Oleh : Arzi Rahman, Dwi Rafilga, dan Zulvia Zahra
Minggu, 03/08/2025 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas melakukan perjalanan wisata ke Goa Batu Kapal dengan pemuda dan perangkat nagari Sungai Kunyit, Sangir Balai Janggo di Kabupaten Solok Selatan.
Perjalanan ini diadakan dalam rangka memperkenalkan wisata alam yang ada di daerah Sangir Balai Janggo kepada masyarakat luas.
Solok Selatan – Tersembunyi di tengah perbukitan hijau Nagari Sungai Kunyit Barat, Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Goa Batu Kapal menyimpan pesona alam yang luar biasa. Goa ini memiliki formasi batuan unik yang menyerupai lambung kapal besar, menjadi daya tarik utama yang membedakannya dari destinasi wisata lainnya di Sumatera Barat. Namun sayang, pesona alami yang dimilikinya kini mulai memudar seiring kurangnya perhatian dan pengelolaan dari pihak terkait.
Goa Batu Kapal pernah menjadi destinasi favorit wisatawan lokal, terutama pada akhir pekan dan musim liburan. Pengunjung datang untuk menjelajahi lorong-lorong goa yang menakjubkan, menikmati udara sejuk pegunungan, dan merasakan sensasi petualangan di alam terbuka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fasilitas penunjang wisata seperti papan petunjuk, area parkir, toilet umum, hingga jalan akses menuju lokasi tampak rusak dan tidak terawat.
Kondisi tidak terurus ini membuat minat pengunjung menurun drastis. Beberapa wisatawan yang pernah datang mengeluhkan minimnya fasilitas dan tidak adanya petugas atau pemandu wisata yang siap membantu. Padahal, dengan pengelolaan yang baik dan promosi yang tepat,
Goa Batu Kapal berpotensi menjadi ikon wisata alam di Solok Selatan, bahkan bisa bersaing dengan destinasi goa lainnya di Indonesia.
Heri Pialisman, selaku Sekretaris Nagari Sungai Kunyit, turut memberikan tanggapannya terkait kondisi terkini wisata Goa Batu Kapal. Ia menyampaikan bahwa objek wisata ini sudah sekitar lima tahun terbengkalai tanpa pengelolaan yang jelas. “Sejak kurang lebih lima tahun terakhir, tidak ada lagi aktivitas resmi dari pihak pengelola. Fasilitas yang ada pun dibiarkan rusak begitu saja, sehingga minat pengunjung pun menurun drastis,” ujar Heri, Minggu (03/08/2025).
Potensi yang dimiliki Goa Batu Kapal tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga nilai edukasi dan ekowisata. Goa ini memiliki struktur geologi yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran alam, terutama untuk pelajar dan peneliti. Selain itu, kawasan sekitarnya juga memiliki ekosistem yang masih asri, cocok untuk dijadikan kawasan wisata alam terpadu.
Masyarakat Nagari Sungai Kunyit sendiri sebenarnya memiliki keinginan besar agar tempat ini kembali hidup dan menjadi sumber penghasilan tambahan. Beberapa warga bahkan pernah mencoba membuka jasa pemandu wisata secara mandiri, namun terbatasnya dukungan dan sarana prasarana membuat upaya tersebut tidak berjalan maksimal. Mereka berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun investor lokal untuk menghidupkan kembali wisata Goa Batu Kapal.
Lebih lanjut, Heri menegaskan bahwa pihak nagari sangat berharap adanya perhatian dari pemerintah kabupaten maupun dinas pariwisata untuk kembali menghidupkan kawasan wisata ini. “Kami di tingkat nagari tentu sangat mendukung jika ada langkah-langkah konkret untuk merevitalisasi Goa Batu Kapal, apalagi masyarakat di sini juga ingin terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari sektor pariwisata,” tambahnya, Minggu (03/08/2025).
Jika dikelola dengan profesional, Goa Batu Kapal bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur dasar, pelatihan SDM lokal sebagai pemandu wisata, serta promosi digital melalui media sosial dan platform wisata bisa menjadi langkah awal kebangkitan pariwisata di kawasan ini. Konsep wisata berbasis masyarakat atau community-based tourism juga bisa diterapkan agar manfaat ekonominya dirasakan langsung oleh warga setempat.
Selain itu, pengembangan Goa Batu Kapal bisa bersinergi dengan potensi wisata lain di Solok Selatan seperti Air Terjun Tangsi Ampek, Kawasan Saribu Rumah Gadang, dan pemandian air panas. Dengan menciptakan paket wisata terpadu, pengunjung akan memiliki banyak pilihan destinasi dalam satu wilayah, yang tentunya akan meningkatkan durasi kunjungan dan perputaran ekonomi lokal.
Keindahan Goa Batu Kapal sejatinya adalah warisan alam yang tak ternilai, dan sudah sepatutnya dijaga serta dimanfaatkan dengan bijak. Pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas pecinta alam bisa bersatu untuk merumuskan langkah strategis dalam menghidupkan kembali destinasi ini. Perencanaan yang matang dan pelibatan aktif masyarakat lokal akan menjadi kunci keberhasilan pengembangan wisata Goa Batu Kapal.
Saat ini, dunia pariwisata sedang menuju era pariwisata hijau dan berkelanjutan. Goa Batu Kapal, dengan potensi alam dan budaya lokal yang kental, sangat sesuai dengan arah tren tersebut. Jika momentum ini dimanfaatkan dengan baik, bukan tidak mungkin kawasan Nagari Sungai Kunyit Barat akan menjadi tujuan favorit para pecinta alam dan wisatawan yang mencari pengalaman autentik.
Goa Batu Kapal menunggu untuk kembali bersinar. Dari goa yang sunyi dan tak terurus, kini saatnya membangkitkan potensi yang lama tertidur. Dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, Goa Batu Kapal bisa menjadi kebanggaan Solok Selatan dan warisan alam yang hidup untuk generasi mendatang.
“Kondisi goa yang tidak terurus dan jembatan yang lapuk dapat mengurangi estetika yang dimiliki goa batu kapal ini sehingga diperlukan adanya perbaikan agar dapat menarik perhatian wisatawan” Ujar Arzi, Mahasiswa KKN Unand (03/08/2025)
“Saat pertama kali mengunjungi goa batu kapal ini saya sebagai pengunjung merasa takjub degan keindahan yang disuguhkan di dalam goa tersebut, dengan berbagai rintangan yang dilalui selama perjalanan tidak mengurangi rasa penasaran saya dengan goa tersebut. Namun, memang dikarenakan terakhir kali beroperasi dan di kunjungi oleh wisatawan sudah sangat lama, kondisi goa tersebut sudah tidak terurus lagi, harusnya pemerintah mengelola goa tersebut sebagai destinasi pariwisata yang sangat menjanjikan sembari meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.” Ujar Zulvia, Mahasiswa KKN Unand (03/08/2025)
Dengan ini kami menyimpulkan bahwa dengan pengelolaan yang profesional, perbaikan infrastruktur, dan penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism), Goa Batu Kapal dapat kembali bersinar. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya diyakini menjadi kunci untuk membangkitkan kembali potensi Goa Batu Kapal sebagai ikon wisata kebanggaan Solok Selatan dan warisan alam yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.
0 Comments