Oleh : M. Fiki Saputra Mahasiswa Universitas Andalas Program Studi Ilmu Politik
Balap liar masih menjadi fenomena yang meresahkan dibanyak kota di Indonesia, tak terkecuali di Bukittinggi. Di kota wisata yang terkenal akan keindahannya ini, kegiatan ilegal tersebut sering terjadi setiap akhir pekan dan meresahkan warga. Kawasan Simpang Kangkung bahkan telah menjadi lokasi tetap arena balap ilegal setiap malam minggu, tepat pada pukul 00.00.
Ini bukan sekadar cerita atau isu yang dibesar-besarkan. Seperti yang diberitakan oleh bukittinngi.indonesiasatu.co.id kabar duka menggeparkan Kota Bukittinggi: seorang pria tewas setelah terlibat balap liar di Simpang Kangkung. Diketahui inisial HG yang mengendarai sepeda motor dari arah Tugu Polwan dengan kecepatan tinggi, sesampainya di depan Kantor DPRD Bukittinggi motor RX King yang dikendarai inisial HG menabrak seorang pejalan kaki yang diduga sedang mengambil video di pinggir jalan.
Akibat dari kecelakaan itu inisial HG mengalami benturan keras yang membuat dirinya harus dilarikan ke RSAM, sempat dirawat namun takdir berkata lain, Nyawanya tak dapat diselamatkan. Sementara itu korban yang ditabrak mendapatkan perawatan intensif di RS Yarsi
Peristiwa itu seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda di Bukittinggi. Namun ironisnya, yang terjadi balap liar masih tetap berlangsung tak peduli itu akan mengancam keselamatan dirinya sendiri walaupun sudah ada bukti nyata. Hal ini juga menunjukkan persoalan balap liar bukan hanya tentang lemahnya pengawasan aparat, tetapi juga rendahnya kesadaran sebagian dari kalangan anak muda. Seketat apapun aparat melakukan razia, selalu ada celah bagi mereka untuk mengulang kegiatan berbahaya ini.
Berdasarkan laporan Humas Polresta Bukittinggi (2025), dalam razia dini hari di Simpang Kangkung, sebanyak 11 unit motor berhasil diamankan. Fakta ini membuktikan bahwa fenomena balap liar bukanlah kejadian sesaat, melainkan aktivitas yang terus berulang. Pada tahun-tahun sebelumnya pun situasi serupa terjadi. Padang Ekspres (5 September 2023) memberitakan bahwa kepolisian berhasil mengamankan lebih dari 30 unit motor dari aksi balap liar.
Tren ini juga terlihat secara nasional. Menurut data Korlantas Polri (2022), sekitar 3% kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh balap liar. Walau persentasenya terlihat kecil, angka itu sangat mengkhawatirkan mengingat jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai ratusan ribu kasus setiap tahunnya. Bahkan RRI.co.id melaporkan, persentase kecelakaan akibat balap liar naik sekitar 2% pada periode 2022–2023. Di kota wisata seperti Bukittinggi, hal ini jelas berbahaya: citra kota dan rasa aman wisatawan ikut terancam.
Lalu mengapa para pelaku masih terus melakukan aksi berbahaya ini meski razia telah dilakukan berulang kali? Ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya hal tersebut terjadi. Pertama, tidak adanya sarana untuk mereka mengambangkan hobinya di bidang otomotif. Dan juga tidak adanya sirkuit di Bukittinggi, dikarenakan Bukittinggi juga disebut kota kecil dan padat hal ini menyebabkan pembuatan sirkuit di Bukittinngi itu terasa mustahil. Kedua, pengaruh lingkungan dan budaya gengsi dikalangan anak muda. Bagi sebagian mereka, menjadi joki balap liar adalah cara instan untuk mendapatkan pengakuan. Dan ketiga, tidak ada atau lemahnya pengawasan dari orang tua.
Bagaimana cara menanggapi kasus seperti ini? Pertama tentang pembuatan sirkuit walaupun Bukittinggi itu kecil dan padat bahkan minim lahan terbuka namun pemerintah bisa melakukan kerja sama antar daerah tetangga seperti Agam yang mana Bukittinggi itu sendiri dikelilingi oleh Agam. Dalam hal ini memungkinkan pemerintah melakukan kerja sama itu. Dan sepertinya diketahui Agam lebih besar dari Bukittinggi dan juga memiliki lahan terbuka. Jadi pembuatan sirkuit dilakukan bukan di dalam kota, tapi masih dekat dan bisa diakses anak muda. Dan kedua, memperkuat edukasi keselamatan lalu lintas di sekolah-sekolah dan komunitas anak muda. Edukasi yang diberikan harus dibungkus dengan menarik bukan hanya sekedar himbauan bersifat informal.
Selain itu, peran keluarga juga sangat penting di situasi ini. Sering kali mereka yang mengikuti balap liar kurang mendapatkan perhatian yang membuat mereka malah mencari perhatian diluar sana dengan cara menjadi joki balap liar. Dengan komunikasi yang baik, orang tua bisa membantu mengarahkan energi anaknya ke aktivitas yang lebih baik tentunya.
Kegiatan balap liar memang sering kali dianggap sepele, tetapi dampaknya bisa serius. Kota Bukittinggi tidak boleh membiarkan masalah ini berlarut larut. Penutup balap liar bukan hanya sekedar soal kebut kebutan dijalan raya, tetapi juga menyangkut keamanan, ketertiban, dan tentunya juga citra daerah, Yang mana Kota Bukittinggi adalah kota wisata juga dengan adanya aktivitas ini akan mengganggu kenyamanan dan juga kepercayaan wisatawan untuk berkunjung. Seharusnya Kota Bukittinggi sebagai kota wisata tampil sebagai kota yang aman dan ramah ramah bagi semua orang untuk penduduk lokal maupun wisatawan, bukan malah menimbulkan keresahan di malam hari.
0 Comments