Oleh: Reza Ramadani, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Unand
Hari ini, Selasa 30 Maret 2020, bertepatan dengan Hari Film Indonesia. Hari Film ini diperingati setiap tanggal 30 Maret setiap tahunnya, tanggal ini
disebut Hari Film Indonesia yaitu karena hari itu merupakan hari pertama
pengambilan gambar Film Darah dan Doa atau (Long March of Siliwangi)
Prajurit Indonesia dan keluarga mereka dari Jogjakarta ke pangkalan utama
mereka di Jawa Barat pada tahun 1950 yang disutradarai oleh Usmar Ismail
dengan perusahaan filmnya sendiri yang bernama Perfini (Perusahaan Film
Indonesia), film ini dinilai sebagai film lokal pertama yang mengusung ciri
Indonesia dengan segala lini yang diprakarsai oleh orang Indonesia sendiri.
Dengan demikian, 1950 dianggap sebagai kebangkitan film nasional. Kemudian,
pada 1951 diresmikan pula Metropole, bioskop termegah dan terbesar pada sasat
itu. Pada masa ini, jumlah bioskop meningkat pesat dansebagian besar dimiliki
oleh kalangan non pribumi. Pada 1955 terbentuklah Persatuan Pengusaha Bioskop
Seluruh Indonesia dan Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia
(GAPEBI) yang akhirnya melebur menjadi Gabungan Bioskop Seluruh Indonesia
(GABSI).
Film atau perfilman merupakan hiburan yang paling digemari oleh semua orang
terutama sekali para muda-mudi seperti yang ditayangkan di bioskop Indonesia.
Tanpa kita sadari menonton film juga memiliki banyak manfaat
seperti:
1. meningkatkan pengetahuan dan informasi
2. belajar hal baru
3.baik untuk kesehatan otak atau pengusuir stres
4. meningkatkan kesadaran sosial
5. menghilangkan kepenatan
6. mengasah keterampilan analisis
7. memotivasi diri
8. meningkatkan kemampuan berbahasa asing dan lainnya.
Tanggal 30 Maret 1950, konferensi Dewan Film Nasional dengan Organisasi
Perfilman pada 11 Oktober 1962 menetapkan Hari Film tersebut. Keputusan ini
diperkuat dengan terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI)
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional yang diresmikan di era atau
masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.
Perjalanan panjang itu dipimpin oleh Kapten Sudarto, yang menjadi tokoh utama
dalam Film. Kapten Sudarto diceritakan bukan hanya sebagai pemimpin, tapi juga
sebagai seorang manusia yang rawan membuat kesalahan.
Seiring berjalannya waktu, film Indonesia pun mulai meniti kesuksesan pada
tahun 1980an saat industri film nasional pada masa itu melahirkan bintang-
bintang berbakat seperti Lidya Kandouw, Meriam Bellina, Ongky Alexander dan
para artis berbakat lainnya. Hanya saja kesuksesan itu sempat menurun drastis
pada dekade berikutnya. Film Indonesia sempat dalam kondisi mati suri sedekade
lalu. Namun hal ini menandai bergerak majunya industri ini ke arah yang semakin
baik.
Kini, seiring waktu berlalu film Indonesia semakin berkembang dengan ragam
cerita yang kreatif dan inovatif. Film Indonesia perlahan diminati lagi oleh public
sendiri, terhitung dari tahun 2018 dengan berbagai judul , pencapaian jumlah
penonton naik pesat dari tahun-tahun sebelumnya.
Perolehan penonton Indonesia di 2018 mencapai 51 juta penonton seiring 14 film
yang rilid di bioskop tahun itu.
Pada sasat sekarang ini film tak lagi hanya sebagai hiburan, untuk mendapatkan
informasi terupdate dan film juga memunculkan peristiwa sejarah masa lalu dan
dengan ini kita bisa mendapat banyak pengetahuan. Film menjadi produk budaya
yang tak jarang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat.
0 Comments