Ticker

6/recent/ticker-posts

Menyiapkan Pahlawan Iklim Masa Depan: Tim KKN UNAND dan Praktisi BMKG Mengedukasi Siswa SMAN 1 Basa Ampek Balai

Penulis : Aisyah Suci Nurzaharani Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang


Pesisir Selatan, 3 Agustus 2025 - Generasi muda punya peran penting dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin terasa dampaknya. Data BPS 2024 menyebutkan bahwa 31,02% penduduk Indonesia berada dalam usia 15–29 tahun. Jumlah besar ini jadi modal kuat untuk mendorong perubahan ke arah yang lebih baik, terutama dalam isu lingkungan. Berangkat dari hal itu, dosen dan mahasiswa KKN UNAND menggagas sebuah program edukatif perihal Climate Smart Agriculture (CSA) - konsep pertanian cerdas iklim yang mengajarkan cara-cara adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sekaligus mencegah krisis pangan dan stunting. Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat 2025 melalui skema PKM-TKM (Program Kemitraan Masyarakat Terintegrasi dengan Kegiatan Mahasiswa), dan didukung penuh oleh UNAND.

Kegiatan ini melibatkan kolaborasi antara dosen, mahasiswa KKN, praktisi dari BMKG, serta perangkat nagari dan kecamatan. Lokasi pelaksanaan kegiatan adalah SMAN 1 Basa Ampek Balai, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, yang dipilih sebagai sekolah mitra dalam membentuk generasi muda yang lebih peduli dan siap menghadapi tantangan perubahan iklim.

Acara pembukaan berlangsung penuh antusias, kegiatan ini dibuka secara resmi oleh perwakilan dari Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan dan Nagari, dosen pembimbing lapangan KKN sekaligus ketua pelaksana kegiatan, serta Kepala SMAN 1 Basa Ampek Balai. Kehadiran berbagai pihak ini menunjukkan dukungan penuh terhadap upaya edukasi perubahan iklim bagi generasi muda.

Kegiatan inti menghadirkan tiga pemateri dari latar belakang yang berbeda namun saling melengkapi. Rizky Armei Saputra, S.P., M.P. dari BMKG Stasiun Klimatologi Sumatera Barat memberikan pemaparan terkait kondisi iklim terkini dan strategi adaptasi yang relevan. Sementara itu, dua dosen Universitas Andalas turut memperkuat materi: Rachmad Hersi Martinsyah, S.P., M.P. membahas konsep dan praktik pertanian ramah lingkungan, serta Yeffi Masnarivan, S.K.M., M.Kes. yang mengangkat isu keterkaitan perubahan iklim dengan kesehatan, terutama pencegahan stunting. Melalui kolaborasi materi ini, siswa mendapatkan wawasan yang komprehensif mengenai dampak perubahan iklim dan langkah konkret yang bisa dilakukan mulai dari lingkungan sekitar.

 Dalam paparannya, Rizky Armei Saputra, S.P., M.P. dari BMKG Stasiun Klimatologi Sumatera Barat menekankan bahwa perubahan iklim bukan lagi sekadar ancaman masa depan, tetapi sudah nyata dirasakan saat ini. Ia menjelaskan bahwa perubahan pola curah hujan yang tidak menentu dan meningkatnya suhu ekstrem telah berdampak signifikan pada sektor pertanian, termasuk kegagalan panen dan potensi krisis pangan. Sebagai upaya adaptasi dan mitigasi, Rizky mendorong penggunaan teknologi prediksi cuaca seperti Signature BMKG serta platform Kalender Tanam (https://siaptanam.bsipkementan.id) yang dapat membantu petani menyesuaikan waktu tanam dengan kondisi iklim yang dinamis. Teknologi ini dinilai penting untuk memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim.

Menanggapi pertanyaan dari salah satu siswi, Vita Dela Desfia, Rizky menegaskan bahwa pengalaman langsung sangat penting dalam membangun kesadaran generasi muda terhadap isu lingkungan. Ia juga mengajak siswa untuk memulai dari hal-hal sederhana namun berdampak, seperti mengolah limbah pertanian, mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, serta melakukan aksi tanam pohon. Menurutnya, kepedulian terhadap lingkungan seharusnya menjadi gaya hidup sehari-hari, bukan sekadar wacana.

Kegiatan ini tidak hanya sebatas sesi edukasi di ruang kelas, tetapi menjadi bagian dari proses panjang dalam membentuk dan memberdayakan generasi muda sebagai agen perubahan di tengah krisis iklim yang semakin nyata. Hal ini juga ditekankan oleh Nugraha Ramadhan, selaku Dosen Pembimbing Lapangan sekaligus ketua pelaksana kegiatan. Dalam pesannya, Nugraha menyampaikan bahwa tantangan lingkungan saat ini tidak bisa ditunda dan harus dihadapi secara kolektif. Ia mendorong para siswa untuk tidak berhenti pada pengetahuan, tetapi terus melanjutkannya dalam bentuk aksi nyata di tengah masyarakat. “Pengelolaan limbah di sekitar kita masih belum optimal. Maka, peran generasi muda sangat penting untuk menginisiasi perubahan, bahkan dari hal-hal kecil. Saatnya kalian menjadi estafet peradaban baru, generasi yang peduli terhadap iklim dan masa depan pangan bangsa,” ujarnya penuh semangat.

 Pesan tersebut menjadi penutup yang menggugah semangat peserta untuk mengambil peran aktif dalam menjaga lingkungan, mulai dari sekolah hingga ke rumah dan komunitas sekitar


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS