lelah mengurus kebutuhan saya dan suami selama isolasi ini. Kasihan Mama harus pulang balik ke dua rumah sakit. Mamma antar makanan, cemilan, buah, dan segalanya
"Saya dirawat Rumah Sakit M.Djamil di jati dan suami saya dirawat di Semen Padang Hospital By Pas berjarak sekitar 15 km".
"Mama selalu tegar di depan kami,yang hanya bisa melihat dibatasi dinding kaca ruang isolasi".
"Antara 2 saja yang ada dipikiran anak menantuku keluar dalam keadaan sembuh atau hanya pulang nama tanpa bisa dilihat wajahnya".tulis Jenny.
Didepan, mama tampak tegar, namun hancur di belakang kami. Perasaanya hancur saat melihat anak dan menantunya diisolas".
"Kami rindu keluarga kami, Aku merindukan suamiku. Orang yang setia merawatku di saat sakit, Orang yang menerima kekurangan ku. Sekarang kami saling menguatkan yang saman-sama berjuang melawan covid-19".
Bagaimana Suport dari teman-teman Jenny ?
"Alhamdulillah teman-teman baik teman2 alumni sma, smp, dan kuliah semua selalu menghubungi"
"Semua tidak ada yang meninggalkan Jen, teman2 sesama sukarela (volunteer) di puskesmas pagambiran setiap hari video call dan selalu berikan semangat, cerita hal-hal lucu, dan harapan-harapan setelah kami sembuh nanti.
"Tak lupa Terimakasih buat teman-teman dunia maya yang begitu banyak memberikan doa dan semangat agar Jen lekas sembuh"
Apa yang paling berkesan saat dirawat ?
Hal yang paling berkesan disini adalah, tenaga medisnya sangat friendly. Kami tidak seperti pasien dan tenaga medis. Kami lebih seperti keluarga dan sahabat karib.
Setiap saat selalu melambaikan tangan dan selalu bilang, "semangat kak Jen!!!
Ahli gizi yang sangat luat biasa memperhatikan gizi Jen selama di rawat.
Setiap hari nelpon mau makan apa ? apa makanannya habis, apa menunya mau diganti ?. Pelayanan disini sangat cepat tanggap. Ruangan dibersihkan 2 kali sehari.
"Ruangan isolasi dilengkapi ada cctv yang mengawasi 24 jam di setiap rungan. Jadi kalau ada apa-apa dan butuh apa sesuatu tinggal lambaikan tangan ke kamera dan petugas langsung datang".
"Waktu Jen sesak napas saat shalat tahajjud dan lemes di lantai, perawatnya langsung datang dan bantu Jen ke atas tempat tidur".
"Hanya pemandang dibalik pintu kaca ruangan isolasi bagaikan televisi
Karena Jen selalu lihat petugas yang lewat lalu lalang lengkap dengan memakai alat pelindung diri (APD). Mereka adalah pejuang tak kenal lelah mengurus Kami. Mereka Suport saya harus semangat untuk sembuh"
"Mereka semangati Jen sambil lambai tangan. semangat memutus mata rantai covid-19. Saya nulis ini sambil nangis, rindu orang tua, suami, adik. Insyaallah saya kuat. Saya bertahan dan berjuang untuk sembuh demi keluarga saya". harap Jenny Martinus.
Jenny terkonfirmasi positif pertama di klaster Pegambiran, karena ialah yang mengajukan diri untuk tes swab tenggorokan dan hidung (spesimen) selaku garda terdepan. Pemeriksaan itu dilakukan pada Sabtu (11/4/2020) lalu.
Bagi Jenny penyakit yang dideritanya bukanlah sebuah aib yang mesti disembunyikan. Meski begitu banyak masyarakat yang menganggap dirinya pelaku penyebar virus di wilayah Pegambiran. Padahal, semua itu tidak benar, Jenny hanya korban dari ketidak jujuran orang yang diduga terpapar virus corona.
Jenny satu dari sekian petugas sebagai Penanggungjawab (PJ) covid-19 di Puskesmas Pegambiran. Dia menjalankan tugas berkoordinasi dengan unsur RT/RW, kelurahan hingga kecamatan untuk memantau orang yang berstatus pelaku perjalanan dari area terjangkit (PTT).
Tak jarang, Jenny juga kontak langsung dengan masyarakat berstatus orang dalam pemantauan (ODP) corona. Di sinilah, awal dugaan ia tertular virus corona. Tak hanya dirinya, tapi juga menular ke suami yang juga merupakan karyawan di Puskesmas Pegambiran.
Ketika penyakit itu mulai menyerang, Jenny memilih melangkahkan kaki untuk beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ia bergegas mengambil wudhu dan kemudian melangsungkan salat.
Salat dan salat disertai doa, itulah sebagai obat untuk penenang diri serta upaya meningkatkan imun tubuhnya. Dengan salat, Jenny mampu melawan penyakit yang tanpa melihat waktu menyerang tubuhnya itu.
“Tenangkan hati, bayangkan yang indah dan berpikir apabila saya sembuh, saya bisa berkumpul kembali. Saya ingin bekerja lagi, walaupun nanti saya sembuh, saya ingin berjuang kembali untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona,” katanya.
SEMANGAT SEMBUH SOBAT
(DODI IFANDA)
0 Comments