Ticker

6/recent/ticker-posts

ALEK BATAGAK PANGULU PAYUANG PANJI DATUAK GUNUANG AMEH DI MARAMBUANG NAGARI BARINGIN MELANGGAR SABATANG PANJANG ADAIK MINANGKABAU SALINGKA NAGARI

 


Salah satu tujuan proses pengangkatan pangulu di ranah Minangkabau Sumatera Barat adalah untuk menyatukan dan memperkuat silaturahmi kaum yang terdiri dari anak kemenakan, bundo kanduang, mamak pusako dan ibu bapo dalam payuang panji sebelum dilakukan alek gadang batagak pangulu. 


Sehingga para pemanggku adat dalam suatu nagari tidak akan memberikan ijin dan sipaik kepada kaum yang akan melaksanakan alek gadang batagak pangulu sebelum syaratnya terpenuhi. 


Hal ini sangat jauh berbeda yang terjadi di langgam niniak mamak nan 10 di Marambuang Nagari Baringin, kecamatan Palembayan yaitu para pemangku adat dengan begitu mudah dan gampangnya memberikan ijin batagak pangulu kepada Payuang Panji Datuak Gunuang Ameh yang belum memenuhi syarat, para kaum payuang panji Datuak Gunuang Ameh masih belum sepakat dan masih terjadi perdebatan panjang tetapi Ketua Kerapatan Jorong (KAJ) Marambuang J.Dt. Mangkuto Basa tetap memberikn ijin dan sipaik untuk batagak pangulu dan yang lebih merusak adat lagi tidak melibatkan ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Niniak Mamak 45 Nan Dikato Nagari Baringin, sementara kato putuih pengangkatan pangulu di salingka nagari adalah berada di tangan ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) bukan di tangan Kerapatan Jorong karena Ketua Kerapatan Jorong (KAJ) itu sifatnya hanya perpanjangan tangan ketua KAN di suatu jorong. 


Tindakan Ketua Kerapatan Adat (KAJ) Marambuang J.Dt Mangkuto Basa sangat merusak tatanan adaik lamo pusako usang nan indak lapuak dihujan indak lakang dipaneh yang berdasarkan kepada Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK). Akibat dilaksanakanya alek batagak pangulu dalam situasi belum sepakat kaum, maka saat berita ini disampaikan sudah terjadi permusuhan, sakit hati, saling curiga, putus silaturahmi antar anak kemenakan, mamak pusako, bundo kanduang dan ibu bapo dalam payuang panji Datuak Gunuang Ameh, sangat disayangkan para pemuka adat yang memegang adat di Jorong Marambuang yaitu niniak mamak nan 10 terutama sekali Ketua KAJ dan begitu juga mamak pusako yang berjanji akan menyelesaikan kusuik nan alun salasai dan karuah nan alun janiah tidak ada niat baik serta daya upaya untuk menyelesaikanya, melainkan membiarkan bola panas ini menggelinding, sungguh sangat jahatlah orang orang merusak adat yang mengakibatkan putusnya tali silaturahmi dalam kaum.

Dalam amatan salah seorang tokoh masyarakat di Jorong Marambuang yang tidak mau disebutkan namanya, perbuatan ini total kesalahan Ketua KAJ Marambuang yang memaksakan diri melanggar adat Minangkabau sabatang panjang demi untuk melaksanakan alek batagak pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh yang tidak seharusnya di lewakan, akibat perbuatan ini yang di rusak oleh ketua KAJ Marambuang adalah putusnya silaturahmi kaum payuang panji Datuak Gunuang Ameh, merusak adaik sabatang panjang, merusak nama baik niniak mamak nan 10 di Marambung, merusak citra Kerapatan Adat Nagari Baringin serta merusak nama baik jorong Marambuang di mata umum. Sesuatu yang menjadi pemandangan aneh di mata orang banyak adalah sudah jelas pelaksanaan adatnya salah, tetapi para pemangku adatnya (niniak mamak nan 10) tidak ada yang berani mengatakan perbuatan itu salah, melainkan mereka diam seribu bahasa dan seolah olah perbuatan itu benar. 

Setelah ditelusuri lebih jauh memang para masyarakat tidak berani bicara kebenaran mengkritik kesalahan keputusan Ketua Kerapatan Jorong (KAJ) atau keputusan pemangku adat karena mereka takut akan disisihkan /dikucilkan dimasyarakat, begitu juga antar sesama pemangku adat juga tidak mau mengkritik antar sesama mereka untuk mengatakan kebenaran sekalipun hal tersebut salah melanggar adat, sepertinya tradisi seperti ini merupakan warisan zaman kolonial Belanda yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi sehingga sangat sulit untuk melepaskan diri dari jeratan lingkaran ini. Lebih jauh katik kayo dan salah seorang bundo kanduang juga menyampaikan bahwa jauh hari sebelum dilaksanakan proses batagak pangulu sudah banyak yang mambulintang bahkan sudah di sampaikan secara tertulis melalui ketua KAN dan disampaikan secara lisan dalam acara musyawarah bahkan sudah diletakan pancang ke beberapa orang pemangku adat tetapi Ketua KAJ Marambuang tidak menghiraukan hal tersebut dan melanjutkan proses batagak pangulu walaupun melanggar adaik sabatang panjang. Dalam surat pengaduan kepada ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) niniak mamak nan 45 dikato nagari Baringin ada sekitar 7 parinduan yang mambulintang jumlah yang sangat besar. 


Jika melihat fakta kebenaran dilapangan dengan mata telanjang tanpa harus bertanya tanya ternyata di acara alek gadang batagak pangulu Datuak Gunuang Ameh tidak dihadiri oleh wali jorong Marambuang, wali nagari Baringin, tungkatan dan tuangku niniak mamak nan sapuluah, tidak dihadiri oleh pangulu jiran tetangga seperti Pangulu nagari tigo balai bahkan yang lebih jelas lagi tidak dihadiri oleh pangulu dalam langgam niniak mamak nan 20 Baringin, niniak mamak nan 16 sungai yang satu kesatuan tergabung dalam langgam niniak mamak nan 45 dikato nagari Baringin, hal ini seharusnya sudah menjadi catatan besar dan tanda tanya besar serta sudah tapacik tapi kain bagi ketua Kerapatan Adat Jorong (KAJ) Marambuang bahwa perbuatan yang dilakukan sudah diketahui oleh orang banyak melanggar adat sabatang panjang.


Salah seorang cadiak pandai dalam langgam niniak mamak nan sapuluah yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa pengangkatan pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh di Marambuang memang salah secara adaik lamo pusako usang nan indak lapuak dipaneh nan indak lakang di hujan, sudah menyalahi aturan adaik sabatang panjang di salingka nagari karena batagak pangulu Irwanda Datuk Gunuang Ameh belum memenuhi syarat yaitu : adalah 1). Rantiang indak badatiak faktanya masih badatiak,        

2). Murai indak bakicau faktanya masih bakicau.           

3) Bulek indak basandiang faktanya masih basandiang. 4) Picak indak basuduik faktanya masih basuduik, 5) Balicin daun faktanya masih kasek. 6). Sepakat kaum faktanya masih banyak nan mambulintang dan yang lebih fatal lagi diduga pernikahan pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh yang diangkat ini, tidak menjalankan adat karena pernikahanya belum batimbang adaik. 


Hal hal yang seperti ini yang bisa dilihat dengan mata telanjang oleh orang awam dan orang banyak tanpa harus bersusah payah menelusuri syarat yang belum terpenuhi, tetapi Ketua Kerapatan Adat Jorong (KAJ) Marambuang J. Dt Mangkuto Basa tetap memberikan ijin dan sipaik batagak pangulu, sehingga sangat wajarlah pemikiran orang banyak menduga /mencurigai ada tekanan dan kolusi gratifikasi di belakang ini......wallhualam.


maka waktu dan sejarahlah yang membuktikanya...dor


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS